Sedang Membaca
Ketika Abu Ayyub al-Anshari Menyediaakan Rumah hingga Makanan untuk Nabi

Nahdliyin, menamatkan pendidikan fikih-usul fikih di Ma'had Aly Situbondo. Sekarang mengajar di Ma'had Aly Nurul Jadid, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Menulis Sekadarnya, semampunya.

Ketika Abu Ayyub al-Anshari Menyediaakan Rumah hingga Makanan untuk Nabi

masa kecil

Nama sahabat yang satu ini menjadi terkenal ketika nabi menjadikan rumahnya persinggahan, persisnya sewaktu beliau baru saja tiba di Madinah.

Sesaat setelah melakukan perjalanan darat dari Mekkah pada peristiwa hijrah akhirnya nabi sampai di Madinah. Di kota yang dulu bernama Yastrib itu, beliau sudah disambut dengan penuh kerinduan. Sepanjang perjalan, kaum muslimin berjajar di depan rumah mereka sembari menawarkan jasa tinggal untuk Nabi.

Kaum muslimin berharap, rumah mereka yang dipilih Nabi, persis seperti seorang kiai pergi ke daerah-daerah, alumni di daerah tersebut ingin rumahnya dijadikan tempat singgah. Saat baru Hijrah, Nabi belum memiliki tempat tinggal. Sembari proses pembikinan masjid dan kamar untuk beliau, sementara waktu Nabi diminta dimana saja beliau berkenan tinggal.

Kebahagiaan menjadi milik keluarga Abu Ayyub al-Anshari, seorang sahabat yang memiliki nama asli Khalid bin Zaid bin Kulaib, sebab rumahnya yang dipilih menjadi tempat tinggal. Unta yang dikendarai Nabi berhenti persis di depan rumahnya. Itulah yang dijadikan cara Nabi untuk memilih rumah, yakni sesuai dimana untanya berhenti.

Tahu rumahnya dipilih sang junjungan, ia senang bukan kepalang. Ia menyambutnya dengan sambutan luar biasa. Berbagai makanan dan aneka santapan disediakan untuk lelaki putra Abdullah ini. Kebahagiaannya ketika itu seperti kebahagiaan manusia yang didatangi dunia dan seisinya.

Baca juga:  Pansus Buloggate dan Bruneigate, Langkah Riil Pertama DPR untuk Jatuhkan Gus Dur

Rumah Abu Ayyub terdiri dari dua lantai. Nabi diproyeksikan tinggal di lantai atas. Karuan saja ia menurunkan barang-barang yang ada di lantai atas.

Belum selesai memindah, Nabi dengan senang hati meminta untuk tinggal di lantai bawah. Beliau tak mau merepotkan tuan rumah. Abu Ayyub kemudian memenuhi keinginan Nabi.

Ketika malam pertama Nabi menginap, Abu Ayyub dan kelauarganya tak bis tidur. Sebelum mengunci pintu ia mendapati istrinya di ruangan itu. Ia kemudian berkata:

“Celakalah kamu! Apa yang kita lakukan ini? Apakah rasulullah ada di bawah sementara kita di posisi yang lebih tinggi? Apakah kita berjalan di atas nabi? Apakah kita akan menjadi penghalang antara beliau dan wahyu? Jika demikian sungguh kita termasuk orang yang celaka”

Malam itu pasangan suami istri tersebut benar-benar gusar. Mereka tak bias tidur dengan tenang. Hingga akhirnya mereka memilih tidur di pojok rumah. Mereka juga pantang berjalan ke area tengah khawatir  suul adab pada Nabi.

Keesokan harinya Abu Ayyub mengadukan yang terjadi semalam pada Nabi:

“Wahai Nabi! Sungguh tadi malam aku tak bis memejamkan mata sama sekali.”

“Ada apa wahai Abu Ayyub?” tanya Nabi dengan tenang.

Kemudian Abu Ayyub mencertiakan kegelisahan yang menimpanya semalam. Mendengar keluh kesah Abu Ayyub, nabi menjawab: “Tenang Wahai Abu Ayuub. Aku lebih mudah tinggal di ruangan bawah sebab banyak tamu yang akan dating dengan demikian agar aku bisa leluasa menerima tamu.”

Baca juga:  Tempat Bersejarah di Tanah Suci dan Arab Saudi (6): Hijir Ismail

Mendengar jawaban itu, Abu Ayyub menerima tetapi kegusarannya tetap selalu menghantui. Malam hari selanjutnya, ia tetap tak bias tidur. Kebetulan malam itu di lantai atas ada air yang tumpah. Sementara ia hanya memiliki satu kain yang dijadikan alas. Kain itulah yang dijadikan untuk mengelap tumpahan air tersebut agar tidak jatuh ke ruangan bawah.

Keesokan harinya Abu Ayyub tak tahan untuk tak mengadukan kegelisahannya pada nabi. Ia berkata:

“Demi bapak ibuku, Sesungguhnya aku segan aku ada di atas engkau, nabi. Dan engkau ada di bawahku,” Abu Ayyub lalu melanjutkan kisah yang terjadi semalam. Mendengar kisah itu, nabi akhirnya berkenan ke lantai atas. Sementara keluarga Abu Ayyub pindah ke bagian bawah.

Di rumah Abu Ayyub nabi tinggal selama tujuh bulan hingga akhirnya pembangunan masjid dan kediaman nabi selesai. Ketika masjid sudah selesai akhirnya nabi pindah dan keduanya tetap bertetangga dengan baik. Sebab rumah Abu Ayyub dan Mesjid Nabawi sangat dekat.

Suatu waktu Nabi, Abu Bakar dan Umar sedang kelaparan. Sedang mereka tak punya apapun untuk dimakan. Ketiganya lalu mendatangi rumah Abu Ayyub sebab tiap hari Abu Ayyub memang menyediakan makanan untuk Nabi. Jika Nabi tak butuh baru makanan itu diberikan pada keluarganya sendiri. Dalam titik ini, Abu Ayyub bias disebut penyedia akomodasi untuk Nabi.

Baca juga:  Ayyamul ‘Arab: Sejarah Perang Syair Masyarakat Arab

Abu Ayyub wafat di usia 80 tahun. Makamnya ada di Turki hingga kini menjadi pusat ziarah banyak orang.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top