Berbicara tentang perkembangan Islam tak bisa dilepaskan dari wilayah Persia. Setelah Islam tersebar di jazirah Arab, wilayah pertama non-Arab yang berhasil dikuasai oleh umat Islam adalah Persia. Berbarengan dengan runtuhnya kekaisaran Persia, Islam pelan-pelan menemukan pelabuhan barunya di wilayah ini. Begitu juga dengan penduduknya, banyak dari mereka yang akhirnya menganut Islam.
Dengan cepat, Islam berkembang di Persia. Daerah tersebut menjadi jembatan bagi agama ini untuk menjamah Asia Tengah dan India, sampai akhirnya datang ke Nusantara. Bertemunya tradisi berpikir Persia dengan Islam memungkinkan umat Muslim untuk membangun peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Tak berselang lama, lahirlah kota-kota legendaris seperti Samarkand, Bukhara, Nishapur, Thus, dan salah satunya adalah Rey.
Kota Rey mungkin sedikit terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia. Akan tetapi, jika mendengar kata Rhazi, para penikmat sejarah Islam akan langsung merasa terkoneksi dengan tokoh-tokoh Islam yang mempunyai nisbat di akhir namanya al-Rhazi. Memang faktanya demikian, sebutan Rhazi zaman dahulu, merujuk pada kota Rey sekarang ini.
Kota Rey adalah kota legendaris yang melahirkan banyak tokoh Islam terkemuka yang dikenal dunia. Sebut saja Fakhruddin al-Razi seorang ahli tafsir, Zakarya al-Razy seorang ahli kimia, dan Ibnu Hatim al-Razi adalah sebagian ilmuwan Islam yang lahir di kota ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa Rey dahulu adalah salah satu kota besar di Persia dimana ilmu pengetahuan tumbuh subur.
Kemasyhurannya mengundang orang untuk datang ke kota tersebut dan mengambil manfaat darinya. Bahkan, Rey pernah didapuk untuk menjadi ibukota dinasti Seljuk pada masa Abbasiyah. Saat itu raja Seljuk memindahkan pusat kekuasaannya dari Nishapur ke Rey yang secara tidak langsung lebih dekat dengan Baghdad. Akan tetapi, setelah penyerangan pasukan Mongol yang membabi buta, kota ini sedikit demi sedikit kehilangan pengaruhnya.
Hal tersebut berlangsung sampai sekarang. Kejayaan Rey sebagai pusat ilmu pengetahuan tidak pernah kembali. Saat ini, kota Rey hanya menjadi kota kecil di sebelah selatan Tehran. Rey telah meleburkan dirinya menjadi bagian dari kota besar Tehran yang menjadi ibukota Iran.
Bisa dikatakan bahwa Rey adalah cikal bakal lahirnya Tehran. Jika dahulu Rey adalah kota besar dan Tehran hanya perkampungan kecil yang terletak di kaki gunung Alborz. Saat ini justru sebaliknya, Tehran menjadi kota besar, sedangkan Rey berubah menjadi distrik kecil yang secara administrasi di bawah otonomi Tehran.
Bagi anda yang ingin mengunjungi kota bersejarah ini, anda dapat mengaksesnya dari Tehran. Ada berbagai jenis transportasi mulai dari bus kota, taksi, hingga metro. Akan tetapi, metro, kereta listrik bawah tanah adalah pilihan yang paling tepat. Kita tinggal turun di stasiun dengan nama Shahr-e Rey. Jika sudah sampai di stasiun tersebut, itu artinya anda sudah berada di kota Rey.
Di sana, kita dapat mengunjungi Burj-e Tughrul, sebuah menara tua yang dibangun abad 12 M pada masa dinasti Seljuk. Nama Tughrul disematkan kepada seorang raja dari dinasti tersebut yang bernama Tughrul Beg. Masa kekuasaannya berlangsung antara tahun 1037-1063 M. Selain itu, tak jauh dari Burj-e Tughrul terdapat situs lainnya yang dikenal dengan Rey Castle. Benteng tersebut sudah berdiri sejak 400 SM dan dibangun pada masa kekaisaran Medes yang berkuasa di Persia saat itu. Tepat di bawah benteng, ada mata air yang menyejukkan pengunjung.
Apabila ingin berbelanja dengan nuansa tradisional, di Rey terdapat bazar yang tidak pernah sepi. Banyak barang-barang kebutuhan sehari-hari yang ditawarkan. Tak cukup hanya di situ, di samping bazar berdiri masjid kokoh yang selalu ramai oleh para peziarah. Di sana dikebumikan seorang tokoh yang bernama Shah Abdul Azim. Kubah masjidnya begitu mempesona dengan nuansa kental arsitektur Persia. Melihat keindahan masjid akan menjadi penawar lelah selama menyusuri kota Rey.
Rey walaupun kini hanya menjadi kota kecil di sudut Tehran, tetapi pesonanya masih tetap menggoda untuk dikunjungi. Kita dapat menapak tilas kota penting abad pertengahan yang telah melahirkan banyak ulama dan ilmuwan yang berpengaruh di dunia Islam. Rey telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perkembangan Islam. Oleh karenanya, kita harus tetap mengapresiasinya. (RM)