Sedang Membaca
Chairil Anwar: Kematian, Iklan, Buku
Bandung Mawardi
Penulis Kolom

Esais. Pegiat literasi di Kuncen Bilik Literasi, Karanganyar, Jawa Tengah

Chairil Anwar: Kematian, Iklan, Buku

Iklan Buku Chairil

Setumpuk majalah lama di depan Durjana. Ia sembarangan membuka majalah-majalah, berharap mendapat keajaiban atau kejutan. Setiap hari membaca majalah lama seperti upacara berlimpahan ingatan. Di situ, ada kemauan mundur atau bergerak ke belakang dengan kesanggupan berpikir dan berbahasa.

Durjana membaca Star Weekly, 27 April 1957.

Umat sastra di Indonesia mengetahui April itu ingatan kematian dan penghormatan. Nama dilanggengkan dengan tulisan, pementasan, seminar, dan lukisan: Chairil Anwar. Sosok dikenang bermula kematian, bukan kelahiran.

Halaman iklan macam-macam. Tiga kata dicetak berukuran besar dengan huruf-huruf kapital: SEWINDU CHAIRIL ANWAR. Iklan mementingkan nama tenar dalam kesusastraan (modern) di Indonesia.

Iklan dari Toko Buku dan Penerbit Gunung Agung, Jalan Kwitang 13, Jakarta. Iklan buku untuk orang-orang bernafsu membaca tapi berduit. Durjana membaca: “Dalam persediaan. Untuk memperingati sewindu hari wafat Chairil Anwar pada tanggal 28 April 1957 dan agar umum mengetahui buah tjiptaannja serta beberapa karangan tentang almarhum tersebut milikilah buku-buku…”

Peringatan atas kematian membekali orang-orang membuat keputusan untuk membeli buku. Durjana menunduk dan mengerti. Orang kadang terpanggil membaca buku setelah penulis mati. Konon, membaca itu sejenis doa. Kemauan membaca buku pun penghormatan untuk almarhum atau almarhumah.

Di situ, Durjana membaca judul buku ditawarkan: Chairil Anwar Pelopor Angkatan ’45. Buku disusun oleh HB Jassin. Harga buku: Rp 22,50. Iklan mengajak orang mengenang tokoh dengan membeli buku. Tata cara menjual buku cukup mengejutkan pada masa 1950-an.

Baca juga:  Syekh Yasin Al-Fadani dan Ilmu Falak (2): Syekh Yasin, Ulama Indonesia yang Mendunia

Durjana lekas mengambil buku mau hancur. Buku telah dirusak binatang kecil tapi ganas. Lubang-lubang itu menjadikan buku terluka. Sekian tahun lalu, buku itu dibeli dengan harga murah.

Buku berwajah apik. Tiga gambar buatan Zaini.

Buku itu dulu diiklan di Star Weekly. Buku diterbitkan Gunung Agung, 1956.  HB Jassin menerangkan: “Tudjuh tahun adalah waktu jang tjukup lama untuk melupakan seseorang jang sudah mati, tapi pula merupakan djarak jang tjukup djauh untuk menilainja sewadjarnja atas kekurangannja dan keistimewaannja.” HB Jassin menggarap buku itu mula-mula dari kematian. Begitu.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top