Sedang Membaca
Karamah Nyai Makkiyah Sebajarin
Faris Ahmad Toyyib
Penulis Kolom

Santri PP. Annuqayah Latee. Mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi di Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA).

Karamah Nyai Makkiyah Sebajarin

Fz4irwhamaaspjk

Entah Hadis atau alqaul as-shahabi (tuturan sahabatnabi) atau pendapat ulama belaka, saya tidak dapat memastikan. Namun, banyak kaum muslim percaya, bahwa al-istiqamah ain al-karamah (keistikamahan mendatangkan karamah), dan Nyai Makkiyah Sebajarin kini dikaruniai karamah itu.

Seorang laki-laki yang tinggal di kabupaten Jember itu suatu malam bermimpi, yaitu mimpi yang mendorongnya kuat untuk sowan ke Kiai Faizi. Panggilannya, Mas Ded. Ia menceritakan dalam mimpi itu bertemu mursyid tarekatnya.  Sang mursyid memintanya melihat ke arah utara—memang dari rumahnya, Pondok Pesantren Annuqayah tepat berada di  sebelah utara rumahnya. Pancaran cahaya terang tengah meluber dari penjuru sana.

“Cahaya apa itu,” tanyannya. Sang Mursyid kemudian menjawab bahwa cahaya itu adalah cahaya selawat di Pondok Pesantren Annuqayah Sebajarin, Guluk-Guluk, Sumenep. Cahayanya membentang hingga asta Nabi Muhammad. Lantarannya, di sana terdapat “Bu Nyai, istri seorang pengasuh, yang istikamah mengamalkan selawat.” Tentu Bu Nyai yang di maksud adalah Nyai Makkiyah binti Ashim, istri Kiai M. Faizi, yang seorang pengamal Dalail Khairat. (hlm. 130-134)

Di soreitu, Sabtu Pahing, di saat Nyai Makkiyah telah kurang lebih dua bulan tidak tidur meskipun kondisinya semakin parah, jamu dan suplemen juga tidak mau diminumnya, dan segala pantangan makanan atau minuman yang semula diintenskan ketat dilanggar, ia selalu terlihat dalam keadaan setengah terpejam dan seakan melakukan percakapan. Kiai Faizi mencoba menyadap dengan mendekatkan telinganya pada telinga Nyai Makkiyah, namun tidak terdengar apa-apa. Lisannya terus bergumam sendiri.

Baca juga:  Mengenal Kitab Pesantren (53): Qashash al-Anbiya`, Kitab Kisah Para Nabi

Hal demikian sering terjadi. Penasaran, Kiai Faizi berusaha mengorek informasi. Namun Nyai Makkiyah lebih sering membisu tak menjawab. Sayyid Ahmad bin Alawi al-Maliki, Syekh Muhammad bin Sulaimanal-Jazuli, bahkan Rasulullah merupakan sosok suci yang berdasarkan pengakuan Nyai Makkiyah yang diajaknya bercakap. (hlm. 53-59) Tamu tak kasatmata lainnya, misalnya Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, begawan ulama Nusantara abad 19 M.

Kiai A. Wasik Bahar, paman Kiai Faizi, menyatakan  di kala Nyai Makkiyah terbujur sakit sebelum mangkat, Kiai Kholil sudah tiga kali menyambanginya. 11 Agustus 2021, Kiai Wasik  bermimpi didatangi Kiai Kholil bersama Kiai Bahar (ayahnya). Ada seorang perempuan di antara mereka. Kiai Bahar menanyakan apakah putranya mengenal perempuan di sampingnya itu. “Ini istri Faizi, Lug-Guluk. Sekarang ekapolong (diangkat menjadi anak atau didik) Syaikhona Kholil,” terang Kiai Bahar. (hlm. 85-89)

Di kesempatan lain bahkan Nyai Makkiyah bertandang dalam satu waktu yang tepat bersamaan pada mimpi dua-tiga orang dengan penampilan dan menyampaikan tuturan yang persis. Di kesempatan lain lagi, ia sering dimimpikan orang-orang datang bak bidadari dan mengajak untuk ikut membaca selawat Dalail Khairat. Kadang pula menyampaikan pesan-pesan tertentu yang terkait ihwal permasalahan yang dihadapi si pemimpi.

Dalail Khairat merupakan kitab selawat berbentuk prosa panjang yang dibaca harian dan akan khatam dalam satu pekan. Kitab ini ditulis Muhammad bin Sulaimanal-Jazuli, Maroko. Nyai Makkiyah mendawamkan pembacaanDalail sudah sejak kanak, selepas lulus SD hingga beberapa saat sebelum wafat, bahkan pernah di satu kesempatan dapat mengkhatamkannya setiap hari dan menghkhatamkan Al-Qur’an setiap tiga hari.

Baca juga:  Mengenal Ulama Perempuan Madura: Dari Nyai Aqidah Usymuni hingga Nyai Muthmainnah

Berkat pendawaman itu, Nyai Makkiyah dikaruniai karamah-karamah. Ada banyak persaksian mengenai ini. Misalnya seperti yang diceritakan Mas Ded, alumni Annuqayah Lubangsa, yang padahal tidak mengenal sama sekali Nyai Makkiyah. Persaksian semacam itu dihimpun dalam buku Bunga Mimpi di Taman Dalail ini. Buku ini memuat 38 esai yang dihimpun dari 22 saksi (penulis) dan Kiai Faizi, sebagai suami dan teritung banyak menyaksikan karamah-karamah Nyai Makkiyah, tentunya memeroleh porsi tulisan (persaksian) paling dominan.

Selain persaksian-persaksian di atas yang memang ada dalam buku ini, sebagian lagi saya mendapat langsung dari Kiai Faizi saat membeli buku ini. Menurutnya, masih ada bejubel persaksian dan itu tidak dihimpun secara sengaja karena alasan-alasan yang tidak dapat disebutkan. Salah satu cerita ekstrim karamah Nyai Makkiyah, tiba-tiba ada penelpon menceritakan bahwa bagian tangannya yang melepuh lantaran terkena minyak goreng panas tiba-tiba setelah bangun tidur sembuh (bahkan tanpa bekas sama sekali!) karena berkirim Al-Fatihah pada Nyai Makkiyah.

Membaca buku ini akan membawa kita pada hal-hal ganjil dan menakjubkan yang terjadi beberapa saat sebelum dan pasca Nyai Makkiyah mangkat. Kita mungkin tidak mau percaya. Tetapi bagi yang memiliki keyakinan doktriner sufisme—bahwa mimpi adalah cara Tuhan berkomunikasi langsung dengan hambanya— buku ini akan mengajak mereka menjadi hamba yang lebih taat dan saleh, utamanya melalui Dalail Khairat.

Identitas Buku

Judul                     : Bunga Mimpi di Taman Dalail

Baca juga:  Etika Kerja Menurut Imam Tajuddin Assubuki: Dari Menjadi Khalifah hingga Pengasuh Anjing

Penulis                  : M. Faizi, dkk.

Penerbit               : Cantrik

Cetakan                 : I, Agustus 2022

Tebal                     : 189 halaman

ISBN                      : 978-623-6063-74-3

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top