Suatu hari,beberapa sahabat Nabi Muhammad bertemu dengan para kafir Quraish. Singkat cerita mereka saling membunuh. Kelompok Kafir tersebut kalah. Namun ada sahabat nabi, Usamah bin Zaid tangannya terpotong.
Karena terdesak, salah satu orang kafir mengucapkan syahadat, mengakui keesaah Tuhan dan percaya bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Namun para sahabat masih membunuhnya.
Mengetahui hal tersebut, Kanjeng Nabi pun marah.
“Bagaimana bisa Kamu membunuh orang yang sudah mengucapkan kalimat syahadat? Bagaimana kelak kamu bisa mempertanggungjawabkan di hadapan Allah?” tanya Nabi.
“Tidak bisa wahai Nabi. Orang itu mengucapkan syahadat karena terdesak. Dia hanya pura-pura saja agar tak terbunuh,” sahabat Usamah menjawab.
“Apa buktinya dia hanya berpura-pura? Kamu sudah melihat isi di hatinya? Selagi dia sudah mengucap syahadat, Kamu tak boleh membunuhnya.”
“Mereka melafadkan syahadat karena taqiyah ya Nabi. Hanya takut pada pedang. Ini dia sudah memotong tanganku. Ketika akan terbunuh, dia merasa terdesak dan cari aman dengan mengucap sahabat.”
Rasulullah pun menyampaikan surat an-Nisa ayat 94, “Kadzaalika kuntum min qoblu famannallahu ‘alaikum fatabayyanuu. Apa kamu tak ingat masa lalumu? Bukankah sama saja dengan kalian. Banyak di antara kalian yang masuk Islam karena Islam menjadi mayoritas? Dan aku tak pernah curiga pada syahadatmu. Coba bagaimana bila dulu aku mencurigai syahadatmu? Bukankah aku juga akan membunuhmu?”
Mendengar penjelasan itu , Usamah bin Zaid dan teman-temannya menangis menyadari kekeliruannya.