Muhammad Asad
Penulis Kolom

Mengabdi di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Clubhouse, Medsos yang Unik dan Eksklusif di Era Dakwah 3.0  

Clubhouse

Satu bulan terakhir, mulai bermunculan di linimasa Facebook dan Twitter dimana warganet berbagi link acara diskusi dan kumpul-kumpul secara online di media sosial baru bernama  Clubhouse. Medsos baru ini terbilang unik karena hanya menggunakan suara. Clubhouse tidak menggunakan video seperti zoom, foto cantik seperti Instagram ataupun Twitter dan Facebook yang berbasis postingan gambar dan video dengan menyertakan narasi dari pemilik akun.

Pengguna Clubhouse hanya mengandalkan suara dimana mereka bisa berbagi forum diskusi. Baik yang bertema serius ataupun sekedar berkeluh kesah kegiatan mereka sehari-hari. Yang lebih menarik lagi, tidak mudah untuk masuk dan mendaftar ke medsos satu ini. Selain memang sementara ini hanya tersedia bagi pengguna perangkat IOS (Iphone Operating System). Siapapun yang memasang aplikasi Clubhouse harus menunggu undangan terlebih dahulu dari pengguna yang sudah terdaftar. Ini membuat clubhouse terasa eksklusif dimana hanya sedikit orang yang bisa bergabung.

Lebih dari itu, nuansa informal dan egaliter cukup terasa di Clubhouse. Paling tidak jika dibandingkan dengan medsos obrolan daring sejenis seperti Zoom ataupun Google Meet. Jika kita ibaratkan pengguna Clubhouse sebagai orang di dunia nyata, mereka adalah yang datang ke kafe atau warung kopi hanya untuk sekedar ngobrol kesana kemari atau bahkan diskusi serius terkait satu topik.

Dalam suasana serius, seseorang bisa menjadi penengah atau moderator yang mengatur lalu lintas diskusi. Sebaliknya, nuansa santai dan tidak resmi bisa dipilih dimana semua pengguna bisa menjadi “pembicara” dan saling menyela satu sama lain tanpa ada penengah.

Baca juga:  A Western Islam?

Di Jawa Timur, forum seperti ini biasa disebut sebagai cangkrukan, di mana klaster perkawanan berkumpul berjam-jam membahas banyak topik yang menyenangkan mereka semua. Clubhouse sendiri dalam bahasa Inggris memang bisa disamakan dengan kata cangkrukan. Ini dikarenakan kata clubhouse dalam bahasa Inggris secara harfiah artinya tempat berkumpul atau kafe. Ini memang kata benda (noun). Tapi dalam bahasa informal, clubhouse juga bisa disamakan dengan kata hang out.

Jika kita dialihbahakan ke dalam bahasa Jawa, maka cangkrukan adalah kata yang pas untuk mengartikan. Jadi tidak salah jika kita mengandaikan pengguna aplikasi Clubhouse di dunia nyata sebagai orang-orang yang datang dan cangkrukan di warung kopi secara bersama-sama

Dakwah ala Cangkrukan

Banyak sekali room, atau klaster topik di aplikasi Clubhouse. Dari semuanya, yang menarik untuk diamati adalah kegiatan dakwah di medsos ini. Sebagaimana kita tahu dalam satu dekade terakhir geliat dakwah daring maupun luring cukup aktif di negara kita ini. Mulai dari kelompok yang bisa dikategorikan konservatif, moderat maupun “radikal” semuanya tumpah ruah berdakwah di dunia digital.

Sepintas terlihat, adalah kelompok konservatif atau radikal yang menguasai jagat Islam digital di Indonesia. Tapi lambat laun banyak pendakwah-pendakwah dari pesantren seperti Gus Miftah atau Gus Baha yang mulai mendapat tempat di hati netizen. Bahkan dari survey terakhir melalui situs trafik Alexa.com, NU Online menempati peringkat tertinggi sebagai website Islam yang paling banyak dikunjungi. Demikian pula di Clubhouse, medsos gaya cangkrukan ini menjadi alternatif tersendiri dimana dakwah dilaksanakan dengan santai tapi esensi belajar ilmu keislaman tetap terjaga. Dialog dua arah sangat bisa dilakukan baik itu melalui tanya jawab dengan ustadz secara langsung maupun bimbingan mengaji Al-Qur’an yang bisa dilakukan tanpa hambatan jarak.

Baca juga:  Para Singa Pangung, dari Mulai Kiai Zainuddin MZ, Aa Gym hingga Gus Mus

Beberapa forum dakwah bisa ditemukan di sini, seperti tanya jawab agama yang dibimbing oleh Rais Syuriyah PCINU di Australia, Nadirsyah Hosen. Forum yang sama juga bisa ditemukan yang dikelola oleh founder Kawal Pemilu dan Kawal Covid, Ainun Najib yang berada di Singapura bersama CEO Kaninga Pictures, Willawati, yang membuat forum harian tanya jawab agama dan bimbingan membaca Al-Qur’an.

Selain itu, di sprektrum yang lain kita juga bisa menemukan forum kajian agama dibawah bimbingan Ustadz Salafi, Muhammad Abduh Tuasikal, Oemar Mita dan juga Rene Suhardono yang dikenal sebagai aktivis Hijrah. Bisa dikatakan aplikasi Clubhouse akan menjadi ruang kontestasi baru dakwah Islam di Indonesia, antara kelompok konservatif dan moderat di Indonesia.

Tetapi tidak seperti dakwah di website ataupun medsos yang lain, dimana biasanya NU tertinggal, kali ini semua pendakwah dari berbagai spektrum kelompok Islam berangkat dengan posisi start yang sama. Dan dengan budaya cangkruan yang sudah biasa dan khas di kalangan NU, ada kemungkinan pendakwah dari organisasi Islam terbesar di Indoesia ini akan cukup mewarnai. Apalagi ketika nanti clubhouse sudah terseda di smartphone Android. Akan tumpah ruah dan diisi oleh pendakwah dari kalangan pesantren.

Ejawantah Dakwah 3.0

Baca juga:  Khalifah Harun Nasehati Pendakwah

Hew Wai Weng (2015), seorang peneliti dakwah Islam di Indonesia, mengatakan bahwa saat ini adalah era dakwah 2.0 dimana pendakwah mengombinasikan daring dan luring untuk kegiatan dakwahnya. Tapi dengan semakin banyaknya medsos baru yang memberikan ruang yang sangat luas kepada aktivitas daring dengan berbagai macam kemudahannya, sepertinya akan ada pergeseran besar. Dakwah Islam tidak lagi kombinasi daring dan luring, tetapi sepenuhnya daring. Apalagi di suasana pandemi saat ini, dimana orang dipaksa untuk lebih banyak tinggal dirumah yang efeknya kemungkinan besar akan tetap kita rasakan sampai satu dekade ke depan.

Jadi cukup adil untuk mengatakan bahwa dakwah model cangkrukan ala Clubhouse adalah bentuk ejawantah era dakwah 3.0. Sebuah fenomena baru dimana dakwah Islam fokus sepenuhnya di dunia daring, tanpa bertatap muka layaknya program-program dakwah yang sering kita ikuti.

Lebih dari itu, di Clubhouse netizen akan merasakan suasana informal dan cair sehingga pengetahuan narasumber lebih tergali, dan para santri daring bisa mendapatkan ilmu agama secara lebih maksimal.

 

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top