Sedang Membaca
Naskah Pecenongan sebagai Jejak Intelektual Betawi Abad Ke-19 Patut Jadi Ingatan Kolektif

Hamba yang lemah, anggota Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), bergiat di Lingkar Filologi Ciputat (LFC), khadim di Ma’had Aly Ashiddiqiyah Jakarta, dan Mahasiswa Filologi di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Naskah Pecenongan sebagai Jejak Intelektual Betawi Abad Ke-19 Patut Jadi Ingatan Kolektif

Img 20250515 Wa0011

Nasruddin Djoko Surjono, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, menegaskan, pelestarian naskah kuno sejalan dengan visi Jakarta sebagai kota berkelanjutan.

Hal itu diucapkan dalam diskusi “Penggalian Potensi Naskah Kuno Nusantara sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON)” di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Img 20250515 Wa0010

“Menjelang 500 tahun Jakarta pada 2027, kami ingin warisan intelektual seperti naskah Pecenongan karya Muhammad Bakir ini menjadi fondasi pembangunan karakter masyarakat. Keunikan naskah ini terletak pada penggambaran kehidupan urban multikultural yang tetap relevan hingga kini,” Nasruddin.

 

Plt. Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan Nasional RI, Yeri Yunita, menambahkan, muncul komitmen kuat untuk melestarikan naskah kuno sebagai warisan intelektual bangsa.

“Naskah Pecenongan bukan sekadar dokumen tua, tapi bukti hidup dinamika masyarakat Betawi abad ke-19 yang sarat nilai kearifan lokal. Kami sedang memprioritaskan digitalisasi dan pengembangan konten edukatif berbasis naskah-naskah ini,” ujarnya.

Para ahli yang hadir mengungkapkan keistimewaan naskah Pecenongan. Mamlahatun Buduroh, filolog UI, menemukan percampuran bahasa Melayu-Jawa-Sunda-Betawi yang unik. “Hikayat Sultan Taburat menampilkan dialog-dialog jenaka yang menjadi ciri khas masyarakat Betawi, berbeda dengan naskah istana yang cenderung formal,” jelasnya.

Temuan menarik lainnya diungkapkan Rias Anto Rahmi tentang sistem penyewaan naskah di Batavia tempo dulu. “Iklan penyewaan naskah dari tahun 1921 membuktikan tradisi literasi yang hidup di masyarakat biasa, bukan hanya kalangan elit. Ini menunjukkan betapa naskah-naskah ini pernah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Baca juga:  70 Peserta Menuju Bootcamp Duta Santri 2021

Img 20250515 Wa0008

Adity Gunawan dari Perpustakaan Nasional mengonfirmasi proses pendaftaran naskah Pecenongan sebagai Ingatan Kolektif Nasional. “Kami sedang menyiapkan dokumen pendukung yang komprehensif, termasuk kajian nilai-nilai budaya dan potensi pengembangannya untuk pendidikan karakter,” jelasnya.

Ismunandar menekankan pentingnya pendekatan holistik. “Pelestarian naskah kuno harus melibatkan multidisiplin ilmu. Kami mengajak sejarawan, antropolog, hingga seniman untuk bersama-sama menghidupkan kembali khazanah ini,” tandasnya.

Diskusi yang dimoderatori oleh Fathurrochman Karyadi dari Yayasan Warisan Naskah Nusantara ini menghasilkan rencana aksi konkret, termasuk pengembangan materi pembelajaran interaktif dan program publik untuk mengenalkan naskah kuno kepada generasi muda.

Img 20250515 Wa0009
Foto-foto: Dokumentasi Perpusnas-Dispusip Jakarta.

“Dunia perfilman Indonesia tengah diramaikan oleh film Jumbo yang kuat menampilkan budaya lokal, serta Perang Kota yang diadaptasi dari karya besar Mochtar Lubis. Ini menunjukkan bahwa karya anak bangsa tetap relevan. Kita perlu mengapresiasi naskah-naskah lama sebagai warisan budaya yang layak diteruskan dan diadaptasi menjadi karya-karya baru,” tutup Ismunandar.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top