Sedang Membaca
Ihwal Tanya dan Jawab Ulama
Nur Ahmad
Penulis Kolom

Alumus Master’s Vrije Universiteit Amsterdam dan Dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, UIN Walisongo, Semarang.

Ihwal Tanya dan Jawab Ulama

Kalimat tanya – kecuali yang diniatkan untuk menegaskan, menafikan atau mencela – selalu membutuhkan jawaban. Kita bisa menjawabnya dengan sangat pendek, sependek “ya” atau “tidak” pada pertanyaan “ya-tidak”.

Pada kalimat tanya lainnya, kita perlu menjawab dengan cukup panjang, sebanyak beberapa kalimat atau, jika kamu ingin, beberapa paragraf seperti pada kolom tanya ustadz di beberapa harian nasional.

Namun apakah pernah terbayangkan bahwa sebuah tanya melahirkan sebuah buku untuk menjawabnya? Beberapa buku ini menjadikan sebuah pertanyaan, baik dari kawan, murid atau orang asing, sebagai alasan utama kelahirannya.

1# Wahai orang bijak, apakah hakikat cinta?
Barangkali Anda menduga pertanyaan ini diajukan kepada seorang ahli ilmu jiwa. Atau bahwa jawabannya akan sesingkat “cinta adalah misteri, deritanya tiada akhir.”

Tapi keduanya salah. Yang ditanya adalah seorang ahli ilmu hukum Islam dari Andalusia (Spanyol sekarang), Ibnu Hazm al-Andalusiy. Bukan hanya sebagai ahli hukum semata, dia menganut mazhab Dhahiri yang begitu ketat menilai kalam-kalam ilahi berdasarkan aspek eksternal semata untuk menetapkan suatu hukum. Bisa anda duga betapa tidak cocoknya pertanyaan ini untuknya.

Namun, jawaban yang dia berikan untuk pertanyaan di atas pun tidak sesingkat yang anda duga. Bukan satu dua kalimat. Bukan pula satu dua paragraf, karena tidak ditujukan untuk mengisi kolom harian. Tapi setebal sebuah buku yang untuk membacanya anda butuh waktu berhari-hari.

Baca juga:  Muhammad Iqbal, Rasionalitas Mistik, dan Kemajuan Peradaban Islam

Alih-alih menjawab “cinta tidak dijelaskan Tuhanku dalam kitab suci-Nya”, dia menulis dengan begitu terstruktur segala hal mengenai cinta. Apa definisinya? Apa hakikatnya? Bagaimana memperolehnya? Untuk hal ini Ibnu Hazm menetapkan bahwa mimpi sebagai salah satu cari memperoleh cinta. Dan bagaimana mempertahankannya?

Di dalamnya juga disebutkan garam-garam percintaan, cemburu misalnya, dan bagaimana menanggapinya. Dengan kata lain, Anda tak akan menemukan secuil sifat rigid dan kaku Ibnu Hazm yang dipegangnya dalam menetapkan hukum. Itulah tanya yang melahirkan buku yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “Sabda Cinta dari Andalusia”.

2# Tuan, siapakah orang-orang yang suci itu?
Pertanyaan ini pernah diajukan kepada al-Hujwiri, seorang penempuh jalan pembersihan hati.

Melihat bahwa sang penanya memiliki hak mendapatkan jawabannya dan dia memang mampu untuk menjawab, al-Hujwiri memulai sebuah tulisan. Sebuah tulisan yang menyusun sebuah buku berjudul Kasyful Mahjub (Menyingkap yang Teralingi).

Alasan lainnya adalah bahwa al-Hujwiri menyadari bahwa di masanya, orang-orang yang menyadari akan pentingnya ilmu pembersihan jiwa telah semakin sedikit. Orang-orang di masanya sudah tidak mengerti arti tasawuf dan bagaimana menerapkannya dalam hidup.

Terlebih lagi, orang-orang sibuk dengan ilmu eksternal (zahir) seperti fikih (yurisprudensi Islam) dan hadis. Oleh sebab itu, dia mengawali tulisannya dengan bab penetapan akan sahnya ilmu ini, sehingga orang tidak menganggapnya sebagai ilmu “asing”.

Baca juga:  Kitab Tasawuf: Al-Hikam Jawa ala Kiai Soleh Darat Semarang

Setelah itu, al-Hujwiri memberikan contoh nyata siapa saja para sufi sejak masa Nabi Muhammad shalla Allah alaih wa sallam hidup hingga masa kehidupan al-Hujwiri sendiri. Yang meliputi Nabi Muhammad, tokoh suci dari keluarga beliau, para shahabat yang suci, dan tokoh-tokoh sufi di masa selanjutnya.

Catatan penting diberikan pada sikap “diam”, tidak memberi penilaian oleh al-Hujwiri pada sosok-sosok yang dianggap kontroversial oleh para sufi sendiri, seperti al-Hallaj. Catatan penting lain adalah disayangkan belum ada terjemahan buku ini dalam bahasa Indonesia.

Dengan menulis buku, mereka bukan hanya menjawab pertanyaan seseorang namun juga banyak orang lain yang memiliki pertanyaan serupa dari masa ke masa. Selain itu mereka juga mengabadikan nama mereka sehingga para pembaca buku mendoakan kebaikan bagi penulisnya.

Dan akhirnya kita bisa menyimpulkan bahwa menulis buku adalah cara yang paling kece untuk menjawab sebuah pertanyaan bukan?

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top