Sedang Membaca
Cara Nabi Menasihati Anak-anak
Avatar
Penulis Kolom

Mahasiswa Pascasarjana Prodi PAI dengan kosentrasi Pendidikan Moderat INKAFA

Cara Nabi Menasihati Anak-anak

anak anak masjid

Anak merupakan amanah dari Allah kepada orang tua. Tentunya sebagai orang tua harus menjalankan amanah Tuhan dengan sebaik-baiknya. Selain bernilai ibadah, merawat dan mendidik anak dengan baik sama halnya telah menyiapkan generasi pengurus yang baik juga.

Meskipun begitu, mendidik anak bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa anak yang yang sekali diberi nasihat akan melakukannya dan juga ada diberi nasihat berkali-kali tidak satupun yang dilakukannya. Maka menjadi orang tua dituntut untuk sabar dan bijaksana saat mendidik dan menyampaikan nasihat.

Nabi Muhammad SAW sebagai tauladan yang mulia, di dalam hadisnya beliau menyampaikan salah satu cara menasihati anak dengan baik diantaranya hadis tentang cerita Nabi SAW dengan Sayyidina Anas bin Malik.

Beliau bercerita, Suatu hari nabi Muhammad SAW mengutusku untuk suatu keperluan dan aku berkata: “Demi Allah aku tidak akan pergi”, padahal dalam hati saya ingin melaksanakan apa yang diperintahkan nabi. Kemudian aku keluar rumah dan melewati sekumpulan anak-anak yang sedang bermain di pasar, tiba-tiba Nabi Muhammad SAW memegang tengkukku dari belakang, aku melihatnya kepadanya dan beliaupun tertawa dan berkata; “ Wahai Anas pergilah sebagaimana yang kuperintahkan tadi. Aku menjawab “ Baik aku akan pergi wahai Rasulullah.

Sayyidina Anas Melanjutkan : “Demi Allah, sudah tujuh tahun atau sembilan tahun aku melayani beliau dan tidak satupun aku mengetahui dan mendengar beliau mengomentari kenapa aku melakukan ini dan ini dan kenapa aku tidak melakukan ini dan ini. Cerita ini dapat dilihat di kitab Sunan Abi Dawud juz 4 halaman 246

Baca juga:  Mengapa Gus Dur Sebut Mbah Liem sebagi Wali?

Cerita ini mengkisahkan bagaimana tingginya akhlak beliau terhadap anak kecil yang bernama Anas bin Malik. Anas adalah seorang anak yang diserahkan ibunya yang bernama Ummu Sulaim kepada Rasulullah SAW untuk melayani keperluan sehari-harinya. Saat itu usia beliau 8 tahun. Sebagaimana pada umumnya anak seusianya, Anas kecil sangat suka bermain dan bersenang-senang. Andaipun disuruh untuk melakukan sesuatu, ia tak segan untuk menolaknya sekalipun yang menyuruh adalah Rasulullah SAW.

Tapi yang menarik disini adalah cara Rasulullah SAW mengambil sikap. Ketika mendengar Anas tidak ingin melaksanakan perintahnya, beliau tidak marah, berwajah musam, tidak merasa diremehkan  bahkan tidak menghardiknya dengan keras. Tapi beliau meninggalkannya dan sesaat kemudian, saat menemuinya di pasar sedang asyik bermain beliau hanya memegang tengkuknya dan berkata “ Pergilah dan laksanakan perintahku. Bayangkan ini yang terjadi pada kita, baik yang menjadi kiai, ustadz, guru ataupun orang tua. Bisa-bisa kita akan marah besar kepada si anak baik karena kita kesal atau merasa diremehkan.

Selain itu, ada hal yang unik yang dicontohkan Rasulullah SAW dari cara bertanya beliau. Beliau tidak bertanya dengan kalimat “ Apa kau telah kerjakan perintahku? tapi dengan lembut mengulangi perintahnya lagi. Bisa jadi ketika nabi bertanya seperti itu membuat sahabat Anas bingung karena belum melaksanakannya bahkan bisa jadi merasa terpojok dan akhirnya berbohong kepada Nabi. Cara pendekatan nabi yang penuh dengan kelembutan tanpa marah-marah inilah yang sangat membekas di hati sahabat Anas. Keteladanan Rasul dalam mendidik dan menasihati sahabat Anas, membuat hatinya segan, hormat dan tidak enak hati kepada Nabi. Karena selama beberapa tahun berkhidmah kepada nabi, tidak pernah satupun beliau dimarahi oleh Nabi. Sehingga pada akhirnya, sahabat Anas menjadi maha guru. Ia meriwayatkan ribuan hadis, memiliki banyak murid dan menjadi pelayan ilmu.

Baca juga:  Humor Kiai Afifudin Muhajir yang Membuat Para Santri Tertawa Ngakak

Dari sini kita memahami bahwa mendidik anak harus sabar dan mempunyai hati yang bijaksana dan ikhlas. Kita tidak bisa menggunakan standar kebenaran orang dewasa saat mendidik mereka. Kita harus memperlakukan mereka sebagaimana fitroh mereka sebagai anak kecil. Kebenaran menurut mereka masih dinamis dan berubah-rubah sesuai kesenangan mereka. Di samping itu kita harus banyak memberi tauladan yang baik saat bergaul dengan mereka. Menasihati dan memberikan penjelasan saat mereka salah tetap harus dijalankan, begitu juga keteladanan tak bisa ditinggalkan. Wallahu A’lam

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top