Syekh Yasin, seorang ulama besar yang cerdas, nama lengkapnya Abu al-Faidh ‘Alamuddin al-‘Allamah al-Jalil Syekh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani al-Makki asy-Syafi’i.
Ia mempunyai reputasi intelektual yang baik dan cemerlang. Keilmuannya sudah diakui sejak usia muda, tiga puluhan tahun, ia telah menguasai berbagai disiplin keilmuan islam dan sains matematika. Pemahamannya mendalam di bidang ilmu falak dan ilmu hai’ah, ilmu ushul dan qaidah fiqhiyyah,ilmu hadis dan ilmu sanad.
Ia juga ahli di bidang sastra dan bahasa, dan lainnya. Beliau adalah quthbul ‘ilm, kata murid beliau KH Muhammad Hatim Salman. Sementara murid yang lain seperti KH Sya’roni Thoyyib menyatakan Syekh Yasin layak dijuluki bahrun la sahila lahu (lautan yang tak bertepi).
Syekh Yasin lahir di Misfalah, Makkah pada Selasa 27 Sya’ban 1335 H/1916 M di akhir pemerintahan Turki Usmani, dan tumbuh di masa itu pula. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga yang sholeh yang disibukkan dengan ilmu agama. Mula-mula ia belajar Alquran kepada ayahnya Syekh Muhammad Isa, juga pelajaran fiqh dan dasar-dasar Bahasa Arab. Dan belajar kitab Syarah Ibnu Qasim ‘ala Ibn Syuja’,Tafsir Jalalain kepada pamannya Syekh Mahmud yang dikenal dengan nama Engku Hitam. Ketika itu Syekh Yasin sudah hafal sejumlah matan kitab di bidang Tauhid, Fiqh, Nawhu, Faraidh, dan Musthalah.
Selanjutnya melanjutkan pendidikannya di Madrasah Shaulatiyah tahun 1346 H. Di madrasah ini Syekh Yasin bertemu dengan alim ulama terkemuka, di antaranya Syekh Mukhtar bin Utsman Makhdum, Syekh Abdullah an-Nimnaqani, Syekh Hasan bin Muhammad Masyath, dan Sayyid Muhsin Al-Musawa, hingga pertengahan tahun 1353 H, maka Syekh Yasin melanjutkan studinya di Madrasah Darul Ulum hingga memperoleh Syahadah Nihaiyyah tahun 1355 H.
Sambil belajar di Darul Ulum, ia juga menimba ilmu di halaqah Masjidil Haram dan rumah-rumah para Masyayikh di Makkah, di antaranya kepada Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki al-Hasani dengan berbagai macam disiplin keilmuan.
Maka sejak 1353 H Syekh Yasin juga sibuk mengajar di Masjidil Haram tentang pelajaran Hadis, Fiqh Syafi’I dan Ushul Fiqh-nya, Kaidah Fiqh, Nahwu, Sharaf, Balaghah dan Falak, dan ia juga menulis komentar berupa kitab atau risalah yang kemudian ia sampaikan kepada murid-muridnya.
Maka, tidaklah ia mengajar suatu ilmu, melainkan ia menulis tentangnya. Saat mengajar di Makkah, usia Syekh Yasin masih terbilang muda, ia sudah mengajar ilmu-ilmu yang agak sulit dipahami bagi orang yang se-usianya, dan para pelajar yang menjadi muridnya tidak jarang yang lebih tua usianya dari Syekh Yasin sendiri.
Syekh Yasin merupakan sosok pejuang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, ilmu tidak merasa puas dengan ilmu yang diperolehnya selama belajar, hingga akhirnya ia menjadi orang yang menonjol dibanding teman-teman seangkatannya. Ia sering menyendiri untuk banyak membaca. Ia juga sering diberi ijazah oleh para gurunya dari berbagai penjuru, ia diberi izin untuk mengajar.
Di antara gurunya di Hijaz adalah Qadhi Abul Husain al-Marzuqi al-Hanafi, al-‘Allamah Syekh Muhammad ‘Ali bin Husain al-Maliki, Syekh Khalifah bin Hamad an-Nabhani, Syekh Umar bin Husain ad-Dagistani, al-Muhaddis Syekh Umar Hamdan al-Mahrusi, Sayyid Zaky bin Ahmad al-Barzanji al-Madani, al-Muarrikh Syekh Abdullah al-Ghazy, al-‘Allamah al-Muhannik Syekh Ubaidullah bin al-Islam ad-Diwabnadi, dan al-Mawlawi Abdurrahman bin Karim Bakhsy al-Hindi.
Adapun gurunya yang berasal dari Yaman dan Hadramaut, antara lain: al-Mu’ammar al-Qadhi al-Husain al-‘Umri ash-Shan’ani, al-Musnid al-Mu’ammar Sayyid ‘Ali as-Sadami, Syekh Abdul Wasi’ ash-Shan’ani, Sayyid Abdul Qadir al-Halabi al-Faqihi, Mufti Sayyid Abdurrahman bin Ubaidullah as-Saqqaf, al-Mu’ammar Habib Musthafa bin Ahmad al-Muhdhar, dan Habib al-Mu’ammar Husain bin Hamid al-Athas.
Guru-guru yang dari Syam, antara lain al-Qadhi Muhammad ‘Ali Zhobyan al-Kailani, al-Muarrikh Muhammad Raghib ath-Thabbakh al-Halabi, al-Muhaddis Syekh Mahmud al-Aththar, al’Allamah Sayyid Mahmud Sayyid ad-Dumi al-Hanbali, dan al-‘Allamah Muhammad As’ad al-Abaji al-Halabi. Yang di Mesir di antaranya: al-‘Allamah Syekh Abdurrahman ‘Alisy al-Maliki, Sayyid Muhammad Ibrahim al-Bablawi, al-‘Allamah al-Bahr Syekh Muhammad Zahid al-Kautsari, al-‘Allamah Syekh Muhammad al-Khudr at-Tunisi, al-Azhari, dan Syekh Habibullah asy-Syinqithi. Sementara guru-guru yang berasal dari Maghrib (Maroko), antara lain: al-Hafizh asy-Syarif Abdul Hayy al-Kattani, dan Mufti Tunis Syekh ‘Ali Ibnul Khoujah.
Di Nusantara, beberapa ulama yang menjadi Guru Syekh Yasin al-Fadani, antara lain: Syekh Abdullah bin Azhari Palembang, Syekh Ahmad Marzuqi bin Mirshod Jakarta, Syekh Jum’an bin Samun Tangerang, Syekh Muhsin bin Raden Muhammad Serang Banten, Sayyid Husain bin Muhammad al-Munawwar Semarang, Syekh Ma’shum bin Ahmad Lasem, Sayyid Umar bin Thoha Surabaya, Syekh Hasyim Asy’ari Jombang, Syekh Shiddiq bin Abdullah Jember, Sayyid Hamid as-Sirri Malang, Syekh Hasan Probolinggo, dan Sayyid Alawy bin Thahir al-Haddad Johor, Sayyid Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (Habib Ali Kwitang, Jakarta), dan Syekh Jum’an bin Samun Tangerang.
Syekh Yasin banyak sekali mempunyai guru, tidak hanya laki-laki, tapi juga perempuan, yaitu al-Muhadditsah asy-Syaikhah Umm al-Asrar Amatullah binti Syekh Abdul Ghani bin Abi Sa’id Ahmad al-‘Amariyyah ad-Dahlawiyyah (wafat 1357 H). Guru-guru Syekh Yasin lainnya disebutkan profil dan sanad keilmuannya dalam tsabat (kitab sanad) Syekh Yasin yang berjudul Bughyatul Murid, yang jumlahnya mencapai 400-an orang.
Dalam kesehariannya, Syekh Yasin senantiasa membawa kertas catatan/buku tulis dan pulpen. Ini menunjukkan betapa besarnya semangat intelektualnya, dengan inilah beliau bisa mengangkat kebudayaan dan sastra sekolah Darul Ulum yang beliau pimpin hingga mampu bersaing dengan sekolah-sekolah Arab di Saudi Arabia. Waktu beliau dihabiskan dengan urusan penting yang bermanfaat dan pelaksanaan kewajiban. Ia tidak banyak mempunyai waktu longgar, apalagi waktu kosong yang terbuang sia-sia.
Syekh Yasin banyak menulis kitab, di bidang Falak ia menulis sejumlah syarah atas kitab yang ditulis gurunya ‘Tsamarat al-Wasilah’ seperti al-Khamilah, Jani ats-Tsimar, dan Syarah Manzhumar Manazil al-Qamar. Di bidang Ushul Fiqh, ia menulis Bughyatul Musytaq Syarah kitab al-Luma’ yang disusun oleh Syekh Abu Ishaq, al-Fawaid al-Janiyyah Hasyiyah atas kitab al-Mawahib as-Saniyyah. Di bidang ilmu sanad, di antaranya adalah yang berjudul Mathma’ al-Wujdan fi Asanid Syekh Umar Hamdan, al-Maslak al-Jali, dan juga ada yang masih berupa manuskrip, belum sempat dicetak yaitu ‘Uqud al-Lujain fi Ijazah asy-Syaikh Ismail Zein, dengan jumlah 12 jilid besar, dan lainnya.
Syekh Yasin al-Fadani adalah seorang ulama yang ahli di berbagai disiplin ilmu keilsaman, hal ini ditunjukkan dengan karya-karya di bidang-bidang tersebut. Namun Ia dikenal dengan ahli sanad. Suatu ketika al’Allamah al-Ushuli Sayyid Abdullah bin ash-Shoddiq al-Ghumari bertemu dengan Syekh Yasin al-Fadani pada musim haji 1401 H. Syekh al-Ghumari berkata “Kami telah menyebut guru kami Sayyid Ahmad Rafi’ ath-Thahawi sebagai Musnid al-‘Ashr (saat ini), maka sekarang Syekh Yasin al-Fadani lah yang menjadi Musnid saat ini tanpa ada khilaf”. Ini merupakan kesaksian seorang kritikus hadis yang berpengalaman.
Syekh Yasin mengajar di Madrasah Darul Ulum sejak tahun 1356 H, sampai semasa hidupnya, kehidupannya disibukkan dengan mengajar baik di Madrasah maupun di rumahnya. Murid-murid beliau sangatlah banyak dan menjadi ulama terkemuka di daerah mereka masing-masing, di antaranya: KH Maimoen Zubair, KH Ahmad Sahal Mahfuzh, KH Muhammad Zaini Ghani, Mufti Mesir Prof. Dr. Syekh Ali Jum’ah, Ketua Umum PBNU 1956-1984 Dr. KH. Idham Chalid, KH Muhammad Nuruddin Marbu, KH Muhammad Syukri Unus, KH Munawwar Martapura, Prof. Dr. KH. Sayyid Agil Munawwar, Prof. KH. Syarwani Zuhri, dan sejumlah ulama besar lainnya.
Syekh Yasin juga sering melakukan kunjungan ke Indonesia, untuk hadir di Pesantren atau silaturahmi ke rumah orang alim atau menghadiri muktamar Nahdlatul Ulama. Di antaranya beliau hadir pada muktamar NU tahun 1979, dan selanjutnya melakukan kunjungan ke sejumlah pesantren seperti Ponpes Ibnul Amin Pamangkih, Ponpes Lirboyo, dan pesantren lainnya. Dan tentu saja momen ini dihadiri oleh ribuan umat Islam yang ingin bertemu langsung dengannya.
Syekh Muhammad Yasin bin Syekh Muhammad Isa al-Fadani al-Makki meninggal dunia pada malam Jum’at 28 Dzulhijjah 1410 H / 1990 M. Turut menyaksikan kepulangan Syekh Yasin ke rahmatullah adalah murid beliau Syekh Mukhtaruddin al-Falimbani, dan yang mengurus jenazah beliau adalah Syekh Ismail Zein, disholatkan di Masjidil Haram usai sholat Jum’at, dan dimakamkan di pemakaman Ma’la Makkah al-Mukarramah.
Majlis Syekh Yasin kemudian dipimpin oleh Khalifahnya Syekh Mukhtaruddin al-Falimbani yang menulis kitab Bulugh al-Amani, meninggal dunia 15 Rajab 1411 H, kemudian dilanjutkan oleh Khalifah beliau selanjutnya al-‘Alim al-Fadhil Sayyid Hamid bin Alawy Alkaff, dan Syekh Husni Tamrin al-Jufri al-Banjari yang menjadi sekretaris pribadi Syekh Yasin menulis al-Maslak al-Jali.
Referensi:
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Ilmu Falak Nusantara (Transmisi, Anotasi, dan Biografi), Yogyakarta: CV Arti Bumi Intaran, cet. I, 2008.
Mahmud Said Mamduh, Tasynif al-Asma’ bi Syuyukh al-Ijazah wa as-Sima’ , Beirut: 1434 H, jilid I
Muhammad Mukhtar Al-Falimbani, Bulugh al-Amani fi at-Ta’rif bi Syuyukh wa Asanid Musnid al-‘Ashr asy-Syekh Muhammad Yasin bin Muhammad ‘Isa al-Fadani al-Makki, Damaskus: Dar Qutaibah, cet I, 1408 H/1988 M.
Syekh Muhammad Yasin al-Fadani, al-Arba’un al-Buldaniyyah, Beirut: Dar al-Basyair al-Islamiyyah, t.th.
Syekh Muhammad Yasin al-Fadani, al-Mawahib al-Jazilah fi Azhar al-Khamilah Syarah Tsamarat al-Wasilah, Mesir: Dar al-Kutub al-Mishriyyah, 1368 H.