Munawir Aziz
Penulis Kolom

Kolumnis dan Peneliti, meriset kajian Tionghoa Nusantara dan Antisemitisme di Asia Tenggara. Kini sedang belajar bahasa Ibrani untuk studi lanjutan. Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom.

Jacques Chirac, Diplomasi Gus Dur, dan Gerakan Internasional Memaknai Holocaust

Pada awal Februari 2000, presiden Gus Dur menghadiri undangan makan siang di Elysee Palace, Paris, Prancis. Gus Dur ditemani Yenni Wahid dan sejumlah pejabat kementerian, untuk bersilaturahmi dan menerima jamuan dari Presiden Jacques Chirac.

Dari foto Stephane Reuet, yang terarsip Getty Images, Presiden Gus Dur tersenyum lebar kepada Chirac, orang nomer satu di Prancis pada tahun itu. Di samping Gus Dur, putrinya Yenni Wahid membantu mengenakan jas. Gus Dur datang menemui Chirac dengan pakaian resmi, setelas jas yang rapi.

Tentu saja, ingatan atas Gus Dur dan Jacques Chirac tidak sekedar satu frame foto itu. Hampir lima bulan sebelum peristiwa jamuan makan di Istana Elysee itu, Presiden Jacques Chirac menulis surat resmi kepada Gus Dur.

Chirac mengirimkan surat kenegaraan kepada Gus Dur pada 23 Oktober 1999, empat hari setelah pelantikan Presiden Indonesia.

Je forme des voeux très sincères pour le plein succès de l’ action de réformes politiques et économiques souhaitée par le peuple indonésien“. (Saya menyampaikan harapan yang sangat tulus untuk keberhasilan penuh dari aksi reformasi politik dan ekonomi yang diinginkan oleh rakyat Indonesia).

L’Asie et le monde ont besoin d’une Indonésie démocratique et prospère, occupant la place éminente qui lui revient sur la scène internationale. (Asia dan dunia membutuhkan Indonesia yang demokratis dan makmur, pada tempat yang selayaknya di level internasional.)

Baca juga:  Ulama Banjar (171): KH. Hasan Effendi Mr, S.Pd, M.Pd.

La France sera aux côtés de l’Indonésie sur ce chemin. Je vous prie de croire, Monsieur le Président, à l’assurance de ma très haute considération (Prancis akan bersama Indonesia di jalur ini. Terimalah, Tuan Presiden, pertimbangan saya).

Surat resmi kenegaraan yang dikirim Presiden Jacques Chirac kepada Presiden Abdurrahman Wahid menjadi bukti dukungan Prancis kepada Indonesia. Prancis ingin menjadi mitra Indonesia dalam pelbagai misi diplomatik di level internasional, selain kerjasama ekonomi, pendidikan dan kebudayaan antar dua negara. Reformasi politik dan ekonomi, menjadi point penting yang digaris bawahi pemerintah Prancis untuk memandang Indonesia sebagai aktor penting dalam diplomasi regional dan internasional.

Chirac merupakan pemimpin besar dari Prancis yang diakui di kawasan Eropa dan dunia internasional. Pengaruh politik internalnya kuat, kepemimpinan diplomatiknya mantab. Terlepas kontroversi politiknya di usia senjanya sebagai politisi, Chirac tetap diakui oleh kawan dan kolega politiknya.

Jacques Chirac meninggal di usia 88 tahun pada Kamis, 26 September 2019. Dalam karir politiknya, Chirac dua kali menjabat sebagai perdana menteri, yakni pada 1974-1976 dan 1986-1988. Ia juga pernah menjadi walikota Paris.

Chirac dan Gus Dur pernah bekerjasama dalam kampanye melawan antisemitisme. Keduanya tergabung sebagai pendiri Aladdin Project, yang diresmikan pada Jumat, 27 Maret 2009 di kantor utama UNESCO, Paris, Prancis.

Baca juga:  Mbah Shodiq Kiai Sat-set (7): Kiai Kampung, Santri Ngluthuk

Di antara pendiri Aladdin Project, yakni Jacques Chirac, KH. Abdurrahman Wahid, Prince Hasan bin Talal Jordan, Gerhard Schroder (mantan Kanselir Jerman), dan Ely Ould Mohamed Vall (mantan Kepala Negara Mauritania)

Peresmian Aladdin Project, dihadiri oleh Abdoulaye Wade (Presiden Senegal dan President of Islamic Conference), Princess Haya Rashid al-Khalifa (Bahrain), Koichiro Matsuura (Direktur Jenderal UNESCO), Simone Veil (Presiden Kehormatan the Foundation of the Memori of Shoah), David de Rothschild (Presiden the Foundation of Memori of Shoah), Chaterine Collona (Duta Besar, Delegase Permanen Prancis untuk UNESCO), dan Jacques Andreani (Duta Besar, President of the Committe of Conscience of the Aladdin Project) serta Jacques Chirac.

Aladdin Project merupakan gerakan bersama para pemimpin internasional untuk memaknai kembali peristiwa Holocaust (shoah). Dalam sejarah dunia, Holocaust merupakan peristiwa pembantaian kejam yang menewaskan ribuan warga Yahudi. NAZI Jerman merupakan dalang dari peristiwa ganas ini, yang mewariskan trauma mendalam bagi banyak orang, terutama warga Yahudi.

Namun, seiring waktu, ada juga pihak yang menyangkal kebenaran sejarah dari holocaust. Bahkan, ada yang menganggap bahwa Holocaust ini rekayasa dari Yahudi Israel untuk membangkitkan simpati publik. Di sisi lain, gerakan-gerakan neo-Nazi juga berupaya mengkritisi data-data Holocaust, sembari menyangkal memori atas peristiwa kejam itu.

Baca juga:  Ulama Banjar (7): Habib Hamid bin Abbas Bahasyim

Nah, Aladdin Project diupayakan menjadi ruang dialog dan belajar bersama tentang peristiwa Holocaust (Shoah). Selain itu, Aladdin Project juga mengembangkan kampanye terkait dengan pemahaman yang lebih jernih atas semitisme, dan menolak gerakan antisemit. Kampanye atas pemahaman agama Abrahamic yang lebih terbuka, dengan penekanan untuk moderasi dan perdamaian dunia.

Pada peringatan 10 tahun Aladdin Project 29 Mei 2017, digelar perayaan yang dihadiri perwakilan UNESCO Irina Bokova dan mantan Presiden Prancis Nicola Sarkozy. Pada agenda itu, Sheikh Mohammed bin Isa Al Jabeer mendapatkan penghargaan 2017 Prize for Dialogue of Cultures. Penghargaan ini diberikan kepada tokoh-tokoh yang berdedikasi tinggi dan mengabdikan diri untuk perjuangan kemanusiaan serta dialog peradaban.

Aladdin Project merupakan catatan dan sejarah yang menggambarkan kedekatan Gus Dur dengan Jacques Chirac, serta beberapa pemimpin dunia lintas negara. Kedekatan Gus Dur dan Chirac bahkan melampui jabatan keduanya sebagai Presiden dan pemimpin negara. Keduanya dipertemukan oleh visi, semangat memperjuangkan kemanusiaan dan mengabdi untuk perdamaian. (*).

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top