Pameran foto masjid Nusantara yang digelar PCI NU Belanda bekerjasama dengan Alif.id dan Museum Bronbeek Arnhem di Aula Universitas Radboud Nijmegen Belanda menarik perhatian publik, utamanya para mahasiswa, dosen, dan akademisi. Mereka tidak hanya membicarakan keindahan arsitektur masjid-masjid itu tetapi aktif bertanya mengenai sejarah dan perannya terhadap peradaban Indonesia.
Pameran foto bertema “The Face of Islam in Indonesia” dibuka oleh Direktur Eksekutif Universitas Radboud Nijmegen Belanda, Daniel Wigboldus, didampingi Atase Pendidikan dsan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia, Din Wahid, pada 12 Juni 2019 waktu setempat. Pameran itu menjadi bagian dari “Konferensi Internasional Dua Tahunan Kedua tentang Islam Moderat di Indonesia: Mencari Jalan Tengah (al-Wasathiyya) Artikulasi Islam Moderat di Indonesia”. Konferensi internasional dengan pemakalah oleh para akademisi dan pengurus PCI NU dari sejumlah negara (antara lain Tunisia, Sudan, Mesir, Maroko, Perancis, Belgia, Jerman, Australia) serta dihadiri oleh Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin beserta rombongan dari Indonesia, akan dihelat pada tanggal 18-21 Juni 2019.
Sejumlah pengajar di Universitas Radboud menanyakan beberapa hal terkait pameran sejak melihat panitia mempersiapkannya, satu hari menjelang pembukaan. Petugas keamanan pun ikut terlibat menjaga persiapan pameran karena pemasangan foto diselesaikan hingga larut malam. Pada saat persiapan hingga pembukaan pameran, para mahasiswa yang lalu-lalang dan beberapa kandidat doktor yang hendak mempertahankan disertasinya berkenan mampir ke aula pameran dan melihat-lihat foto.
Wigboldus menyambut hangat pameran foto yang juga didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Djarum Foundation ini. Oleh karena itu, ia menyediakan tempat di aula yang merupakan jantung universitas, tempat semua orang, mahasiswa hingga professor, juga masyarakat umum datang berkunjung. “Semua orang yang datang ke Radboud pasti akan masuk ke aula ini karena merupakan jantungnya universitas. Kita bisa melihat, kan, banyak orang lalu-lalang di sini. Beberapa hari ini banyak professor mengenakan toga untuk menguji Tesis melewati aula ini. Semoga pameran forto ini bisa menarik perhatian lebih banyak orang. Apalagi di luar cuaca sedang hujan begini, orang akan masuk dan melihat-lihat foto,” katanya, disambut tawa hadirin.
Din Wahid juga mengungkapkan kegembiraannya melihat pameran foto ini. Ia menyampaikan satu keunikan Islam di Indonesia yang tergambar melalui masjid, yang sangat jauh berbeda dengan Islam di “jantungnya” Islam yaitu jazirah Arab dan Timur Tengah. Di Indonesia, Islam sudah berbaur dengan lokalitas sehingga bentuk masjid-masjidnya pun berbeda. “Namun, meski berbeda dengan Islam di Arab atau Timur Tengah, Islam di Indonesia itu valid,” kata Din, yang juga memancing gelak pengunjung.
Penanggung jawab pameran dan konferensi, K Sa’diyah-Broersma menjadi memandu jalannya pameran dan menjelaskan berbagai hal mengenai keunikan masjid di Indonesia, misalnya tentang beduk, alat pemanggil waktu salat, yang kerap digunakan terutama di desa-desa dan kota-kota kecil. Beberapa perwakilan PCI NU Belanda seperti Ibnu Fikri (Ketua PCI NU Belanda), Fachrizal Afandi (mantan Ketua PCI NU Belanda), Fahrizal Yusuf Affandi (Sekum PCI NU Belanda), dan M Lutfi Fauzi turut menambahkan sejumlah informasi terkait. Segenap panitia pameran dan konferensi yaitu Afnan, Zaim, Jamilah, Nur Indsah Jazilah, Isnawati Hidayah, juga aktif dan hangat dalam memberikan informasi kepada pengunjung.