Sedang Membaca
Menanggapi Wahabi: Mengapa Mazhab Fikih Syafi’i Tetapi Akidahnya Asy’ari?
Ma'ruf Khozin
Penulis Kolom

Alumni pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri. Aktif mengisi ceramah umum.

Menanggapi Wahabi: Mengapa Mazhab Fikih Syafi’i Tetapi Akidahnya Asy’ari?

Ini adalah pertanyaan yang meracuni para pengikut mazhab Syafii di bidang fikih dan mazhab Asy’ari di bidang akidah. Sekilas memang masuk akal dan membuat keragu-raguan. Namun menjawabnya sebenarnya sangat mudah. Bahwa tidak ada pertentangan antara Akidah Imam Syafii dan Imam Asy’ari.

Kalau masih ditanya jika tidak ada pertentangan lalu mengapa tidak langsung ikut akidah Imam Syafii? Kita jawab bahwa kitab-kitab Imam Syafii yang sampai kepada kita secara mutawatir adalah kitab fikih. Mana kitab akidah karya Imam Syafii yang secara valid sama seperti riwayat al-Umm yang sampai kepada kita? Berapa jumlahnya? Siapa para perawinya? Sementara ilmu akidah yang diriwayatkan dari Imam Asy’ari yang sampai kepada kita secara valid adalah akidah Imam Asy’ari.

Isyarat Hadis Ulama Ahli Akidah dari Asy’ari

Mengapa dalam akidah kita memilih mazhab Asy’ari? Sebab ada penjelasan hadis yang menjelaskan tentang keutamaan Kabilah Asy’ari yang secara khusus bertanya kepada Nabi tentang ilmu Akidah:

فَقَالَ اقْبَلُوا الْبُشْرَى يَا أَهْلَ الْيَمَنِ إِذْ لَمْ يَقْبَلْهَا بَنُو تَمِيمٍ قَالُوا قَدْ قَبِلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالُوا جِئْنَاكَ نَسْأَلُكَ عَنْ هَذَا الْأَمْرِ قَالَ كَانَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ وَكَتَبَ فِي الذِّكْرِ كُلَّ شَيْءٍ وَخَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ

Nabi bersabda: “Terimalah kabar gembira, Wahai Penduduk Yaman, karena tidak diterima oleh Bani Tamim”. Mereka bertanya: “Telah kami terima, wahai Rasulullah. Kami datang untuk bertanya tentang masalah ini (awal penciptaan)”. Nabi bersabda: “Allah telah ada, tidak ada sesuatu apapun selain Allah. Arsy Allah ada di atas air. Allah mencatat di Lauh Mahfudz segala sesuatu. Allah menciptakan langit dan bumi” (HR Al-Bukhari 2953)

Ahli hadis al-Hafdiz Ibnu Hajar yang akidahnya bermamzhab Asy’ari berkata:

وَاسْتَنْبَطَ بَعْضُهُمْ مِنْ سُؤَالِ الْأَشْعَرِيِّيْنَ عَنْ هَذِهِ الْقِصَّةِ أَنَّ الْكَلَامَ فِي أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَحُدُوْثِ الْعَالَمِ مُسْتَمِرَّانِ فِي ذُرِّيَّتِهِمْ حَتَّى ظَهَرَ ذَلِكَ مِنْهُمْ فِي أَبِي الْحَسَنِ الْأَشْعَرِي أَشَارَ إِلَى ذَلِكَ ابْنُ عَسَاكِرَ

Baca juga:  Menanggapi Problem Pluralitas di Indonesia

Sebagian ulama berdalil dari pertanyaan Kabilah Asy’ari tentang kisah ini bahwa pembahasan ilmu Akidah dan alam yang baru tercipta akan tetap ada dalam keturunan mereka hingga tampak dari mereka dalam diri Abu Hasan Al-Asyari. Masalah ini dijelaskan oleh Ibnu Asakir (Fath Al-Bari 6/290)

Siapa Imam Abu Hasan al-Asy’ari?

أَبُو الْحَسَنِ الْأَشْعَرِي الْبَصْرِي إِمَامُ الْمُتَكَلِّمِيْنَ وَنَاصِرُ سُنَّةِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَالذَّابُّ عَنِ الدِّيْنِ وَالْمُصَحِّحُ لِعَقَائِدِ الْمُسْلِمِيْنَ مَولِدُهُ سَنَةَ سِتِّيْنَ وَمِائَتَيْنِ وَقِيْلَ سَنَةَ سَبْعِيْنَ أَخَذَ عِلْمَ الْكَلَامِ أَوَّلًا عَنْ أَبِي عَلِيٍّ الْجُبَائِي شَيْخِ الْمُعْتَزِلَةِ ثُمَّ فَارَقَهُ وَرَجَعَ عَنِ الْاِعْتِزَالِ وَأَظْهَرَ ذَلِكَ وَشَرَعَ فِي الرَّدِّ عَلَيْهِمْ وَالتَّصْنِيْفِ عَلَى خِلَافِهِمْ وَدَخَلَ بَغْدَادَ وَأَخَذَ عَنْ زَكَرِيَّا السَّاجِي وَغَيْرِهِ

Abu Hasan Al-Asy’ari, orang Basrah, pemimpin ulama ilmu Kalam, penolong sunah Nabi, pembela agama, yang mensahihkan akidah umat Islam. Lahir pada 260 H, ada yang mengatakan 270. Awalnya belajar ilmu Kalam kepada Abu Ali Al-Jubai, pemimpin Muktazilah. Lalu Abu Hasan Al-Asy’ari berpisah dengan gurunya dan keluar dari Muktazilah. Ia memperlihatkan hal itu dan mulai melakukan penolakan terhadap Muktazilah dan menulis kitab yang berbeda dengan mereka. Kemudian Abu Hasan Al-Asy’ari datang ke Baghdad dan belajar kepada Zakariya As-Saji dan lainnya (Syekh Ibnu Qadhi Syuhbah, Thabaqat Asy-Syafiiyah 1/113)

Siapa al-Hafidz ZakariyaaAs-Saji yang Menjadi Guru Imam Asy’ari?

Berikut penjelasan para ulama:

1. Al-Hafidz Ibnu Hajar

زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى بْنِ دَاوُدَ الْحَافِظُ أبُوْ يَحْيَى السَّاجِي الْبَصْرِي أَحَدُ الْأَثْبَاتِ مَا عَلِمْتُ فِيْهِ جَرْحًا أَصْلًا …. وَحَدَّثَ عَنْهُ (الساجي) أَيْضاً أبُوْ الْحَسَنِ الْأَشْعَرِي وَأَخَذَ عَنْهُ مَذَاهِبَ أَهْلِ اْلحَدِيْثِ

Zakariya bin Yahya bin Dawud, al-Hafidz, Abu Yahya as-Saji, al-Bashri, salah satu ulama yang kokoh. Saya tidak menemukan ulama yang menilai cacat sama sekali. Ulama yang mengambil ilmu dari as-Saji adalah Abu Hasan al-Asy’ari. Ia mengambil darinya madzhab ahli hadis (Lisan Al-Mizan 2/488)

Baca juga:  Qiraah Sab'ah 2: Kisah Sahabat Nabi Menyikapi Perbedaan Bacaan Al-Qur'an

2. Al-Hafidz adz-Dzahabi

السَّاجِى الْاِمَامُ الْحَافِظُ مُحَدِّثُ الْبَصْرَةِ أبُو يَحْيَى زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى …. وَعَنْهُ اَخَذَ أبُو الْحَسَنِ الْاَشْعَرِي الْاُصُوْلِي تَحْرِيْرَ مَقَالَةِ اَهْلِ الْحَدِيْثِ وَالسَّلَفِ

Baca Juga: Kitab al-Umm Karya Imam asy-Syafii, Kitab Induk mazhab Syafii, as-Saji, seorang imam, al-Hafidz, ahli hadis dari Basrah (Iraq), Abu Yahya Zakariya bin Yahya. Ulama yang belajar kepadanya adalah Abu Hasan al-Asy’ari -yang ahli di bidang akidah- dalam menetapkan pendapat ahli hadis dan ulama Salaf (Tadzkirah Al-Huffadz 2/709)

3. Syekh Ibnu Qadhi Syuhbah

زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى أَبُوْ يَحْيَى السَّاجِي الْبَصْرِي الْحَافِظُ أَحَدُ الْأَئِمَّةِ الثِّقَاتِ أَخَذَ عَنِ الْمُزَنِي وَالرَّبِيعِ أَخَذَ عَنْهُ الشَّيْخُ أَبُو الْحَسَنِ الْأَشْعَرِي مَذْهَبَ أَهْلِ السُّنَّةِ مِنَ الْمُحَدِّثِيْنَ.

Zakariya bin Yahya, as-Saji, dari Basrah, al-Hafidz salah satu imam yang terpercaya. Ia belajar ilmu kepada Muzani dan Rabi’. Ulama yang belajar kepada as-Saji adalah Abu Hasan al-Asyari tentang mazhab Ahlissunnah dari kalangan ahli hadis (Thabaqat Asy-Syafiiyah 1/7).

Sudah maklum bagi para pelajar mazhab Syafii bahwa al-Muzani dan Rabi’ al-Muradi adalah murid Imam asy-Syafii. Andaikan akidah Imam Syafii bertentangan dengan pandangan al-Asy’ari maka sudah pasti akan ada penolakan. Nyatanya tidak ada!

Akidah Siapa yang Dipilih Ulama Syafiiyah?

وَحَكَيْنَا لَكَ مَقَالَةَ الشَّيْخِ ابْنِ عَبْدِ السَّلَامِ وَمَنْ سَبَقَهُ إِلَى مِثْلِهَا وَتَلَاهُ عَلَى قَوْلِهَا حَيْثُ ذَكَرُوْا أَنَّ الشَّافِعِيَّةَ وَالْمَالِكِيَّةَ وَالْحَنَفِيَّةَ وَفُضَلَاءَ الْحَنَابِلَةِ أَشْعَرِيُّوْنَ … وَمِنْ كَلَامِ ابْنِ عَسَاكِرَ حَافِظِ هَذِهِ الْأُمَّةِ الثِّقَةِ الثَّبْتِ هَلْ مِنَ الْفُقَهَاءِ الْحَنَفِيَّةِ وَالْمَالِكِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ إلَّا مُوَافِقٌ الْأَشْعَرِىَّ

Kami ceritakan kepadamu perkataan Syekh Ibnu Abdissalam dan pendahulunya yang sependapat, bahwa para ulama berkata: “Ulama Syafiiyah, Ulama Malikiyah, Ulama Hanafiyah dan Ulama Utama dari mazhab Hanbali mereka adalah bermadzhab Asy’ari… Diantara perkataan Ibnu Asakir, ahli hadisnya umat Islam yang terpercaya dan kokoh, adalah: “Tidaklah ada ulama Ahli Fikih dari mazhab Hanafi, Maliki dan Syafi’i kecuali sesuai dengan Asy’ari” (Thabaqat Asy-Syafiiyah Al-Kubra, 3/373)

Baca juga:  Kerukunan Mazhab di Makam Syekh Yazid al-Busthami

Kesimpulan:

Saya simpulkan dari Imam As-Subki bahwa Imam Abu Hasan Al-Asy’ari adalah ulama ahli hadis yang bermazhab Syafi’i. Dari sinilah kemudian para ulama ahli fikih lintas mazhab memilih mazhab Asy’ari di bidang Akidah;

كُتِبَ اسْتِفْتَاءٌ فِيْمَا يَتَعَلَّقُ بِحَالِ الشَّيْخِ فَكَانَ جَوَابَ الْقُشَيْرِى مَا نَصُّهُ بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اتَّفَقَ أَصْحَابُ الْحَدِيْثِ أَنَّ أَبَا الْحَسَنِ عَلِىَّ بْنِ إسْمَاعِيْلَ الْأَشْعَرِى كَانَ إِمَامًا مِنْ أَئِمَّةِ أَصْحَابِ الْحَدِيْثِ وَمَذْهَبُهُ مَذْهَبُ أَصْحَابِ الْحَدِيْثِ تَكَلَّمَ فِى أصُوْلِ الدِّيَانَاتِ عَلَى طَرِيْقَةِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَرَدَّ عَلَى الْمُخَالِفِيْنَ مِنْ أَهْلِ الزَّيْغِ وَالْبِدْعَةِ

Telah tertulis permintaan fatwa yang berkaitan dengan Syekh Al-Asy’ari. Jawaban dari Al-Qusyairi: “Dengan nama Allah yang bersifat Rahman dan Rahim. Ulama ahli hadis sepakat bahwa Abu Hasan, Ali bin Ismail, Al-Asy’ari adalah imam di bidang hadis. Madzhabnya adalah ulama hadis. Beliau berpendapat tentang Akidah berdasarkan Madzhab Ahlissunnah dan memberi bantahan kepda kelompok yang menyimbang dan berbuat bidah” (Thabaqat Asy-Syafiiyah Al-Kubra 3/374)

وَقَدْ زَعَمَ بَعْضُ النَّاسِ أنَّ الشَّيْخَ كَانَ مَاِلِكىَّ الْمَذْهَبِ وَلَيْسَ ذَلِكَ بِصَحِيْحٍ إِنَّمَا كَانَ شَافِعِيًّا تَفَقَّهَ عَلَى أَبِى إِسْحَاقَ الْمَرْوَزِى نَصَّ عَلَى ذَلِكَ الْأُسْتَاذُ أَبُو بَكْرٍ ابْنُ فَوْرَكَ فِى طَبَقَاتِ الْمُتَكَلِّمِيْنَ وَالأُسْتَاذُ أَبُو إِسْحَاقَ الْإسْفِرَايِنِى فِيْمَا نَقَلَهُ عَنْهُ الشَّيْخُ أبُوْ مُحَمَّدٍ الْجُوَيْنِى فِى شَرْحِ الرِّسَالَةِ

Sebagian orang mengira bahwa Syekh Abu Hasan Al-Asyari adalah bermadzhab Maliki. Ini tidak benar. Beliau bermazhab Syafii. Beliau belajar fikih kepada Abu Ishaq al-Marwazi. Hal ini dijelaskan oleh Ustaz Abu Bakar Ibnu Faurak dalam kitab Thabaqat al-Mutakallimin. Dan oleh Ustaz Abu Ishaq Al-Isfirayin dalam penjelasan yang dikutip oleh Syekh Abu Muhammad al-Juwaini dalam Syarh Ar-Risalah (Thabaqat Asy-Syafiiyah Al-Kubra 3/352)

Jadi, Nahdliyyin itu bermazab Imam Asy’ari di bidang Akidah telah memiliki sanad yang jelas dari para pendahulu ulama Syafi’iyah yang telah memilih Imam Asy’ari dan tetap istiqamah.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
4
Ingin Tahu
4
Senang
2
Terhibur
1
Terinspirasi
3
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top