Sedang Membaca
Bisakah Asia Tenggara Memimpin dalam AI, Industri, dan Keselamatan
Wella Sherlita
Penulis Kolom

Jurnalis kelahiran Jakarta 26 Oktober 1976. Saat ini sedang melanjutkan studi bidang Hubungan Internasional di Universitas Paramadina. Sangat tertarik dengan isu-isu kemanusiaan, terutama resolusi konflik dan nasib pengungsi.

Bisakah Asia Tenggara Memimpin dalam AI, Industri, dan Keselamatan

Whatsapp Image 2025 07 19 At 9.19.05 Pm

Artificial Intelligence (AI) kini semakin sering dibahas dalam dunia industri. Organisasi PBB untuk Pengembangan Industrial (UNIDO) pekan ini membahas kaitan langsung AI dengan keselamatan kerja di bidang manufaktur, sektor yang menjadi tulang punggung ekonomi Asia Tenggara.

Hasil penelitian Universitas Cambridge yang dilakukan pada 2021-2023 mengungkapkan, Asia Tenggara berada di persimpangan jalan: kecerdasan buatan (AI), perubahan industri, dan perdagangan digital.

Ketiganya menawarkan peluang sekaligus membawa risiko baru bagi pekerja, industri, dan keamanan nasional. Penelitian ini dilakukan oleh Cambridge Industrial Innovation Policy (CIIP) di Universitas Cambridge dan Lloyd’s Register Foundation, didukung United Nations Industrial Development Organization (UNIDO).

Kesenjangan inovasi juga terasa jomplang di Asia Tenggara. Menurut riset Cambridge, hanya 48% pekerja yang mengalami kecelakaan serius yang melaporkannya— dibandingkan dengan 80% lebih di Australia, Selandia Baru, dan Amerika Utara.

Di Indonesia, tingkat pelaporan dan pelatihan keselamatan termasuk yang terendah di kawasan ini, dengan hanya 21% pekerja telah menerima pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam dua tahun terakhir.

Satu hal yang memprihatinkan adalah kesenjangan gender masih ada. Berdasarkan data, di seluruh Asia Tenggara hanya ada 25% pekerja perempuan yang menerima pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), jika dibandingkan 34% laki-laki.

Baca juga:  Lepas Keberangkatan SOC 43, Sekjen: Alhamdulillah Operasional Haji 2022 Berakhir

Di sisi lain, para pekerja di sektor manufaktur merasa jauh lebih aman, dengan lebih dari 40% mengatakan kondisi telah membaik dalam lima tahun terakhir.

Litbang Indonesia menyumbang 0,28% dari PDB, berada di belakang Thailand (1,14%), Vietnam (0,53%), dan jauh di bawah Tiongkok (2,4%). Tiga puluh tiga persen responden di kawasan ini meyakini AI akan sangat membantu masyarakat, di bawah rata-rata global sebesar 39%.

Di Singapura dan Vietnam, optimisme lebih tinggi, sementara Indonesia dan Malaysia menunjukkan lebih banyak skeptisisme. Pria Indonesia jauh lebih optimistis daripada wanita tentang dampak AI. Kondisi ini menunjukkan tantangan kesetaraan digital yang masih akan terus berlanjut.

“Sektor industri yang kuat dan inklusif membangun masyarakat yang tangguh. Kemitraan ini menunjukkan bagaimana kolaborasi berbasis data membantu pemerintah membuat keputusan yang tepat di dunia yang berubah dengan cepat,” ungkap Dr. Marco Kamiya, UNIDO Country Representative untuk Sub-Regional Office Indonesia, The Philippines, and Timor Leste.

Whatsapp Image 2025 07 19 At 9.19.05 Pm (1)
Marco Kamiya, UNIDO Country Representative untuk Sub-Regional Office Indonesia, The Philippines, and Timor Leste (Foto: UNIC Jakarta)

Warga Cemaskan Penyalahgunaan Data Pribadi

Menurut World Risk Poll, sebanyak 92% warga Indonesia khawatir data pribadi mereka mungkin disalahgunakan. Ini merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara. Kekhawatiran mendalam seputar privasi data ini tercermin dalam tuntutan akan undang-undang perlindungan data yang lebih kuat dan regulasi yang lebih ketat terhadap AI dan pengambilan keputusan otomatis.

Baca juga:  Bermacam Perilaku Orang Shalat Menurut Aa Gym

“Kecerdasan buatan dan perdagangan digital menjanjikan peluang signifikan bagi Asia Tenggara, tetapi juga menciptakan bentuk risiko dan ketidakpastian baru,” ujar Dr. Jennifer Castañeda-Navarrete, Analis Kebijakan Utama di IfM Engage, Universitas Cambridge.

Para peneliti merekomendasikan empat hal, antara lain mendorong tata kelola AI yang inklusif dan menyelaraskan undang-undang nasional dengan kerangka kerja etika AI regional, serta memperluas pelatihan keselamatan kerja, terutama bagi perempuan dan pekerja di sektor informal. Di samping itu, lokalisasi dan diversifikasi industri perlu diperkuat untuk mengurangi ketergantungan dan meningkatkan kemandirian industri.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top