Sedang Membaca
Keadilan Umar bin Abdul Aziz
Muslimin Syairozi
Penulis Kolom

Alumnus Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Menekuni kitab-kitab klasik. Kini tinggal di Lamongan, Jawa Timur.

Keadilan Umar bin Abdul Aziz

Setelah tragedi perang Dabiq, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik mengalami rasa sakit yang tidak biasa. Dalam kondisi itu, ia berfikir untuk mencari pengganti khalifah yang tidak lama lagi akan ia tinggalkan. Menulis surat wasiat yang berisikan penunjukkan dan perintah baiat atas pemimpin selanjutnya. Ia pun meminta saran dari Raja’ bin Haiwah untuk masalah penting ini.

Awalnya ia berfikir akan mengangkat putranya, namun Raja’ berasumsi tidak mungkin; anak pertamanya tidak ada sedangkan saudara-saudaranya masih terlalu belia. Raja’ mengusulkan nama Umar bin Abdul Aziz. Usulan ini diterima oleh Sulaiman, hanya saja ia takut saudara-saudaranya tidak bisa menerima dengan lapang. Mendengarnya, Raja’ berinisiatif mengandengkan nama Yazid bin Abdul Malik untuk khalifah setelahnya. Dengan begitu mereka akan rela atas pelantikan Umar bin Abdul Aziz.

Tiba saatnya Umar bin Abdul Aziz dinobatkan sebagai Khalifah Islam ke 8. Mandat ini membuat Umar terkulai lemas, tak berdaya mengangkat badan. Orang-orang membantunya berdiri, tetap saja ia tak mampu menegakkan kedua kaki. Mereka pun membopongnya naik ke atas mimbar. Dengan duduk ia berpidato di hadapan rakyat yang akan menjadi tanggung jawabnya. Menyampaikan pesan penting agar umat tidak menganggapnya sebagai yang terbaik dan agar mereka selalu menegakkan keadilan.

Baca juga:  Benarkah Umar bin Abdul Aziz Khalifah Kelima?

Setelah khalifah baru ini menyampaikan pidatonya, orang-orang membawakan kendaraan negara untuknya. Umar menolak dinasnya, dan meminta kendaraan pribadi untuk perjalanan pulang.

Di rumah pemimpin umat Islam ini segera menulis surat untuk para pejabatnya. Raja’ mengira ia seorang yang lemah, namun ia pria tangguh nan kuat. Ia akan mengembalikan keadilan yang pernah hilang di antara Khalifah Bani Umayyah.

Memang sejak ia ia telah mewanti agar menjauhi sifat zalim. Dalam hal pemerintahan, khususnya masalah sedekah, zakat dan infak beliau termotivasi dengan keadilan Umar bin Khatab. Pernah, ia menyuruh Salim bin Abdullah untuk menulis tindakan Umar dalam masalah tiga di atas. Dan, benar cucu amirulmukminin ke 2 berusaha keras meniru keadilan sang datuk. Pada masanya, keadilan dirasakan oleh semua rakyat, bahkan hewan sekalipun.

Kisah di atas ditulis oleh Imam Jalaluddin, Abdurrahman bin Abu Bakar al-Suyuthi dalam kitab Tarikh al-Khulafa. Imam yang menguasai berbagai fan ilmu ini juga mengutip beberapa komentar orang ternama yang menyaksikan keadilan Umar bin Abdul Aziz.

Jisr al-Qasshab berkata, “Aku melihat domba dan serigala hidup damai pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Subhanallah, serigala sama sekali tidak membahayakan gerombolan domba.”

Lalu seorang pengembala berkata, “Jika kepala dalam keadaan baik, maka seluruh tubuh tidak akan bermasalah.”

Malik bin Dinar, seorang took besar sufi berkata, “Saat Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah, para pengembala berkata, Siapakah orang Shalih yang menjadi Khalifah Umat ini? Keadilannya telah mencegah serigala-serigala memangsa domba-domba kami.”

Fenomena di atas dirasakan oleh sejumlah pengembala. Mereka yakin hal tersebut berkaitan dengan keadilan Umar bin Abdul Aziz. Salah satu tanda nyatanya adalah saat beliau meninggal, serigala kembali memangsa para domba dengan buasnya. Musa bin A’yun berkata, “Aku pernah mengembalakan kambing di Karman pada masa Umar bin Abdul Azis. Pada saat itu kambing tidak memangsa domba-domba. Namun, tiba saat kami mendapati serigala memangsa domba, maka aku berkata, Pasti orang Shalih itu telah meninggal.”

Dan benar pada saat itu Umar bin Abdul Aziz telah meninggal.

Baca juga:  Kebijakan Umar Saat Menjadi Amirul Mukminin

Umar bin Aziz juga menanamkan keadilan pada istri dan putra-putranya. Sebagaimana cerita Furats bin Saib bahwa, Umar bin Abdul Aziz berkata kepada istrinya, Fatimah binti Abdul Malik yang memiliki mutiara yang luar biasa indah, “Pilihlah antara kau mengembalikan perhiasan ini ke Baitul mal, atau kau rela aku meninggalkanmu selamanya. Sungguh aku sangat benci bila aku, kamu dan perhiasan ini berada dalam satu rumah.”

Istrinya menjawab, “Aku lebih memilih engkau daripada mutiara ini, bahkan jika lebih pun aku lebih memilih engkau.”

Umar bin Abdul Aziz pun memerintahkan agar perhiasan itu dijual dan uangnya di masukan Baitul Mal.

Keadilan juga dipegang erat putranya. Pernah, orang-orang menulis surat kepada sang putra, mengadukan kerusakan desa. Mereka bermaksud meminta dana untuk memperbaikinya. Namun, sang putra justru menjawab, “Jagalah kota dengan sikap adil dan bersihkanlah jalanan dari kezaliman.” (RM)

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
2
Senang
1
Terhibur
2
Terinspirasi
5
Terkejut
2
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top