Sedang Membaca
Sabilus Salikin (13): Kalbu Rasul sebagai Tempat Wasilah
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Sabilus Salikin (13): Kalbu Rasul sebagai Tempat Wasilah

Sabilus Salikin (1): Islam, Tasawuf, dan Tarekat 1

Dari informasi di atas semakin jelas bahwa cahaya (Nur) Allâh SWT bersemayam di dalam kalbu orang yang dikehendaki lapang dadanya oleh Allâh SWT, dan karena kondisi orang semacam ini dioposisikan dengan orang yang berhati keras sehingga tidak berdzikir kepada Allâh Swt, maka berarti bahwa orang yang didalam kalbunya terdapat cahaya (Nur) Allâh Swt tiada lain adalah ahli dzikir. Ia adalah orang yang tidak pernah lepas dari berdzikir kepada Allâh SWT.

Tidak seorang pun yang mendapat gelar sebagai ahli dzikir kecuali Nabi SAW sendiri dan hamba-hamba Allâh SWT yang oleh beliau disebut sebagai mafatih al-dzikr kunci-kunci dzikir; mereka adalah wali-wali Allâh yang apabila mereka dilihat orang maka orang (yang melihat) itu langsung berdzikir juga. Mereka itulah para ‘ulama yang disebut sebagai waratsah al-anbiya ahli waris para Nabi, yang kepada mereka Allâh SWT mewariskan Alquran, sehingga di kalbu mereka itulah wasilah atau Nur Tuhan bersemayam.

Mencari dan melihat mereka adalah kewajiban yang diperintahkan Allâh SWT kepada orang-orang yang beriman. Menemukan mereka berarti menemukan wasilah. Dengan wasilah, mereka akan dapat berhubungan langsung dengan Allâh serta memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari-Nya, sebagaimana bumi berhubungan langsung dengan matahari melalui cahayanya sehingga memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari matahari itu sendiri Rabitah (Merabit).

Baca juga:  Kaifiyyatut Thariqah: Kitab Tarekat Khalidiyyah Karya Syaikh Abu Bakar Tuban (1881)

Unsur lain yang juga sangat fundamental dalam tarekat sebagai jalan menuju Tuhan dan sekaligus sebagai teknik berdzikir efektif adalah rabitah al-mursyid (merabit mursyid) yang dalam istilah Imam al-Munawi disebut dengan shuhbat al-mursyid bersahabat dengan mursyid, yaitu ketika ia menyinggung cara pencapaian akhlak yang terpuji dalam al-Faydh al-Qadîr-nya: “Cara memperoleh akhlak yang terpuji adalah dengan memperbanyak dzikir sambil bersahabat dengan mursyid yang sempurna”, (Faydh al-Qadîr, juz 3, halaman: 467).

Bersahabat dengan mursyid melahirkan akhlak yang agung, menyemaikan kesadaran keagamaan yang benar, dan membangkitkan gelora cinta ilahi yang tersalur dari kalbu mursyid ke dalam kalbu murid. Bersahabat dengan mursyid yang sempurna adalah langkah awal yang harus ditempuh dalam perjalanan menuju Tuhan. Perjalanan ini sekaligus menjadi sarana diagnosa dan terapi terhadap penyakit-penyakit yang dijangkitkan oleh virus paling ganas bernama iblis.

Dalam setiap kalbu terdapat apa yang disebut hazhzh al-Syaithan bagian setan, dan bagian inilah yang diambil Jibril dari qalbu Nabi Muhammad SAW. pada saat Beliau SAW berusia empat atau lima tahun dan pada saat menjelang kebeRangkatan beliau dalam perjalanan malam menuju Tuhan, (Shahih Muslim, juz 1, halaman: 147, Shahih Ibn Hibban, juz 14, halaman: 242, al-Mustadrak, juz 2, halaman: 575, Musnad Ahmad, juz 3, halaman: 149, 288, Musnad Abi Ya’la, juz 6, halaman: 108, 224, Musnad Abi Awanah, juz 1, halaman: 113, 125).

Baca juga:  Mengenal Kitab Pesantren (22): Kitab Wirid Penangkal Corona Karya Kiai Muslih Mranggen

 

Katalog Buku Alif.ID
Halaman: 1 2
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Scroll To Top