Sedang Membaca
Manuskrip Naskah Syair Kiamat
Isnain Hidayanti
Penulis Kolom

Mahasiswa Semester 7 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Manuskrip Naskah Syair Kiamat

Naskah

Dewasa ini, pentingnya digitalisasi naskah kuno (manuskrip) menjadi hal yang sering dibicarakan. Tidak hanya oleh kalangan akademisi, tetapi juga masyarakat pada umumnya. Digitalisasi naskah menjadi penting dilakukan sebagai upaya untuk menyelamatkan naskah, baik secara fisik maupun isinya. Apabila tidak dilakukan ditakutkan naskah akan rusak atau hilang karena bencana alam atau musibah lainnya. Hal ini juga berlaku dengan naskah Syair Kiamat. Naskah ini telah didigitalisasi dan disimpan di Perpustakaan Nasional RI.

Manuskrip berjudul Syair Kiamat ini saya temukan di web Khasanah Pustaka Nusantara (KHASTARA) dengan Catalog ID 820639; kode W.228. Naskah ini dapat diakses bebas oleh umum dan dapat diunduh dalam bentuk digital (PDF) pada laman https://khastara.perpusnas.go.id/landing/detail/820639/1.  Naskah ditulis dengan aksara Arab (Jawi) dan berbahasa Melayu. Naskah tersimpan di Perpustakaan Nasional RI.

Kondisi naskah masih baik, tulisan masih jelas, dan rapi. Bahan naskah yang dipakai adalah kertas Eropa dengan jumlah dan tebal halamannya, yaitu 52 halaman; 19,5 x 33 cm. Naskah ditulis dengan tinta merah dan hitam. Tinta merah biasanya digunakan sebagai penanda bagian tertentu atau baru atau hal lainnya. Dalam naskah ini, tinta merah digunakan sebagai rubrikasi dan untuk menulis awal kalimat serta kutipan ayat atau hadis yang dijadikan bagian dari syair. Naskah ditulis dalam dua kolom. Di halaman pembuka jumlah barisnya ada 13, sedangkan untuk halaman selanjutnya jumlah baris ada 19.

Baca juga:  Berkah Ekonomi Syariah (4): Memupuk Kepedulian Sosial

Dikutip dari https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=99260, naskah ini menceritakan tentang kematian, keadaan dalam kubur, siksaan kubur, hari hisab, dan keadaan waktu bangkit dari kubur. Pun, membahas tentang konsekuensi apabila kita lalai terhadap perintah Allah SWT dan berbuat maksiat selama hidup di dunia.

Naskah ini juga menceritakan tanda-tanda kiamat, seperti turunnya dajjal, seperti kutipan syair kiamat di bawah ini.

Iniliah pasal suatu cerita

Tandanya kiamat darinya nyata

Dengan kehendak Tuhan kita

Diturunkan Allah dajjal yang dilata

Diceritakan pula kalau Imam Mahdi akan datang untuk menghancurkan kezaliman dan menegakkan keadilan, seperti kutipan syair kiamat di bawah ini.

Negeri Syam pertama dialihkan

Beberapa pula negeri yang dibinasakan

Agama Islam disuruh dirikan

Segala kafir dihabiskan

Diceritakan pula tanda-tanda kiamat yang lainnya, seperti umat manusia yang kelaparan sehingga banyak yang teperdaya tipu muslihat dajjal, Nabi Isa a.s. turun ke bumi untuk mengadili dajjal, dan lain sebagainya.

Sesungguhnya, dunia hanyalah tempat kita untuk mencari bekal di akhirat nanti. Bekal yang dicari tentunya yang bermanfaat dan akan membantu kita menuju rida-Nya, yaitu surga. Tidak dapat kita pungkiri, tujuan kita beribadah selama ini tentunya mengharap pahala dan surga-Nya. Oleh sebab itulah, kita jadi berlomba-lomba untuk rajin beribadah dan melakukan hal-hal baik, seperti bersedekah, zakat, ibadah haji, dan membantu fakir miskin.

Baca juga:  Ekologi, Perubahan Sosial, dan Hukum Islam

Kita di dunia hendaklah jaga-jaga

Inilah negeri tempat berniaga

Caharilah barang yang banyak harga

Barang yang laku di negeri surga

Dalam larik syair disebutkan bahwa dunia itu ibarat tempat berniaga (jual beli). Kemudian, jika dunia diibaratkan sebagai tempat berniaga, artinya dunia ini seperti pasar. Semua hal yang kita butuhkan telah tersedia, mulai dari sandang, pangan, dan papan. Dari yang murah sampai yang mahal. Demikian halnya ketika kita melakukan kegiatan jual beli, harus pintarlah kita dalam memilah-milah barang yang bagus dan banyak manfaatnya. Pun, harga yang dikeluarkan tentunya tidaklah murah. Seperti ungkapan, harga menentukan kualitas, tetapi harus diingat bahwa barang yang kita beli haruslah banyak manfaat dan akan membantu kita di hari hisab nanti.

Jika ditelusuri maknanya lebih dalam, ‘tempat berniaga’ bisa kita artikan sebagai tempat mencari amal. Jadi, dunia adalah ladang kita untuk mencari amal sebanyak-banyaknya. Entah amal baik ataupun buruk, semua akan dipertanggungjawabkan oleh kita di hari hisab. Dengan demikian, marilah kita bermuhasabah diri, sudahkah kita mencari amalan-amalan baik selama hidup? Jangan-jangan selama ini kita hanya sibuk mencari kenikmatan duniawi yang fana dan melalaikan perintah Allah SWT. dan nasihat Nabi SAW. Astaghfirullahhal’azhim, wallahu a’lam bisshawab.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top