Sedang Membaca
Ngaji Kepada Gus Baha: Sujud sebagai Identitas Hamba Allah
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Ngaji Kepada Gus Baha: Sujud sebagai Identitas Hamba Allah

Sujud kepada Allah merupakan suatu kewajiban. Namun banyak orang yang menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa. Tidak ada yang menganggapnya penting. Anggapan semacam ini merupakan suatu kesalahan bagi seorang hamba Allah yang masih hidup di dunia. Sebab bagaimana pun sujud kepada Allah merupakan salah satu pembeda antara orang yang beriman dan tidak beriman.

Dalam hal ini Gus Baha memberikan nasihat tentang pentingnya sujud. Bukan hanya itu, Gus Baha mengajarkan logika bagaimana seharusnya umat Islam benar-benar menganggap sujud merupakan perkara penting. Jauh lebih penting dari pada yang lain. Rasulullah bersabda, Aqrabu ma yakuunul abdu wahuwa saajidun. Posisi terdekat hamba Allah dengan Allah adalah ketika sujud.

“Ciri khas seorang nabi, orang mukmin, ciri utama umatnya nabi dan orang shalih. Sujud lah yang akan dibawa orang ke akhirat. Ciri khas utama umatnya Kanjeng Nabi adalah sujudnya. Bukan kemenangan partai politik atau perkara duniawi lain.”

“Kamu kalau menganggap kenal presiden penting, kenal pejabat penting, kenal orang kaya penting, punya duit banyak penting dan lain-lain tapi ndak pernah merasa kalau sujud kepada Allah itu penting, berhati-hatilah kelak kalau dihisab di mahsyar. Bagaimana kalau kemudian Allah mengatakan kepadamu, ‘Sana pergi ke sesuatu yang kamu anggap penting. Minta ke dia. Habis sampean.’”

Baca juga:  Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Kira-kira begitu dawuh Gus Baha. Penulis memahami bahwa menjadi syirik itu tak harus dengan menyembah selain Allah atau menganggap ada yang setara dengan Allah. Tak harus seperti itu. Merasa ada sesuatu yang lebih penting dari sujud kepada Gusti Allah pun bisa membahayakan status manusia saat di akhirat nanti.

“Jadi kalau bisa, sewaktu kamu meninggal, kamu berstatus sebagai hamba Allah yang meninggal dalam keadaan sujud kepada Allah atau statusnya sebagai orang yang menunggu waktu sujud alias menunggu waktu salat lima waktu.” Artinya sebisa mungkin walaupun orang tidak sedang melaksanakan salat, di dalam hatinya selalu tertanam bahwa dirinya sedang menunggu sujud. Misalnya ada orang yang selesai salat Dhuhur, maka di hatinya harus diniatkan sedang menunggu salat ashar. Setelah selesai salat ashar, dia harus benar-benar merasa sedang menunggu salat maghrib. Begitu seterusnya.

“Jangan sampai seseorang meninggal dalam keadaan statusnya sebagai orang yang berharap punya uang banyak, berharap punya rumah mewah atau status orang yang berharap pada hal-hal duniawi lain. Jadi orang jangan sembrono. Malaikat akan mencatat status terakhir orang yang meninggal. Dalam keadaan mengabdi kepada Allah atau dalam keadaan memikirkan hal duniawi.” Di sela-sela waktu salat, orang tak perlu punya pikiran ingin uang banyak, ingin istri cantik, ingin mobil mewah dan seterusnya. Keinginan-keinginan ini bisa menutup hati seseorang sehingga hatinya tak bisa menganggap sujud lebih penting dari pada keinginan-keinginan duniawi tersebut.

Baca juga:  Tahapan Penyucian Diri Manusia dalam Aliran Thariqat Qodirriyah

“Maka hidup yang keren itu hidup yang pola pikirnya menunggu waktu ibadah sambil melakukan kemanfaatan.” Bukan hidup menunggu mapan. “Malaikat nanti mencatat si fulan meninggal dalam keadaan menunggu salat Duhur. Kan keren. Bukan si Fulan meninggal dalam keadaan menunggu mapan. Pengin punya mobil mewah ndak kesampaian. Buat apa hidup ingin mapan? Apa ndak kuatir mati dalam keadaan begitu?”

“Mestinya kalau orang sudah bersujud, tak perlu lagi ada kesedihan, kekecewaan atau kesedihan karena sudah di dalam benaknya sudah tertanam bahwa sujud adalah segala-galanya.”

Betapa dalam hal ini banyak di antara kita yang lalai tentang pentingnya sujud. Keinginan duniawi telah menjadi hijab diri dengan Allah sehingga tak dapat mengerti tentang pentingnya sujud sehingga tak ada di dalam hatinya keinginan untuk menjadi lebih dekat kepada Allah. Naudzubillah.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
2
Terinspirasi
1
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top