Selain dikenal sebagai santri par-excellent dan sosok yang kealiman keilmuan keagamaannya tidak diragukan lagi, ternyata beliau memiliki selera humor tersendiri.
Saya mengetahui ini, meski bukan santri yang pernah mengaji langsung bertatap muka kepada beliau, di time line media sosial saya sempat muncul postingan “guyonan” atau “humor” ala Kiai Afifuddin Muhajir yang barang diketahui khalayak publik.
Setidaknya, ada dua humor yang bisa saya tulis pada kesempatan kali ini. Keduanya merupakan komentar beliau terhadap pertanyaan yang dilayangkan secara bebas dalam sebuah grup kajian kitab dan bahstul masail di facebook.
Pertama, salah seorang anggota grup bertanya seperti ini, “hutang Budi apakah harus dibayar…? karena tidak ada akadnya.” Sejenak barangkali kita akan menayangkan bahwa kata ‘hutang budi’ itu adalah sebuah jasa sukarelawan yang sebaiknya dibalas dengan kebaikan pula.
Akan tetapi, secara mengejutkan, kiai Afif malah menjawab seperti ini, “yang namanya hutang kepada siapapun harus dibayar, termasuk kepada Budi.”
Saya yang membacanya pertama kali senyum-senyum sendiri, bahwa kiai Afif dapat menyelipkan ilmu agama “bahwa hutang itu harus (wajib) untuk dibayar. Kepada siapapun itu” melalui selera humor yang menghibur.
Kedua, salah seorang anggota grup membuat sebuah status yang isinya pertanyaan berupa, “Assalamualaikum poro yai, bagaimana cara membaca kitab kosongan ya”
Sekilas kita akan menyangka maksud dari pertanyaan ini adalah bagaimana cara membaca kitab, yang kosong atau tidak ada harakat dan maknanya, meskipun ada kalimat – kalimat bahasa arabnya.
Tapi berbeda dengan jawaban kiai Afif dalam kolom komentar, “Kalau kosongan tak bisa dibaca.” Hehehe. ..
Jawaban sekenanya dan apa adanya. Pertanyaannya sama, beda pemahaman sehingga jawaban tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Kita tentunya yakin bahwa kiai Afif tahu maksud dari pertanyaan itu. Tapi beliau ingin menjawab dengan cara lain. Dengan pemahaman teks yang masuk akal dan literal.
Begitulah, diantara ciri-ciri kiai Nahdlatul Ulama (NU) dapat membawakan dakwahnya dengam cara asyik dan menyenangkan melalui humor. Sehingga beragama tidak terasa jenuh, tapi asyik serta menyenangkan bagi kehidupan alam sesama.