Ketika sang hamba merasa dirinya telah menjadi baik karena selalu beribadah kepada Allah. Hampir saja sang hamba lupa bahwa Allah lah yang menggerakan hatinya untuk beribadah. Oleh karena itu, al-Qur’an pun membimbingnya agar selalu meminta pertolongan Allah dalam setiap ibadahnya:
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” (Qs. Al-Fatihah ayat 5).
Penafsiran dari lafal “Wa Iyyaka Nasta’in” adalah “Hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta pertolongan dalam menjalankan ibadah kami, seluruh taat kami hanya untukmu. Kami hanya meminta kepadamu ya Allah di saat orang-orang yang berpaling dari-Mu meminta kepada sesembahan-sesembahan mereka”. Penafsiran ini berdasarkan riwayat dari sahabat Ibnu Abbas:
عن الضحاك قال ابن عباس “وإياك نستعين” أي إياك نستعين على طاعتك وعلى أمرنا كلها
Diriwayatkan dari adh-Dhahhak bahwa Ibnu ‘Abbas mengatakan “Iyyaka Nasta’in” maksudnya adalah hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan atas taat kami kepada-Mu juga atas seluruh urusan kami”. (Tafsir Jami’ al-Bayan karya Ibnu Jarir ath-Thabari hal.160 vol.1 karya cetakan Dar Hijra Kairo tahun 2001).
Syekh Fakhruddin ar-Razi berkomentar “Ketika seorang hamba akan memulai ibadahnya, ia berkeluh kesah kepada Allah “Duhai tuhanku, aku akan datang kepadamu akan tetapi hatiku lari dari mengingat-Mu. Aku memohon kepada-Mu agar hatiku khusyuk beribadah kepada-Mu.”
قال رسول الله قلب الخلق بين أصيعين من أصابع الرحمن
Rasulullah bersabda “Hati seorang makhluk berada diantara dua jari dari jari (kekuasaan) Allah yang Maha Penyayang.” (HR.Muslim).
Hadis ini menunjukkan bahwa tidak mungkin seorang hamba menghadirkan hatinya agar khusyuk beribadah kecuali atas pertolongan Allah. (kitab tafsir Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin ar-Razi vol. 1 hal. 217 cetakan Dar Ihya’ li Turats al-‘Arabi 2001).
Redaksi “Wa Iyyaka Nasta’in” memberikan kita semangat untuk berusaha dan berdoa agar mendapatkan pertolongan dari Allah. Seseorang yang hanya mengandalkan usahanya untuk beribadah kepada Allah, ia akan terjerumus dalam kesombongan. Karena itulah, al-Qur’an mengajarkan kita dengan redaksi “Dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” agar tetap merasa butuh kepada pertolongan Allah.
Mengapa dalam ayat ini redaksi “dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” berada di akhir ayat bukan berada di awal ayat?
Pertama, meminta pertolongan kepada Allah adalah sebuah bentuk ibadah kepada-Nya. Oleh karena itu, Allah perintahkan kita untuk beribadah dengan redaksi “Hanya Engkaulah yang Kami sembah”. Kemudian, Allah perintahkan kita berdoa dengan redaksi “Dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” sebagai salah satu bentuk ibadah.
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍقَالَ النَّبِىِّ الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir bahwa Rasulullah bersabda “Doa adalah (salah satu bentuk) ibadah.” (HR. Abu Dawud).
Pendapat ini diutarakan oleh Syeikh Ali bin Muhammad al-Khazin dalam Lubab at-Takwil fi Ma’ani at-Tanzil. Kedua, meminta pertolongan kepada Allah dalam segala perbuatan kita dapat dapat dikabulkan dengan sebab beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, Allah perintahkan kita untuk beribadah dengan redaksi “Hanya Engkaulah yang Kami sembah” sebagai lantaran kita sebelum meminta pertolongan kepada-Nya. (Madarik at-Tanzil wa Haqaiq at-Takwil karya Syekh Abdullah bin Ahmad an-Nasafi vol. 1 hal. 31 cetakan Dar al-Kalim ath-Thayyib Beirut tahun 1998).
Syekh Thahir Ibnu ‘Asyur berpendapat “Makna meminta pertolongan kepada Allah adalah meminta pertolongan yang tidak mungkin berasal dari manusia, juga tidak mungkin dapat dihasilkan oleh seorang hamba. Seorang hamba akan mengerahkan segenap upayanya secara maksimal untuk meraih apa yang ia inginkan. Kemudian, ia akan meminta pertolongan kepada Allah agar dimudahkan atas apa yang tidak mungkin mampu dihasilkan oleh daya dan upaya seorang hamba.” (Tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir karya Thohir Ibnu ‘Asyur hal. 184 cetakan Dar Suhnun Tunisia tahun 1997).
Walhasil, redaksi “Dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” menunjukkan butuhnya kita kepada pertolongan Allah. Seorang hamba yang baik akan selalu mengharapkan pertolongan Allah agar amalnya diterima disisi-Nya. Karena, hanya dengan rahmat Allah lah seorang hamba dimasukkan ke dalam surga-Nya. Sebagaimana dalam hadis disebutkan:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ سَدِّدُوا وَقَارِبُوا ، وَاعْلَمُوا أَنْ لَنْ يُدْخِلَ أَحَدَكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ ، وَأَنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ أَدْوَمُهَا إِلَى اللَّهِ ، وَإِنْ قَلَّ
Diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah ra bahwasannya Rasulullah bersabda “Berpegang teguhlah dan mendekatlah, dan ingatlah tidak akan masuk surga seseorang diantara kalian dengan sebab amal perbuatannya, dan sesungguhnya paling dicintainya amal kebaikan adalah yang paling langgeng kepada Allah meskipun sedikit” (HR. Bukhari)