Sebagai seorang kepala pemerintahan, Nabi Muhammad menempatkan para sahabatnya di pos-pos jabatan sesuai dengan profesionalisme mereka. Sebut saja Zaid bin Tsabit yang ditugaskan untuk menulis surat kepada raja-raja.
Ali bin Abi Thalib bertugas sebagai penulis akad-akad perjanjian. Al-Mughirah bin Syu’bah mengemban amanah sebagai pencatat utang-piutang dan akad lainnya di tengah masyarakat, dan sebagainya. (KH. Ali Musthafa Yaqub)
Nabi Muhammad SAW baik dalam kedudukannya sebagai kepala pemerintahan maupun sebagai Nabi, membutuhkan para juru tulis untuk membantu penulisan wahyu, sabda-sabdanya maupun sekretaris kenegaraan yang bertugas menulis surat, membalas surat dan surat-surat lain yang berhubungan dengan administrasi Negara (Madinah).
Oleh karena itu, al-Baqilani dalam karyanya al-Intishar lil Quran sebagaimana dikutip oleh Musthafa Azami mengatakan, “Nabi SAW memiliki banyak pengikut yang cerdas di mana semuanya dikenal sebagai sekretaris beliau. Mereka berasal dari kalangan Muhajirin dan Anshar.
Para Sekretaris Nabi
Tradisi menulis di jazirah Arab sejak masa pra Islam sudah berjalan. Para penulis di era ini menempati posisi yang cukup prestisius.
Ibnu Sa’d dalam thabaqat-nya menyatakan bahwa di masa Jahiliyah dan masa awal Islam seseorang dapat dianggap memiliki kesempurnaan bilamana ia mampu menulis Arab, pandai berenang dan kemampuan memanah. Meskipun demikian, orang-orang yang memiliki kemampuan dalam bidang tulis menulis pada masa itu belum cukup banyak.
Konon, sebagaimana diungkap oleh Ibnu Abd Rabbih dalam karyanya al–Iqd al-Farid, pada saat Islam datang, hanya terdapat sekitar tujuh belas orang Quraisy yang memiliki kemampuan menulis.
Sebagaimana disinggung di atas bahwa baik dalam posisinya sebagai Nabi maupun sebagai kepala pemerintahan, Nabi membutuhkan para juru tulis yang bertugas mencatat wahyu maupun menulis surat.
Al-Jahsayari mendaftar cukup banyak nama-nama juru tulis nabi. Sahabat Ali bin Abu Thalib dan sahabat Utsman bin Affan disebut olehnya sebagai penulis wahyu. Bilamana keduanya tidak ada pada saat turunnya wahyu, maka yang bertugas mencatatnya adalah Ubay bin Ka’b dan Zaid bin Tsabit.
Sedangkan Khalid bin Sa’id dan Muawiyah ibn Abu Sufyan menulis segala hal yang dibutuhkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Musthafa Azami mengklasifikasikan tingkatan para sekretaris Nabi ditinjau dari segi frekuensi menulis dan data-data lainnya menjadi tiga kelompok besar.
Pertama, kelompok yang dikenal sebagai sekretaris yang sering menulis, seperti Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’b, Muawiyah bin Abi Sufyan.
Kedua, kelompok sahabat yang ditetapkan sebagai sekretaris, hanya saja tingkat menulisnya tidak sebagaimana kelompok pertama. Di antaranya adalah Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Abu Ayyub al-Anshari, dan sahabat lainnya.
Ketiga, para sahabat yang nama-namanya tercantum dalam kitab al–watsaiq as-siyasiyyah dan kitab-kitab lain sejenisnya. Di antaranya adalah Ja’far, al-Abbas, Abdullah bin Abu Bakar dan lain sebagainya.