Sedang Membaca
Ulama Banjar (85): Letkol Inf. KH. Quderah Adenan
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (85): Letkol Inf. KH. Quderah Adenan

Letkol Inf. Kh. Quderah Adenan

(L. 3 Nopember 1924)

Beliau biasa dipanggil H. Quderah. Lahir di Amuntai, 3 Nopember 1924. Pendidikan yang pernah ditempuh ialah SR, Madrasah Tsanawiyah, Latihan Militer Garnisun, KPP dan Sus Bater. Pekerjaan/jabatan semasa hidup di antaranya pensiunan TNI AD dengan NRP 27059. Selain memiliki karier di militer beliau guru Sekolah Islam, dan aktif sebagai khatib, muballigh dan panitia MTQ tingkat provinsi Kalimantan Selatan di masanya. Karena ketokohannya di masyarakat pernah dipercaya sebagai Pjs Walikota Banjarmasin selama 1 tahun, yaitu antara Walikota H Horman dengan H. Hanafiyah.

H. Quderah Adnan pernah menjadi Imam tentara sambil aktif berjuang dalam operasi militer. Sambil lari, berjuang, bergerilya, beliau aktif mengajar agama, di antaranya di Tatah Jaruju. Beliau termasuk penggagas berdirinya pondok Tahfizh Alquran di Banua Anyar dengan meminta dana kepada Gubernur Kalimantan Selatan yang ketika itu dijabat oleh Mistar Tjokrokusumo.

Penghargaan yang pernah diperoleh adalah Bintang Kartika Eka Paksi Kelas III yang membolehkannya untuk berkubur di Makam Pahlawan, serta Bintang Gerilya. Dari perkawinannya dengan isteri tercinta Hj. Faharah, dianugerahi beberapa orang anak, yaitu: A Syamsudddin, Hj. Aisiah, H. Ahmad Syarwani, Ahmad Muzakkir, Fauziyah, M. Fauzi, Siti Farifah, Agus Noor dan Qamariah.

Semasa berumah tangga dan membesarkan anak-anak H. Quderah Adnan sekeluarga bertempat tinggal di Jalan Kelayan B Tengah RT 2 No. 161 Kota Banjarmasin. Di rumah ini pulalah beliau meninggal dunia pada tahun 1986 dalam usia 62 tahun. Jenazah beliau dimakamkan di Pemakaman Karang Paci Landasan Ulin Banjarbaru.

Baca juga:  Sajian Khusus: Esais Muda Pesantren; Kiprah dan Jejak Ulama Nusantara

H. Quderah Adnan adalah sosok muballigh yang suka autodidak, bertindak disiplin waktu, sehingga berusaha memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk kepentingan agama. Dalam memperdalam ilmu agama, beliau tidak malu mendatangi para ulama atau orang-orang yang dianggap beliau mampu memberikan bimbingan, arahan, pelajaran, nasehat dan lain sebagainya. Itulah sebabnya materi dakwah yang beliau sampaikan cukup berbobot, tidak kalah dengan ulama-ulama lainnya, apalagi didukung dengan metode dakwah yang serasi.

Selama hidupnya, lebih-lebih ketika sudah pensiun dari tugas militer, H. Quderah Adnan aktif sebagai muballigh kelililng. Beliau juga tercatat sebagai seorang khatib pada beberapa masjid di kota Banjarmasin. Sedangkan sebagai penceramah agama untuk peringatan hari-hari besar Islam, beliau tidak hanya diundang masyarakat di kota Banjarmasin dan sekitarnya saja. Akan tetapi tidak jarang diundang oleh orang yang berasal dari luar kota Banjarmasin.

Kelebihan H. Quderah Adnan dalam memberikan ceramah-ceramahnya antara lain memiliki suara lantang, jelas dan tegas; sehingga enak didengar. Selain itu suara beliau cukup nyaring sehingga bisa didengar oleh jemaah yang jaraknya agak berjauhan. Beliau termasuk penceramah yang banyak disenangi masyarakat, sebab dalam menguraikan materi dakwah banyak mengajak berpikir, menggunakan logika yang sehat, memperjelas uraian dengan contoh-contoh yang sederhana namun mengena.

Baca juga:  Ulama Banjar (84): Guru Abdussami

Meski sebagai ulama yang banyak sekali aktivitasnya, namun H. Quderah Adnan masih berjiwa besar, beliau senang memasyarakat bahkan bergaul dengan anak-anak muda atau para remaja sekalipun. Melalui pendekatan inilah sesungguhnya secara tidak langsung beliau mencoba memasukkan pesan-pesan dakwah kepada mereka. Materi dakwah H. Quderah Adnan yang paling disenangi orang ialah ketika beliau berbicara tentang ilmu Tauhid. Tampaknya di bidang mengesakan Allah, mengenal sifat dan af’alnya ini, beliau sangat menguasai ketimbang materi dakwah di bidang lainnya.

Hampir sepanjang hayatnya, H. Quderah Adnan menghabiskan waktu berdakwah, memberikan siraman rohani kepada umat. Beliau tidak memilih dan memilah orang yang mengundangnya. Malah dalam kondisi agak sakit pun beliau tetap mengisi majelis taklim, lebih-lebih kalau itu pengajian yang sifatnya rutin yang dilaksanakan di langgar-langgar atau tempat ibadah.

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top