Sedang Membaca
Menengok Miqyas al-Nil, Mukjizat Arsitektur Islam di Kairo

Dosen di UNU Jakarta. Selain itu, menulis buku dan menerjemah

Menengok Miqyas al-Nil, Mukjizat Arsitektur Islam di Kairo

Menengok Miqyas al-Nil, Mukjizat Arsitektur Islam di Kairo 2

Nilometer dibangun di ujung pulau Raudhah (Rhoda), wilayah Kairo Selatan. Di seberang kawasan Nilometer terdapat ibu kota Mesir-Islam pertama, Fustat, yang didirikan oleh Sahabat Nabi, Amr ibn Ash, juga komplek pemukiman zaman Romawi yang meliputi benteng Babylon, komplek Gereja Tua Margirgis dan Sinagog ibn Ezra.

Nilometer merupakan perpaduan antara kematangan dan keakuratan ilmu matematika dan geologi dengan keindahan dan kecanggihan ilmu arsitektur.

Uniknya, dari awal mula didirikan hingga sekarang, Nilometer belum banyak mengalami perubahan dan pemugaran, masih seperti bentuk aslinya seperti ketika pertama kali didirikan, kecuali bentuk kubah dan dinding luarnya saja.

Dari luar, Nilometer tampak seperti bangunan yang menawan nan kokoh, berbahan batu granit berwarna cokelat, berbentuk kubus simetris. Di tengah-tengahnya menjulang kubah berukuran sedang yang puncaknya berbentuk kerucut.

Sekilas, bentuk “kubah kerucut” ini tampak seperti kubah masjid peninggalan dinasti Seljuk yang banyak tersebar di Asia Minor (Turki).

Di bagian dalamnya, Nilometer terdiri atas sebuah lubang besar di bawah tanah, membentang di bawah permukaan air Sungai Nil. Lubang tersebut terhubung dengan Sungai Nil oleh tiga terowongan pada ketinggian yang berbeda-beda. Terdapat 45 tangga dalam terowongan dengan lebar masing-masing 24 cm. Fungsi tangga-tangga tersebut untuk mengukur ketinggian air Sungai Nil.

Baca juga:  Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Monumen Penghormatan pada Tradisi

Di tengah-tengah lubang terdapat tiang berbahan marmer putih yang disebut al-‘Amud al-Mudarraj. Bagian atas tiang marmer tersebut bertemu dengan balok kayu. Untuk mengukur volume air, tiang marmer tersebut dibagi menjadi 19 hasta (1 hasta sama dengan 1/2 meter).

Dinding bagian dalam Nilometer juga dihiasai oleh berbagai macam ornamen yang menawan. Di keempat sisi terdapat hiasan berbentuk mihrab, dan di beberapa bagian di sekeliling dinding juga terdapat ukiran kaligrafi bercorak kufi, menggambarkan ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan cocok tanam dan perairan. Ukiran kaligrafi bercorak kufi ini juga tercatat sebagai bentuk kaligrafi tertua yang ada di Mesir.

Bagian dalam kubah juga dihiasi dengan kaligrafi bercorak tsuluts serta zukhruf dan zarkash dengan berbagai macam bentuk yang sangat eksotik, dipoles dengan warna-warni yang sangat serasi, yang semakin menguatkan kesan keindahannya.

Itu peninggalan peradaban Islam masa keemasan di Kairo, Mesir, yang salah satunya “terdokumentasi” dalam karya arsitektural.

Bagaiamana di Indonesia? Apakah peradaban keislaman kita, di Nusantara ini, punya peninggalan arsitektural seperti di Kairo? Lain waktu, kita jawab pertanyaan ini. Ya kita, bukan saya saja, tapi Anda juga.

Katalog Buku Alif.ID
Halaman: 1 2
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top