Beliau wafat karena Corona
Dunia sedang berduka, alam raya sedang mencari titik keseimbangannya. Di tengah pandemi Covid-19, kita menyaksikan banyak sekali teman-teman, kerabat, dan guru-guru panutan yang meninggal dunia. Isak tangis terdengar, informasi duka cita berseliweran di media sosial kita.
Komunitas muslim di Inggris juga berduka dengan wafatnya Fuad Nahdi, nama penting dalam dunia aktifisme Islam di Britania Raya. Nahdi merupakan figur terkenal dalam dunia jurnalisme, aktifisme, serta dalam menggerakkan organisasi keislaman di Inggris.
Fuad Nahdi wafat pada 21 Maret 2020, karena serangan virus Corona. Ia juga memiliki riwayat penyakit lainnya, semisal diabetes dan kanker. Pada dua hari menjelang wafatnya, Nahdi mengeluh sakit, gangguan pernafasan. Keluarganya kemudian memanggil ambulance untuk merujuk ke rumah sakit agar tertangani tim medis. Fuad Nahdi tinggal di kawasan Wembley, kawasan nothwest London.
Dalam sepanjang pengabdian hidupnya, Fuad Nahdi dikenal sebagai figur yang bersahaja. Ia punya kemampuan hebat dalam networking dan mentoring, figur kharismatik, serta kerja-kerja kemanusiaan yang turut membentuk identitas muslim di Britania Raya. Sosoknya dikenal memainkan peran vital dalam menggembleng aktifis muda muslim di Inggris.
Fuad Nahdi dikenang dengan kemampuannya mengkomunikasikan identitas muslim Inggris ke masyarakat Inggris, maupun jaringan internasional. Dr. H.A Hellyer, associate fellow di the Royal United Services Institute in London dan the Carnegie Endowment for International Peace di Washington, DC, mengungkapkan hal itu, mengenang pengabdian Nahdi. “Fuad Nahdi has a powerful force to be reckoned with, inside the muslim community, but more generally in British civil society, as well as more broadly in International muslim circles.”
Fuad Nahdi lahir di Tanzania pada 1957. Ia melewatkan masa remajanya di Mombasa, Kenya, serta melanjutkan kuliah di University of Nairobi. Perjalanan hidupnya mengalami lompatan ketika ia mendapat beasiswa untuk belajar di SOAS University of London, pada 1983. Istrinya, Humera Khan, juga seorang aktifis muslimah, merupakan co-founder an-Nisa Society, sebuah komunitas yang fokus pada pemberdayaan muslimah Inggris.
Karir jurnalisme Nahdi berkembang ketika ia menulis dan menjadi kontributor media-media internasional. Ia menulis untuk Reuters, Los Angeles Times, Arab News, the Nations, ABC News, BBC World dan the Economist. Kiprah sebagai jurnalis dan kolumnis internasional membuatnya dikenal serta punya jaringan intelektual lintas negara, khususnya di UK, Amerika Serikat dan negara-negara muslim.
Dalam perjalanan hidupnya, Fuad Nahdi meneruskan karir sebagai jurnalis dan aktifis. Ia menerbitkan majalah Q-News, yang fokus pada pemuda muslim di United Kingdom. Q-News terbit hingga tahun 2006, yang dikenang sebagai media yang mendidik jurnalis muda, serta membentuk barisan intelektual muslim di Inggris.
Nahdi sosok muslim Inggris yang bekerja keras untuk melawan citra radikal dari komunitas muslim, khususnya pasca peristiwa September 2011. Nahdi menjalin kerjasama dengan para pembuat kebijakan yang berpengaruh, dan kemudian membangun Radical Middle Way, sebuah organisasi yang fokus pada promosi nilai-nilai positif dari Islam, tulis Rosie Gray (BuzzfeedNews, 30 Maret 2020).
“The Radical Middle Way is based on the premise that most of the discussion about Islam is held in a context of extremism on both sides. So, actually to be moderate, to be in the middle, it’s radical because it’s different from the perceived notion around us,” ungkap Fuad Nahdi dalam sebuah wawancara tahun 2007. Jelas sekali, Fuad Nahdi ingin menempatkan kampanye Islam moderat dalam konteks yang tepat.
Melalui Radical Middle Way, Fuad Nahdi mengembangkan jaringan dengan berbagai aktifis muslim lintas negara. Ia bekerjasama dengan aktifis-intelektual di Mali, Sudan, Maroko, Pakistan dan Indonesia. Ia menyelenggarakan workshop dan perbincangan dengan komunitas muslim lintas negara, untuk mempromosikan Islam moderat.
“His rare cultural, religious and political agility, combined with irrevent sense of humour, meant his voice was heard from Downing Street to Dakar, from Manchester to Mecca,” tulis Jack O Sullivan dan Abd Rehman Malik (the Guardian, 1 April 2020). Kedua jurnalis the Guardian menyatakan Fuad Nahdi sosok yang bersahaja, humoris serta cekatan memainkan peran sebagai konektor antara dunia Timur dan Barat.
Dalam karirnya sebagai aktifis dan jurnalis, Fuad Nahdi memainkan peran penting sebagai komunikator muslim Inggris kepada warga di Britania Raya, khususnya pada masa krisis kepercayaan ketika meningkatnya radikalisme dan terorisme. Misalnya, pada masa heboh Satanic Verses karya Salman Rushdie, Perang Iraq, pengeboman di London, serta peristiwa 9/11 di Amerika.
Menurut Fuad Nahdi, ada problem mendasar bagi muslim Inggris yakni bagaimana memaknai identitas. “Beyond beards, scarves and halal meat, what does it mean to be a British Muslim?” Nahdi mengajukan tanya bagi komunitas muslim di Inggris Raya untuk memaknai identitasnya, di tengah pergumulan dan interaksi kosmopolitan dengan warga Inggris yang beraneka budaya. “The problem is not too much religion. The problem is too little good religion,” demikian pesan Fuad Nahdi.
Dalam rilis mengenang wafatnya Fuad Nahdi, the Moslem Council of Britain (MCB) menegaskan Nahdi sosok penting dalam membangun perdamaian, aktifis lintas agama, sekaligus punya komitmen tinggi untuk muslim Inggris. Fuad Nahdi sejak awal mendukung MCB sebagai organisasi penting yang menyuarakan aspirasi komunitas muslim di Inggris Raya. MCB merupakan organisasi komunitas muslim di Inggris Raya, yang mengakomodir aspirasi warga muslim.
Komunitas muslim Inggris mengenang Fuad Nahdi. Begitupun, PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom juga berbela sungkawa atas wafatnya Fuad Nahdi. Pengabdian Nahdi dalam mengkampanyekan Islam moderat dan energinya untuk menjembatani komunitas lintas budaya untuk mengenal identitas muslim Inggris, menjadi amal jariyahnya
Baca Juga
Topik Terkait
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0 Ingin Tahu
0 Senang
0 Terhibur
0 Terinspirasi
0 Terkejut
0