Masjid Baitus Shobur besutan arsitek Andra Matin yang berdiri menjulang tinggi sekira 30 meteran dan Balai Adat Sesat Agung serta Tugu Rato kini jadi ikon dan tetenger, Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba).
Masjid dan Sesat Agung Baitus Shobur diresmikan dalam gelaran “Selamatan Budaya Tubaba” pada 11 Oktober 2016. Langgam Aristektur Masjid Baitus Shobur sentuhan Andra Matin ini tanpa kubah. Masjid ini merupakan bangunan satu lantai namun tingginya sekira 30 meteran, sehingga nampak dari luar layaknya gedung lima lantai. Tak ada ragam hias apa-apa, bangunan berupa beton masif polos tanpa cat, dari atas sampai bawah.
Ketika kita masuk ke masjid baru terlihat bahwa dinding tak mencapai dasar. Sekelilingnya terbuka sehingga sirkulasi udara bebas keluar masuk yang membuat udara di dalam masjid selalu sejuk.
Pada di sekeliling terluar langit-langit masjid bertuliskan asmaul husna dalam huruf Arab. Sedangkan langit-langit di bagian terdalam berbentuk lorong tinggi, setinggi gedung lima lantai tadi, yang berujung pada 99 lubang kecil di pucuknya. Alhasil, hanya dua kali setahun saat matahari melewati khatulistiwa, pada Maret dan September, sinarnya akan masuk ke lubang-lubang itu.
Oleh karena itu, nama lengkap masjid ini, sebagaimana tertulis di prasasti peresmian, adalah “Masjid Agung 99 Cahaya Asmaul Husna Baitus Shobur”.
Masjid ini merupakan rancangan arsitek Andra Matin yang kedua setelah masjid di Pendopo Shaba Swagata Blambangan, komplek rumah dinas bupati Banyuwangi, Jawa Timur.
Andra perlu waktu setahun untuk mendesain dan setahun untuk pembangunannya. Masjid besutan Andra pun sengaja dibuat tanpa kubah bawang dan tanpa ornamen apa pun di bagian luar seperti masjid umumnya di Indonesia. Masjid di Nusantara sebelum Kemerdekaan RI eksotis bercirikan daerah masing-masing dan tanpa kubah.
“Kalau sekarang semua masjid pakai kubah bukan berarti kita juga harus pakai kubah. Umat Islam jangan suka meniru, melainkan harus berada di garis depan. Berislam juga harus rendah hati karena Islam sendiri sudah hebat,” ujar Andra.
Unsur lokal nampak di fasad depan masjid yang berbentuk huruf Kaganga, huruf tradisional Lampung, berlafal “Sabar”, mengacu pada nama masjid, Baitus Shobur.
Dalam garapannya ini, Andra menyelipkan banyak simbol di dalamnya. Beton ekspos tanpa warna dan tanpa ornamen menyimbolkan ketiadaan, bahwa tampilan luar tidaklah sepenting isinya, dan ibadah bukanlah untuk dipamerkan.
Jumlah seluruh tiang masjid ada 114 melambangkan jumlah surat Alquran. Ukuran masjid 34 meter x 34 meter merujuk pada jumlah sujud dalam sehari semalam yang 34 kali, sedangkan tinggi menara cahaya 30 meter menunjukkan jumlah juz Alquran.
Menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin masjid adalah tempat “sujud”, yang lebih luas dari sekadar sujud saat shalat, yakni menyerahkan diri sepenuhnya di hadapan Allah.
Karenanya, dia menekankan agar simbol-simbol yang terkandung dapat diangkat secara utuh dan jadi pengetahuan bagi masyarakat sehingga nilai manfaatnya dapat dirasakan. “Karena muslim punya kewajiban menebarkan nilai-nilai kebajikan, berapapun sedikitnya,” ujar Lukman.
Bupati Umar Ahmad berharap, tiga ikon sekaligus tetenger Tubaba ini dibuat agar banyak orang tertarik mengunjungi daerahnya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kondisi perekonomian masyarakat dan pendapatan daerah.
“Pasalnya, tidak ada wisata alam, di Tubaba , jadi harus dibuat, dan dibuatnya harus beda. Kami membuat riset terlebih dahulu untuk mendefinisikan Tubaba. Kami mulai dari nol, dan mulainya dari budaya,” pungkas Umar Ahmad.