Abdul Ghani lahir di desa Lok Puca Tapus Alabio tahun 1840. Ayahnya bernama Buna berasal dari desa Rukam Cangkering. Beliau mempunyai 12 orang anak dan sekarang tinggal 1 orang.
Dalam manuskrip berupa tulisan tangan dalam huruf Arab dan beberapa buku tulis yang ditemukan, disebutkan bahwa beliau menuntut ilmu di Mekkah. Kawan akrab beliau ialah H. Tarus Paliwara Amuntai.
Kedua orang bersahabat ini saling berjanji bahwa siapa saja yang lebih dulu meninggal dunia, maka yang lain itulah yang memandikan. Tetapi tenyata beliaulah yang memandikan sahabatnya yang bernama H. Tarus tersebut. KH. Abdul Ghani sendiri wafat pada tanggal 14 Syawal 1380 H bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1958.
Jasa beliau dalam berdakwah yaitu menyebarkan agama Islam di Lampihong, Batu Mandi dan Paringin. Beliau juga pernah menjadi penduduk Ulin (Hamparaya), Kandangan atas permintaan penduduk disana. Beliau diminta mengajarkan ilmu agama kepada mereka, dan malah dinikahkan dengan wanita setempat serta memiliki beberapa orang anak dari pernikahan itu. Di Ulin, beliau dikenal dengan nama H. Hadun.
K.H. Abdul Ghani bin Buna ternyata bukanlah ulama biasa, melainkan sebagai figur ulama yang memiliki banyak kelebihan, terutama dalam kekuatan spiritual. Itulah sebabnya beliau dihormati bahkan disegani masyarakat. Karenanya pesan-pesan dakwah atau nasehat-nasehat keagamaan dari beliau selalu diperhatikan dan dipatuhi oleh masyarakat.
Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, banyak orang yang datang kepada beliau guna meminta perlindungan, agar terhindar dari bahaya.