Sedang Membaca
Mashhad; Ibukota Spiritual Iran
Ulummudin
Penulis Kolom

Mahasiswa Studi al-Qur'an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mashhad; Ibukota Spiritual Iran

Masjid Goharshad Di Mashhad

Kota Mashhad mungkin terdengar asing bagi orang luar dibanding Tehran atau Isfahan. Hal itu dapat dimengerti karena Mashhad bukan tujuan utama wisatawan untuk menikmati peninggalan-peninggalan Persia kuno atau dinasti-dinasti Islam Persia yang terkenal dengan keindahan arsitekturnya. Padahal, dari segi wilayah dan jumlah populasi, Mashhad adalah kota terbesar kedua di Iran setelah Tehran. Penduduk kota ini mencapai 3 juta jiwa.

Mashhad adalah kota utama di wilayah Khurasan yang berada di wilayah timur laut dari Iran. Kota ini menjadi ibukota dari provinsi yang bernama Khurasan Rezavi. Jika kita akan menyebrang ke Afghanistan melalui jalan darat, Mashhad menjadi kota yang pasti disinggahi.

Jika nama Mashhad terasa asing, lain halnya dengan Tus. Kota ini sangat familiar khususnya bagi orang yang bergelut dengan sejarah Islam. Itu karena kota tersebut telah melahirkan tokoh-tokoh yang berhasil mewarnai panggung dunia Islam di zaman keemasan seperti Imam Ghazali, Nizamul Muluk, dan Nashiruddin al-Tusi.

Faktanya memang ada keterkaitan antara kota tua Tus dengan Mashhad walaupun jarak antar keduanya mencapai 12 km. Tus adalah cikal bakal kota Mashhad saat ini. Jika dahulu Tus adalah kota besarnya, maka sekarang sebaliknya. Mashhad menjadi kota metropolitan, sedangkan Tus hanyalah kota kecil yang lebih mirip perkampungan.

Baca juga:  Hubungan Pemerintah dan Pesantren bak Angin Segar

Kondisi tersebut mirip seperti kota tua Rey dengan Tehran. Di masa lalu, Rey dan Tus adalah kota-kota besar di wilayah Persia yang menjadi tujuan para saudagar dan pelajar. Seiring berjalannya waktu, kebesarannya luntur dan beralih menjadi Tehran dan Mashhad. Di era modern pun, kedua kota tersebut termasuk ke dalam kota-kota utama di Iran.

Dalam sejarahnya, dahulu Mashhad dikenal dengan nama Sanabad. Nama Mashhad untuk menyebut kota ini mulai digunakan sejak masa pemerintahan dinasti Safawi. Mashhad sendiri mempunyai arti tempat para syuhada.

Penyebutan tersebut terilhami dari kematian Ali Ridha atau Reza dalam pelafalan Persia, imam kedelapan dalam tradisi Syiah. Imam Reza meninggal dan dikebumikan di kota ini. Mereka percaya bahwa sang imam meninggal dengan cara dibunuh dengan racun. Oleh karena itu disebut sebagai syuhada yang akhirnya diterapkan untuk penamaan kota ini.

Imam Ali Reza adalah satu-satunya imam dalam tradisi Syiah yang dikuburkan di luar daerah Arab. Kehadiran imam Reza mungkin bisa dikatakan sebagai faktor utama yang membuat Mashhad selalu ramai. Di waktu normal, para pengunjung selalu membanjiri kota Mashhad dengan tujuan utama menziarahi makam imam Ali Reza.

Para peziarah datang dari berbagai penjuru Iran dan banyak pula yang berasal dari luar negeri. Setiap tahunnya tak kurang dari 5 juta peziarah international dengan Irak dan Azerbaijan sebagai pengunjung terbanyaknya.

Baca juga:  Islam dan Moderasi: Cara Naili Mengenalkan Keberagaman ke Mahasiswa FISIP UIN Walisongo Semarang

Di dalam komplek makam juga terdapat masjid Goharshad yang bersejarah. Masjid ini dibangun pada era dinasti Timurid pada abad ke 15 ketika mereka berkuasa di daerah Khurasan. Selain itu, komplek ini juga dilengkapi dengan perpustakaan, madrasah, klinik, dan berbagai museum seperti museum karpet atau permadani dan museum sastra Persia.

Mashhad juga menjadi salah satu pusat pembelajaran agama di Iran. Oleh karenanya, tak heran jika kota ini dijuluki sebagai kota santri selain kota Qom. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya madrasah atau yang dikenal dengan hauzeh yang bertebaran di tiap sudut kota Mashhad. Hauzeh Mashhad merupakan salah satu madrasah terbesar di Iran dengan santrinya yang mencapai ribuan.

Selain itu, Mashhad juga mempunyai perpustakaan yang sudah berusia lebih dari 6 abad lamanya. Perpustakaan tersebut menyimpan kurang lebih 6 juta dokumen dan lebih dari 70 ribu manuskrip langka. Perpustakaan ini bersanding dengan museum yang mengoleksi kesenian Islam dan artefak bersejarah. Keduanya dikenal dengan nama Central Library and Museum of Astan Quds Razavi.

Atraksi ramainya peziarah dan para santri atau talabeh dalam bahasa Persia memberi nuansa keagamaan yang kental terhadap kota Mashhad. Makam imam Ali Reza dan banyaknya hauzeh ilmiyah menjadi magnet utama peziarah dan talabeh. Mereka berbondong-bondong mengunjungi Mashhad, tempat para syuhada.

Baca juga:  Konflik Afghanistan, Kebobrokan Peradaban, dan Kebangkrutan Islam

Dengan demikian, tak berlebihan jika pada tahun 2009, Ahmadinejad yang saat itu menjabat sebagai presiden Iran mendeklarasikan Mashhad sebagai ibukota spiritual Iran. Berbeda dengan kota besar lain yang biasanya hanya menawarkan gemerlapnya materi, Mashhad lebih memilih untuk memberikan pancaran ruhani.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top