Sedang Membaca
Melacak Sejarah Kristen di Mesir: Ketika Islam dan Kristen Dapat Hidup Damai
M. Tholhah Alfayad
Penulis Kolom

Lahir 15 Agustus 1996. Pendidikan: alumni Madrasah Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo, Kediri. Sedang menempuh S1 Jurusan Ushuluddin Univ. Al Azhar al Syarif, Kairo, Mesir. Asal Pesantren An Nur I, Bululawang, Malang, Jawa Timur.

Melacak Sejarah Kristen di Mesir: Ketika Islam dan Kristen Dapat Hidup Damai

Nabi Isa sebagaimana dalam Al-Qur’an dikenal juga dengan Yasu’ al-Masih dalam literatur sejarah Kristen Koptik Ortodoks. Yasu’ al-Masih sendiri bermakna seseorang yang memiliki hati yang tulus dan jujur.

Menurut Al-Qur’an, ketika Maryam keluar dari al-Quds datanglah malaikat yang meniupkan ruh ke lengan pakaian Maryam dan seketika itu Maryam mengandung janin nabi Isa. Sedangkan menurut ajaran Kristen, ketika itu datanglah Yusuf sang tukang kayu kepada Maryam untuk mengabarkan mimpinya bahwa Maryam mengandung roh kudus dalam keadaan perawan tanpa di sentuh laki-laki manapun. Diceritakan bahwa Yusuf adalah tunangan dari Maryam yang masih keturunan raja Daud.

Menurut kepercayaan umat nasrani, raja Herodes yang agung ketika itu sangat gusar mendengar kabar akan lahirnya raja baru bangsa Yahudi. Maka, ia memerintahkan untuk membunuh bayi yang baru lahir di masa itu. Suatu ketika Yusuf, sang tukang kayu bermimpi melihat malaikat mengatakan “Pergilah dan bawalah bayi kecil itu dan ibunya bersamamu ke negeri Mesir. Dan tetaplah disana hingga aku memberikan perintah wahyu. Sungguh Herodes bertekad untuk mencari bayi kecil itu dan membunuhnya”.

Yusuf pun membawa Maryam dan anaknya yang ketika itu berusia dua tahun menyusuri beratnya perjalanan hanya dengan seekor keledai. Yusuf memulai perjalanan penuh rintangannya dari sebuah malam yang sunyi. Mereka merasakan beratnya padang pasir Sinai, menyusuri daerah el-Farma di provinsi Port Said, hingga sampai di daerah Tel Basta yang sekarang termasuk dari bagian kota Zaqaziq. Kemudian, mereka sempat singgah di kota Bilbeis, tempat mereka berteduh di sebuah pohon. Hingga saat ini pohon tersebut masih ada dan diberi julukan “Pohon Maria Sang Perawan Suci”. Konon, pohon ini menyimpan keberkahan sehingga banyak diziarahi oleh umat kristiani maupun umat islam. Bahkan, banyak umat islam yang dikebumikan disekitar pohon tersebut hingga kini. Dikisahkan, dahulu pohon ini hampir saja ditebang oleh pasukan Napoleon Bonaparte ketika menjajah Mesir. Akan tetapi, elemen masyarakat baik muslim maupun kristen menolak rencana tersebut. 

Baca juga:  Alquran dan Bahasa Nusantara: Kapur Barus di antara Pewangi dan Pengawet

Perjalanan mereka pun menyusuri kota-kota yang dilalui oleh sungai Nile. Mereka menyusuri kota Menyat Genag, kota Sammanoud, kota Mahallat dan kota Kafr el-Syeih. Tercatat sejarah, mereka juga mengunjungi daerah el-Matarea dimana mereka singgah di sebuah pohon. Konon, mereka berdoa kepada Allah hingga memancarlah sebuah sumber mata air di sekeliling pohon tersebut. Hingga sekarang pohon tersebut masih ada dan dijuluki juga dengan “Pohon Maria Sang Perawan Suci”. Konon, pohon tersebut menyimpan bekas cahaya Maryam sehingga banyak diziarahi umat Nashrani yang ingin mengambil berkah.

Tercatat, Yusuf membawa Maryam dan anaknya  menjelajahi negeri Mesir selama empat tahun. Kemudian mereka pun kembali ke negeri palestina dan menetap di sebuah daerah terpencil kala itu bernama Nazaret. Karena itulah, dalam bahasa arab pemeluk agama kristen disebut dengan Nashrani. Hal ini merujuk dari daerah  Nazaret yang dalam bahasa arab disebut dengan Nashiran, tempat dakwah pertama nabi Isa di masa remaja. 

Dikisahkan, Yusuf sang tukang kayu membangun sebuah tempat berlindung untuk mereka tak jauh dari bukit el-Kousia di sekitar kota Asyuth Mesir. Dikemudian hari tempat tersebut dikenal dengan “Biara Maria Sang Perawan Suci” yang dilestarikan hingga kini. Memang benar adanya bahwa sejarah didirikannya gereja yang lestari hingga sekarang di negara Mesir merujuk pada abad ke-empat masehi. Akan tetapi, sebenarnya jauh sebelum abad ke-empat masehi telah dibangun banyak tempat peribadatan kaum Kristiani yang sayangnya telah hancur termakan zaman.

Baca juga:  Makkiyyah-Madaniyyah Versi Kisah Walisongo

Jauh setelah itu, datanglah umat Islam dibawah komando Amr bin Ash. Pada awalnya, kaum Kristen Koptik mendapatkan banyak tekanan dan penindasan selama penjajahan bangsa Romawi. Maka datanglah, panglima Amr bin ‘Ash membawa prajurit umat Islam untuk membebaskan mereka dari penjajahan. Tak ayal, umat Islam pun mendapatkan banyak dukungan dari kaum Kristen Koptik dalam upaya mengusir penjajah Romawi dari tanah Mesir. Tak hanya itu, Amr bin Ash juga membuat perjanjian damai dengan paduka agung Benjamin yang kala itu mengemban jabatan tertinggi umat Kristen Ortodoks.

Umat Islam datang ke negara Mesir membawa pesan damai sesuai dengan wasit nabi Muhammad saw

قال رسول الله إذا فتتحتم مصر فاستوصوا بالقبط خيرا فإن لهم ذمة ورحما

Rasulullah bersabda “Ketika kalian membebaskan negeri Mesir, maka berilah wasiat kebaikan kepada bangsa Koptik, sungguh mereka berhak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang” (HR.Baihaqi)

Islam membawa ajaran yang sangat penuh kasih sayang. Ajaran inilah yang membuat banyak pemeluk agama Kristen Koptik bersimpati dengan Islam. Tercatat, sekitar 150 orang dari umat Kristen Koptik yang masuk islam setiap harinya di kota Qulyub. Ajaran Islam pun menuai banyak pengikut hingga ke pelosok-pelosok negara Mesir.

Hal ini terbukti dengan banyak akulturasi budaya diantara umat Islam dan umat Kristen Ortodoks. Bahkan, al-Maqrizi dalam kitabnya yang berjudul “Tarikh Aqbath” memberikan kiasan penduduk Mesir “darah mereka Islam, daging mereka Kristen”. Kiasan ini berdasarkan kuatnya hubungan umat Islam dan umat Kristen Koptik kala itu.

Baca juga:  Sayidah Maryam: Putri Imran dan Ibunda Isa Al-Masih

Hal ini diakui oleh Sir Thomas Arnold yang mengatakan “Sungguh nonmuslim mendapatkan kenikmatan yang besar di bawah kepemimpinan Islam. Nonmuslim mendapatkan toleransi yang tinggi. Keberlangsungan umat Kristiani selama kepemimpinan pemerintah Islam menjadi bukti bahwa kekejaman hanya terjadi dalam sedikit catatan sejarah. Hanya pemerintahan yang teracuni fanatisme lah yang melakukan kekejaman tersebut”

Memang benar sejarah tak selalu membawa kisah damai. Ketenangan yang dirasakan umat Islam dan umat Kristiani pernah terusik beberapa kali. Tercatat, khalifah al-Hakim bi Amrillah (berkuasa tahun 985-1021 M) adalah salah satu pemimpin negara Mesir yang sangat kejam di masanya. Ia menyiksa banyak kalangan ulama sunni serta kalangan nonmuslim. 

Tentu tidak bisa kita mengatakan bahwa penindasan tersebut adalah cerminan dari Islam. 

Terbukti di masa sebelumnya, khalifah Al-Aziz Billah memerintah dengan sangat adil kepada umat islam dan nonmuslim pada tahun 955-996 M. Tercatat, mantan istri sang khalifah Al-Aziz Billah menikah dengan seorang pemimpin umat Kristen bernama Arsanius tahun 985 M. Selain itu, khalifah Al-Aziz Billah memberikan jabatan penting kepada Minsya dari umat Yahudi serta Isa bin Nasthur dari umat Kristen Koptik.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top