Jama’ah Sidang Jumat yang Berbahagia
Di alam kehidupan ini, pasti kita akan menemukan tipe-tipe manusia dengan berbagai macam kelompok atau golongan, antara lain: Ada manusia yang baik akhlaknya, ada yang buruk, dan jahat akhlaknya. Ada yang muslim, ada yang kafir, ada juga yang munafiq. Ada yang ta’at kepada Allah, ada yang ingkar kepada Allah. Ada yang amanah, ada yang khiyanat, ada yang pendusta, pembohong, penipu, dan lain sebagainya.
Nah, kemudian pertanyaan besar kepada diri kita, mengapa pada diri manusia itu bisa berbeda 180 derajat antara satu dengan yang lainnya? Ternyata ada beberapa faktor penyebabnya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada satu hadis yang perlu kita renungkan bersama. Antara lain, Sabda Rasulullah Saw.
أَلآ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلآ وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, sungguh di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik, baiklah seluruh tubuh. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah kalbu (hati).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Jadi sebenarnya, baik buruknya manusia itu terletak pada hatinya atau qolbun-nya. Bukan karena intelektual-nya, pinter-nya, ganteng-nya, pangkatnya dan jabatan atau keturunannya, akan tetapi dari segi hatinya (inner beauty, cantik dari dalam pada diri manusia itu sendiri).
Alangkah bahagianya, apabila kita hidup di dunia ini memiliki pendamping hidup,teman akrab, tetangga dekat yang baik hatinya.
Alangkah bahagianya, apabila kita memiliki wakil rakyat, pejabat publik, mulai dari Presiden, para Menteri, Kapolri, Gubernur, Bupati, Hakim, Kepala Dinas, Pengusaha, Lurah, Ketua RW, Ketua RT, yang baik hatinya dan baik budi pekertinya. Karena orang yang baik itu adalah dambaan rakyat, dambaan semua manusia di dunia ini.
Tapi sekarang ini mencari orang yang berbaik hati, tulus ikhlas, perjuangannya membela rakyat atau umat adalah semakin langka dan sulit dicari. Hampir rata-rata mereka itu hanya memperjuangkan dirinya dan kelompoknya sehingga yang terjadi adalah kesemrawutan dan ketidakstabilan, yang akhirnya terjadi gonjang-ganjing sana-sini. Kalau sudah demikian, rakyat kecil yang menjadi korban, dirugikan akibat ulah para penguasa.
Oleh karena itu, bagi kita, selaku orang yang beriman kepada Allah dan rasulnya, dan percaya akan hari bangkit, yang mana akan dipertanggungjawabkan semua amal baik buruk kita, maka tiada pilihan lain, kecuali kita harus memiliki hati yang sehat, hati yang bersih, yang oleh al-Qur’an diistilahkan qolbun salim. Karena dengan modal qolbun salim, hati yang bersih, manusia nanti akan tenang dalam menghadap Allah Swt.
Sebagaimana doa nabi Ibrahim As dalam surat Asy-Syu’ara ayat 87-89 yang berbunyi.
وَلَا تُخْزِنِى يَوْمَ يُبْعَثُونَ
Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
Kaum muslimin yang berbahagia
Dari ayat ini, kemudian pertanyaan pada diri kita, apa saja yang harus kita lakukan untuk bisa memiliki hati yang bersih atau qolbun salim itu? Sekurang-kurangnya ada tiga kebutuhan pokok yang harus kita penuhi.
Pertama, hati kita harus terpelihara kesehatannya, jangan sampai terserang penyakit hati, yaitu cinta dunia dan takut mati. Sebab, orang yang cinta dunia dan takut mati biasanya mempunyai mental rakus, serakah, demonyo dan selalu mengumbar hawa nafsunya.
Kemudian agar kita dapat memiliki hati yang bersih atau qolbun salim, antara lain dengan cara berdzikir kepada Allah, selalu ingat kepada Allah dalam berbagai situasi dan kondisi. Baik berdzikir secara lisan maupun dzikir dengan amal perbuatan.
Dzikir lisan yaitu dengan cara wiridan, membaca alqur’an, memperbanyak sholawat, dan lain sebagainya, yang tujuannya adalah menyebut asma Allah dan ingat kepadaNya. Sementara dzikir amal yaitu mengerjakan semua perintah yang datang dari Allah dan menginggalkan semua larangan Allah, baik bersumber dari Al-Qur’an, Hadis, Ijma’ maupun Qiyas.
Kaum muslimin yang berbahagia
Kemudian makanan hati hati yang kedua agar kita memiliki hati yang bersih atau qolbun salim adalah, tumbuhkan rasa syukur kepada Allah Swt di mana saja kita berada. Apabila panjenengan mendapatkan suatu kenikmatan, coba panjenengan sambil angen-angen dan mawas diri tentang kenikmatan itu. Kita nanti akan mendapatkan kesimpulan, ternyata Allah Swt sangat baik kepada kita.
Dan yang terakhir, agar kita memiliki qolbun salim, hati yang bersih, yaitu dengan cara menumbuhkan kegairahan atau semangat beribadah dalam berbagai aspek kehidupan, di mana saja kita berada, yang ditandai dengan gemar melakukan kebajikan karena hanya mencari ridho Allah Swt.
Itulah yang dapat kami sampaikan semoga kita semua memiliki hati yang sehat, hati yang bersih, sebagai modal untuk bertemu dengan Allah. Karena itu pasti, tidak bisa ditawar-tawar lagi, tinggal menunggu gilirannya entah kapan nanti.
Semoga kita dapat memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta dapat terhindar dari siksa api neraka. Allahhumma Aamiin..
Masjid Kapolres Jepara, 26-04-2013.