Sedang Membaca
Sabilus Salikin (10): Unsur-unsur Tarekat, Mursyid
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Sabilus Salikin (10): Unsur-unsur Tarekat, Mursyid

Sabilus Salikin (1): Islam, Tasawuf, dan Tarekat 2

Menurut berbagai riwayat yang shahih, wali-wali Allâh adalah hamba-hamba Allâh yang memiliki karakteristik utama “tidak pernah lepas dari berdzikir kepada Allâh” sebagaimana halnya Nabi SAW yang oleh ‘Aisyah dengan “selalu berdzikir kepada Allâh dalam setiap detik yang beliau miliki” (kana yadzkurullaha fi kulli ahyanihi, (Musnad Abi Ya’la, juz 8, halaman: 355). Imam al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir-nya meriwayatkan dari Abdullah Ibn Mas’ud bahwa Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيْحَ لِذِكْرِ اللهِ إِذَا رَؤَوْا ذَكَرَ اللهَ، (المعجم الكبير ، ج10، ص: 205)

Sesungguhnya di antara manusia ada kunci-kunci dzikrullah; apabila mereka dilihat orang maka (yang melihat) itu langsung berdzikir kepada Allâh, (al-Mu’jam al-Kabir, juz 10, halaman: 205).

Maksud “kunci-kunci dzikrullah” dalam riwayat tersebut adalah wali-wali Allâh SWT sesuai dengan Hadis dalam riwayat Ibn Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah wali-wali Allâh itu? Beliau menjawab:

قال رجل: يَارَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَوْلِيَاءِ اللهِ ؟ قَالَ: الَّذِيْنَ إِذَا رَؤَوْا ذَكَرَ اللهَ). مسند البزار ،ج 2، ص: 187)

Orang-orang yang apabila mereka dilihat orang maka orang (yang melihat) itu berdzikir kepada Allâh karena melihat mereka, (Mushannaf Ibn Abi Syaibah, juz 7, halaman: 79, Musnad al-Bazar, juz 2, halaman: 187).

Baca juga:  Adakah Sombong yang Tidak Tercela

Imam al-Suyuthi mengutip sebuah riwayat yang menceritakan bahwa kaum Hawariyyun bertanya kepada Nabi Isa As., “Siapa wali-wali Allâh yang tidak ada Rasa takut pada mereka dan mereka tidak pula bersedih?” Nabi Isa menjawab:“Orang-orang yang memandang hakikat dunia sementara manusia memandang permukaannya, dan orang-orang yang memandang dunia yang abadi (akhirat) sementara manusia memandang dunia yang fana” (Tafsir al-Durr al-Mantsur, juz 4, halaman: 370).

Dalam sebuah Hadis sahih diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: ( إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللهِ عُبَّادًا لَيْسُوْا بِأَنْبِيَاءٍ يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ قِيْلَ: مَنْ هُمْ لَعَلَّنَا نُحِبُّهُمْ ؟ قَالَ: هُمْ قَوْمٌ تَحَابُوْا بِنُوْرِ اللهِ مِنْ غَيْرِ أَرْحَامٍ وَلَا انْتِسَابٍ وُجُوْهُهُمْ نُوْرٌ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُوْرٍ لَا يَخَافُوْنَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُوْنَ إِذَا حَزَنَ النَّاسُ ثُمَّ قَرَأَ: { أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ (صحيح ابن حبان ج 2،ص: 332)

Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allâh terdapat orang-orang yang bukan nabi dan bukan pula syuhada’ tetapi pada hari kiamat para Nabi dan syuhada’ menginginkan seperti mereka karena kedudukan mereka di sisi Allâh ‘azza wa jalla.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa mereka dan apa amal-amal mereka? Boleh jadi kami akan mencintai mereka.” Rasulullah bersabda, “Mereka adalah kaum yang saling mencintai dengan ruh Allâh tidak atas dasar hubungan darah antara mereka dan tidak pula atas dasar harta yang saling mereka berikan. Demi Allâh, wajah mereka adalah nur (Allâh) dan mereka berada di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari nur; mereka tidak takut ketika orang lain takut”. Kemudian Rasulullah membacakan ayat

Baca juga:  Meneroka Kompleksitas Masyarakat Madura: Antara Islam, Oligarki Politik, dan Perlawanan Sosial

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾

Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allâh tidak ada Rasa takut pada mereka dan mereka tidak pula bersedih, (Q.S. Yunus, 10:62).

Hadis tersebut dikutip oleh Imam al-Jauzi dari jalur ‘Umar bin al-Khattab RA. dalam Zad al-Masir-nya, (Zad al-Masir, juz 4, halaman: 43-44), dan dikutip juga oleh Imam Ibn Hibban dalam Shahih-nya (Shahih Ibn Hibban, juz 2, halaman: 332), dan oleh Imam al-Baihaqi dalam al-Firdaus bi Ma’tsur al-Khithab (al-Firdaus bi Ma’tsur al-Khithab, juz 1, halaman: 134), dari jalur Abu Hurairah.

Katalog Buku Alif.ID
Halaman: 1 2 3 4 5
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Scroll To Top