Sedang Membaca
Sisi Lain dari Masjid Ampel yang Jarang Orang Ketahui
Akmal Khafifudin
Penulis Kolom

Menempuh pendidikan di UIN KH. Achmad Shiddiq Jember prodi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah. Kini ia mengajar di Ponpes Darul Amien Gambiran, Banyuwangi. Penulis bisa disapa di akun Instagram @akmalkh_313

Sisi Lain dari Masjid Ampel yang Jarang Orang Ketahui

masjid ampel

Masih di hari Rabu (09/10) seusai mengunjungi toko kitab legendaris Salim Nabhan dan Ahmad Nabhan, penulis bertandang ke kompleks pemakaman Sunan Ampel, Sayyid Ali Rahmatullah. Kebetulan saat itu masuk azan zuhur. Penulis melaksanakan shalat zuhur terlebih dahulu di masjid yang dibangun pada abad 15 ini.

Seusai salat, penulis menyusuri bagian bangunan lama masjid ini yang dahulu dibina oleh Sunan Ampel. Oleh kawan penulis yang kebetulan mahasiswa UIN Sunan Ampel yang sering berziarah kesini, ia menunjukkan kepada penulis bahwa bangunan lama masjid ini cirinya pada ruangan yang tiang masjidnya disangga dengan soko yang terbuat dari kayu jati.

Tak lama kemudian penulis mencari bagian mihrab lama masjid ini dan ketemulah sebuah plengkungan dengan pinggirannya berhiaskan keramik tempo dulu, lengkap dengan dua jendela berebentuk lingkaran disisi kanan kirinya.

Ketika asyik bercerita dan mengamati keindahan bekas mihrab lama masjid Ampel yang kini menjadi pelataran dikarenakan perluasan di sisi utara dan barat masjid. Tiba – tiba seseorang menghampiri kami dan mengamati pembicaraan kami seraya membenarkan bahwa plengkungan tersebut merupakan mihrab lama masjid Ampel yang mana dahulu kala Sunan Ampel memimpin shalat rawatib bersama para santrinya.

Seseorang tersebut bernama Ustaz Khoiri yang kebetulan merupakan muadzin tetap masjid Ampel. Penulis bertanya kepada Ustaz Khoiri, apakah ada seleksi khusus sebagai muazin masjid Ampel sebagaimana yang dilakukan oleh masjid-masjid besar lain pada umumnya? beliau menjawab, bahwa tidak ada seleksi khusus dalam penunjukan muazin di masjid Ampel ini.

Baca juga:  Ngaji Filsafat di Masjid (2): Fase Sejarah Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta

Selama bisa mengumandangkan azan dengan langgam Jawa, maka seseorang bisa lolos seleksi sebagai muazin di masjid Ampel ini. Ustaz Khoiri kemudian menceritakan kepada kami 4 kisah menarik yang sekiranya belum pernah terpublikasikan berdasarkan cerita tutur dari kakek beliau.

  1. Perpindahan Makam Mbah Shonhaji /Mbah Bolong

Mbah Shonhaji atau Mbah Bolong yang merupakan santri Sunan Ampel yang ahli di bidang ilmu falak serta masyhur akan karomahnya melubangi tembok pengimaman lalu tembus ke Mekkah dan nampak Ka’bah. Ternyata makam beliau dahulu berada di utara masjid Ampel yang lokasinya kini menjadi tempat wudu putri serta satu lokasi dengan makam Mbah Sholeh dan Mbah Abdurrahman Blumbang, santri-santri Sunan Ampel yang memiliki keistimewaan.

Pada tahun 1950, makam Mbah Shonhaji dipindahkan ke barat masjid Ampel karena akan dibangun tempat wudu. Ustadz Khoiri menuturkan dari kakeknya bahwa dalam proses pembongkaran makam, masyarakat mendapati bahwa jenazah Mbah Shonhaji keadaannya utuh. Hanya badannya yang mengering dan jenggot putihnya yang semakin memanjang. Setelah kain kafannya diganti, prosesi pemindahan jenazah beliau tersebut membuat masyarakat Ampel berduyun-duyun ke lokasi karena viral-nya kabar jenazah beliau yang ditemukan dalam kondisi yang utuh. Sampai-sampai takmir masjid Ampel membuat satir putih memanjang dari utara hingga ke sisi barat lokasi makam baru beliau untuk membatasi kepadatan massa.

  1. Perluasan Masjid Ampel Pertama
Baca juga:  Masjid dan Toiletnya

Masjid Ampel yang berdiri sejak abad 15 baru pertama kali mengalami perluasan ke sisi utara pada tahun 1920 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, Ustadz Khoiri menuturkan salah satu ciri arsitektur masjid Ampel era Belanda adalah tiang – tiang beton berukuran besar dan gawang pintu masjid yang berukuran besar persis seperti bangunan ala Eropa yang dapat dijumpai di beberapa stasiun kereta api. Kemudian bangunan sisi barat yang sekarang jadi pengimaman dan bangunan sisi baratnya lagi merupakan perluasan masjid yang didanai oleh Pemkot Surabaya dan Pemprov Jawa Timur.

  1. Menara Masjid Ampel

Ustadz Khoiri menuturkan bahwa pada akhir tahun 1950, ketika Bung Karno meninjau pembangunan Tugu Pahlawan di jantung kota Surabaya, beliau kala itu menyempatkan diri berziarah ke makam Sunan Ampel. Ketika melihat menara masjid yang sangat sederhana tersebut, Bung Karno memiliki ide agar menara masjid Ampel direhab dan bagian atapnya dibuat meruncing agar sama seperti Tugu Pahlawan. Jadilah menara masjid Ampel sekarang ini yang apabila kita amati dengan seksama bagian atasnya hampir sama dengan Tugu Pahlawan.

  1. Bedug Masjid Ampel

Masjid Ampel di sisi selatannya memiliki dua bedug berukuran besar dan berukuran kecil. Dari kedua bedug tersebut, Ustadz Khoiri selaku muadzin menuturkan bahwa bedug yang kecil tersebut merupakan bedug lama yang sudah ada sejak Sunan Ampel masih hidup.

Baca juga:  Khutbah Jumat: Menyambut Hari Kemerdekaan dengan Semangat 45

Sekiranya empat kisah tadi perlu menjadi i’tibar (pelajaran) bagi pembaca budiman akan sisi lain keunikan kompleks masjid dan makam Sunan Ampel yang belum pernah terpublikasikan kepada masyarakat secara luas. Sehingga kita sebagai generasi penerus tidak melupakan jasa Sunan Ampel yang dalam misi dakwahnya menyebarkan agama Islam tanpa perlu mengangkat senjata di bumi kita tercinta Nusantara. Wallahu a’lam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
2
Senang
2
Terhibur
1
Terinspirasi
2
Terkejut
2
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top