Pengasuh Pondok Pesantren Ummul Qura, Pondok Cabe, Jakarta KH Raden Syarif Rahmat menjelaskan tentang pengertian waliyullah. Menurutnya, waliyullah merupakan gelar bagi orang-orang yang istimewa sehingga punya kedudukan khusus di sisi Allah.
“Kita sering mendengar pembicaraan para ulama, santri, dan jamaah-jamaah masjid, tentang adanya manusia-manusia yang istimewa, manusia yang memiliki kedudukan khusus di sisi Allah. Mereka sering digelari dengan wali atau waliyullah, jamaknya awliya,” tutur Kiai Syarif secara virtual dalam Pesantren Ramadhan yang digelar Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) dan Majelis Ta’lim Telkom Grup (MTTG), pada Selasa (27/4).
Ia mengalogikan istilah waliyullah dengan wali nikah, wali santri, dan wali murid. Ketiganya disebut wali, karena memiliki kekerabatan paling dekat dengan murid, santri, dan mempelai dalam sebuah pernikahan.
“Orang yang disebut wali itu tentu saja adalah mereka yang memiliki kekerabatan paling dekat dengan si murid. Orang yang menjadi wali nikah adalah orang yang paling dekat hubungan darahnya dengan si mempelai,” tuturnya.
Begitu pula dengan istilah waliyullah yang berarti seseorang memiliki hubungan sangat dekat dengan Allah. Bahkan lebih dekat dengan orang-orang yang biasa-biasa saja atau tidak berstatus sebagai wali. Dengan demikian, kata Kiai Syarif, terdapat klasifikasi derajat seseorang di hadapan Allah.
Di dalam Al-Quran, surat Yunus ayat 62 -63, telah dijelaskan tentang definisi atau makna tentang waliyullah. Disebutkan, alaa inna awliya Allahi laa khaufin alaihim wa laa hum yahzanun, alladzina aamanuu wa kaanu yattaqun.
“Ketahuilah bahwa waliyullah itu adalah orang-orang yang tidak punya rasa khawatir menghadapi hari depan dan mereka tidak pernah tenggelam dalam kesedihan terhadap sesuatu yang telah menimpa mereka. Mereka adalah orang-orang yang sudah beriman kepada Allah dan senantiasa mampu mengendalikan dirinya,” jelas Kiai Syarif.
“Kalimat Yattaqun di sini artinya bertakwa tapi saya ingin mengatakan bahwa takwa adalah mampu mengendalikan dirinya, sehingga tidak melakukan berbagai perbuatan yang dibenci oleh Allah,” imbuh Guru Besar Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga (Padasuka) ini.
Menurutnya, gelar waliyullah ini bisa diperoleh oleh siapa pun. Orang-orang biasa pun bisa naik kelas untuk menjadi pribadi yang berstatus sebagai waliyullah. Sebab, posisi tersebut merupakan sebuah prestasi yang sangat prestise atau penuh kewibawaan.
“Orang yang mendapatkan (gelar wali) pasti akan menjadi orang yang paling bahagia, baik di dunia maupun setelah hari kiamat nanti,” katanya.
Analogi sederhananya, mahasiswa yang bisa memiliki kedekatan dengan seorang rektor bakal memungkinkan dirinya akan mudah lulus. Begitu pula jika seseorang dekat dengan pengusaha yang juga akan memungkinkan dapat segera mencapai tujuan hidup.
“Dekat dengan penguasa, mungkin akan mudah mendapatkan persetujuan tentang apa yang menjadi harapan-harapan kita. Nah ini dekat dengan Allah. Tentu ini adalah sesuatu posisi yang diperebutkan banyak orang. Saya kira tidak ada orang yang tidak menginginkannya,” pungkas Kiai Syarif Rahmat.