Sedang Membaca
Hidup Indah dengan Ukhuwah Islamiah
Untung Wahyudi
Penulis Kolom

Pendidik dan Pengurus Rumah Baca “Untung Pustaka”, Sumenep.

Hidup Indah dengan Ukhuwah Islamiah

  • Rasulullah SAW bersabda, “Tidak beriman seorang dari kalian hingga ia menyukai saudaranya sebagaimana ia menyukai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari).

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan pernah bisa hidup sendirian. Mereka butuh teman, sahabat, kerabat, dan tetangga dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mustahil jika seseorang mampu menjalani hidup tanpa bantuan atau campur tangan orang lain.

Dalam dunia kerja, misalnya, seorang bos tidak mungkin mengerjakan segala sesuatu tanpa bawahan. Dia tak akan bisa menyelesaikan semua pekerjaan tanpa bantuan orang-orang di bawahnya seperti sekretaris, bagian keuangan, dan staf-staf lain yang juga menjadi bagian penting dalam menjalankan roda perusahaan.

Musfir bin Said az-Zahrani, dalam buku berjudul Konseling Terapi menjelaskan, manusia adalah makhluk sosial yang tinggal di tengah-tengah masyarakat, di mana satu dengan lainnya sangat terikat dengan berbagai kepentingan; persatuan, sosial, ekonomi, dan yang lainnya.

Namun begitu, dalam hidup bermasyarakat sering kali terjadi perselisihan atau gesekan yang bisa menimbulkan konflik. Hal itu wajar adanya sehingga, kita perlu menyikapinya dengan baik dan bijak. Antara satu dan lainnya harus bisa saling mengingatkan dan berusaha untuk tetap menjaga jalinan silaturahim yang mampu menguatkan benang kehidupan bermasyarakat.

Tak dapat dimungkiri bahwa, keragaman karakteristik masyarakat akan menimbulkan berbagai konflik jika tidak dibarengi dengan sikap saling toleransi. Allah mengarunia manusia dengan berbagai sifat seperti kelembutan, tutur kata yang sopan, bagusnya budi pekerti, mau membantu orang lain, dan sifat terpuji lainnya.

Namun, ada juga yang lebih menonjol sikap keras kepala, tak mau disalahkan dan mau menang sendiri, lisan yang sering menyakitkan, serta setumpuk akhlak jelek dan memalukan lainnya.

Realitas di atas sering menjadi akar masalah setiap masalah, kerusuhan, atau konflik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Sikap intoleran sering kali memicu permasalahan serius yang bisa menimbulkan kericuhan yang menyebabkan putusnya tali persaudaraan.

Baca juga:  Berguru Kepada Tumbuhan

Permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat—yang kapan saja bisa terjadi—sebenarnya tidak akan tumbuh dan membesar jika disikapi dengan saling menghargai perbedaan yang ada. Contoh kecil misal, tetangga sebelah rumah kita memiliki kebiasaan menyetel musik keras pada waktu istirahat. Sebagai tetangga, kita tak semestinya marah-marah, sekalipun merasa terganggu atas segala kebisingan yang terjadi.

Langkah yang baik adalah berusaha mengingatkan bahwa yang tetangga kita lakukan itu bisa menimbulkan ketidaknyaman di telinga tetangga-tetangga sebelah. Teguran semacam itu lebih baik dan akan lebih didengarkan jika disampaikan dengan baik, bukan dengan sikap frontal, seolah-olah kita hidup sendirian.

Dalam Alquran surat Al-Hujurat ayat 10, Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”

Apa yang difirmankan Allah dalam kitab suci umat Muslim tersebut begitu jelas bahwa orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Persahabatan jangan sampai pecah oleh masalah sepele yang menjauhkan kita dari rahmat Allah.

Rasulullah SAW pernah memberikan perumpamaan yang bagus tentang hidup bermasyarakat. Sebuah masyarakat itu diibaratkan sekumpulan orang yang sedang naik kapal besar.

Ada sebagian individu berada di bawah kapal, dan sebagian yang lain berada di atasnya. Sehingga, bila seseorang yang berada di bagian bawah ingin mengambil air, ia harus naik tangga dan melewati orang-orang yang ada di bagian atas kapal.

Celakanya, bila mereka nekat memilih jalan pintas, yakni melubangi lambung kapal untuk mendapatkan air, bila hal itu tidak dicegah oleh penumpang lain, maka akan tamatlah seluruh penumpang kapal tersebut.

Ini perumpamaan bagus yang tentu saja memberikan gambaran kepada kita bahwa, hidup bermasyarakat itu memang banyak tantangannya. Perbedaan pendapat akan kita jumpai dalam interaksi dengan tetangga dan masyarakat. Karena itu, saling mengingatkan adalah jalan terbaik agar tak terjadi konflik yang dapat menyulut api permusuhan.

Baca juga:  Harmonisasi Keislaman dalam Pancasila: Pendapat Santri Lirboyo hingga Mbah Maimun Zubair

Sebagaimana diungkapkan Zulfi Mubarak dalam buku Sosiologi Agama, Islam telah meletakkan dasar-dasar umum cara bermasyarakat. Di dalamnya diatur hubungan antara individu dengan individu, antara individu dan masyarakat, antara satu komunitas masyarakat dengan komunitas masyarakat lainnya. Aturan itu dimulai dari yang sederhana sampai kepada yang sempurna, mulai dari hukum berkeluarga sampai bernegara.

Dalam hal ini, Rasulullah saw. menjelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seorang dari kalian hingga ia menyukai saudaranya sebagaimana ia menyukai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari).

Demikianlah. Kedamaian dan kesejukan akan tercipta jika asas-asas toleransi dijalani dengan baik. Toleransi akan membentuk pelangi yang begitu indah memesona dalam kehidupan bermasyarakat jika kita berhasil menjalani kehidupan yang penuh dengan perbedaan tersebut. (atk)

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top