Sedang Membaca
Ngaji Kepada Gus Baha: Ibadah yang Paling Dibenci Setan
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Ngaji Kepada Gus Baha: Ibadah yang Paling Dibenci Setan

Ada tema menarik yang disampaikan Gus Baha dalam salah satu rekaman pengajian. Beliau membahas tentang ibadah yang paling dibenci setan.

Ibadah seperti apa kira-kira? Salat? Zikir? Membaca Alquran atau ibadah haji?

Bukan. Kata Gus Baha ibadah yang paling dibenci setan adalah rasa bahagia seseorang karena di dalam hatinya terdapat keimanan.

Mengapa demikian?

“Sebab keimanan lah yang menyelamatkan seseorang dari neraka. Sedangkan tugas setan adalah menjerumuskan manusia ke dalam api neraka. Sementara itu, selagi terdapat keimanan di dalam hati seseorang, dia akan memiliki hak untuk masuk surga. Gagal lah setan.” kira-kira begitu yang dijelaskan Gus Baha.

“Karena bahagia dengan keimanannya, manusia akan berusaha untuk melakukan perbuatan yang bisa menjadi bukti atas keimanan tersebut. Segala jenis ibadah akan dilakukan dengan rasa senang. Tentu saja hal ini takkan bisa dilakukan tanpa adanya ilmu yang harus dicari dengan benar. Sebab ilmulah yang menyinari keimanan.” lanjut beliau.

Tanpa ilmu, iman akan redup dan setan akan mudah sekali menggoda orang yang ibadah tanpa ilmu. Ada banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah. Beberapa kitab menjelaskan hal itu.

Selain itu karena rasa bahagia, orang yang beriman di dalam hidupnya akan selalu senang. Tidak pernah bersedih dan tak pernah khawatir atas apa yang menimpanya sebab semuanya terjadi semata-mata atas izin Allah.

Baca juga:  Haji Penguasa: Dari Sultan Manan Syah hingga Soekarno

“Disakiti orang lain, tak punya uang banyak, mendapatkan musibah, mendapatkan sakit dan lain sebagainya takkan mampu menggoyahkan keimanannya. Semuanya diterima dengan lapang dada dan dengan rasa gembira. Bukan dengan ngersulo, mengeluh atau kecewa atas apa yang terjadi terhadapnya.” kata Gus Baha

Apakah semua orang mukmin merasa bahagia atas keimanannya? Tidak. Beberapa orang malah tidak sadar bahwa keimanan adalah kenikmatan besar sehingga tidak mensyukurinya dengan terus menerus memperkuat kualitasnya.

“Betapa banyak manusia yang diberi kelebihan berupa kecerdasan, kekayaan, ketampanan dan kelebihan lainnya namun di dalam hatinya tidak ada iman? Malah sebaliknya, dengan segala kelebihan yang diberi Allah tersebut manusia malah menolak untuk iman.” tutur Gus Baha.

Kenyataan yang terjadi, beberapa orang yang tidak beriman, sejak dahulu kala selalu mengolok orang yang beriman. “Bahkan di Yaman dulu ada orang yang membuat bangunan tinggi dengan tujuan agar bisa naik ke atas rumahnya lalu bisa mengolok orang beriman yang sedang lewat.”

Sampai sekarang, jumlah orang yang merendahkan seorang mukmin jumlahnya masih banyak. Tapi kata Allah dalam Alquran, tak perlu risau. “Biar saja direndahkan oleh orang yang tidak beriman, jangan dibalas di dunia. Kelak Allah memberi kesempatan orang mukmin untuk membalasnya di akhirat kelak. Yakni ketika orang mukmin masuk surga dan orang non mukmin masuk neraka. Olok-oloklah penghuni neraka sepuas-puasnya.” kata Gus Baha.

Baca juga:  Negosiasi Kewajiban Puasa: dari Boleh Tidak Berpuasa hingga Bisa Bercinta Setelah Berbuka

Memang di dunia ini ada banyak orang beriman yang kere, miskin dan fakir, namun apabila di dalam hatinya terdapat rasa bahagia atas keimanan sehingga membuat ridha atas segala qadha dan qadar Allah, maka dia kelak akan mendapatkan kebahagiaan di surga. Kebahagiaan yang belum pernah dirasakan bahkan tak pernah dibayangkan manusia di dunia.

Orang boleh saja mengelak mengenai kebenaran ini. Namun perlu kiranya belajar pada sejarah kenabian. Bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, sejak nabi Adam sampai hari ini, tugas nabi sama, mengajak orang untuk beriman. Namun karakter manusia sejak dahulu kala sama. Ada yang menolak. Para penolak ini berasal dari berbagai golongan. Kaya, cerdas, miskin, bodoh, budak, raja, konglomerat dan lain sebagainya. Jumlahnya selalu lebih banyak dari yang beriman. Sampai sekarang. Setan sering menang. Maka betapa beruntungnya orang yang diberi anugerah iman. Apapun kualitas manusia di dunia ini. Wallahu a’lam. (RM)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
1
Senang
2
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top