Abu Bakr Al Farghani, seorang wali Allah swt yang ahli ibadah dan tidak memiliki harta benda apapun, kisahnya ada dalam Kitab Hilyat Al-Auliya’ Fi Thabaqat Al-Ashfiya’. Kisah yang paling terkenal tentang beliau adalah menahan rasa lapar sampai berpuluh-puluh hari lamanya. Sebetulnya Al Farghani memang bukan orang berada, namun ia menampilkan diri sebagai saudagar kaya, berpakaian rangkap berwarna putih, dilengkapi sorban dan sandal yang bersih, serta kunci yang menawan.
Entah apa alasan ia melakukan hal itu. Karena tidak memiliki tempat tinggal, setiap malam ia hanya tidur dari masjid ke masjid. Namun masyarakat hanya mengetahui kalau Al Farghani adalah seorang saudagar kaya, tentu karena penampilannya. Tidak banyak orang yang tahu siapa sebenarnya Al Farghani, hanya beberapa beberapa kalangan yang tahu keadaannya.
Pada suatu waktu ia pergi ke Mesir untuk sebuah keperluan. Ia tetap memakai pakaian menawan ala saudagarnya. Tentu saja ahli ibadah lain mengetahui bahwa ia adalah seorang ahli ibadah juga. Mereka pun berkumpul dan mendengarkan ceramah Al Farghani. Sampai suatu hari, ia pergi ke sebuah tempat yang jauh dan diikuti oleh ahli ibadah lain. Ternyata banyak ahli ibadah yang berhenti ditengah jalan karena tidak kuat lagi, akhirnya hanya sedikit yang dapat meneruskan.
Saat itu pula Al Farghani bertanya kepada pengikutnya, “Apakah kalian merasa kelaparan ?”. Sontak pengikutnya mengiyakan bahwa merasa kelaparan dan kehausan. Akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah desa. Ternyata di desa tersebut ada biara para rahib. Melihat rombongan yang kelelahan, sontak seorang rahib menyuruh rahib lain untuk memberi makan, “Tolong beri makanan dan minuman kepada rahib Muslim ini, sungguh terdapat dari mereka yang tidak sabar menahan rasa lapar”. Mendengar ucapan itu, Al Farghani merasa tersinggung dan berkata “Wahai rahib, apa engkau mengetahui ilmu tentang bersabar dalam kelaparan?”. Rahib itu pun menjawab “Tidak, bagaimana itu?”. Al Farghani pun menjawab dengan tegas “Wahai rahib, turunlah dari biara. Silahkan makan dan minum sepuasnya, lalu ikutlah denganku untuk masuk ruangan yang dikunci. Tidak diperbolehkan membawa apa-apa, kecuali air untuk bersuci” tangkasnya.
“Barangsiapa yang tidak kuat dengan ini, maka ia bias memberi tanda untuk keluar ruangan dan mengikuti ajaran di antara kita yang masih sehat. Bahkan aku sudah tiga hari tidak merasakan aroma makanan” lanjut Al Farghani. Akhirnya ia dan seorang rahib masuk ke dalam ruangan yang terkunci rapat. Para ahli ibadah pengikut Al Farghani dan rahib-rahib lain hanya mengamati. Bahkan sampai 40 hari mereka tidak melihat perubahan sedikitpun.
Sampai pada hari ke 41 terdengar suara pintu ruangan yang diketuk. Setelah dibuka, ternyata rahib tersebut meminta pertolongan, sedangkan Al Farghani tetap sehat dan hanya melihat hal itu. Orang-orang disekitar pun segera memberi minum kepada rahib yang meminta tolong. Setelah itu, rahib tersebut menghadap Al Farghani dan mengucap syahadat “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah”.
Hingga akhirnya Al Farghani memberi sebuah ceramah dan nasihat kepada para rahib di biara itu. Tanpa disangka mereka semua mengikrarkan diri dan secara sah masuk Islam dengan mengucap syahadat. Kemudian perjalanan pun dilanjutkan oleh Al Farghani ke Baghdad. Kali ini ia diikuti oleh para ahli ibadah dan rahib-rahib yang telah masuk Islam. Wallahu a’lam…