Sedang Membaca
Usia 76 Tahun, Sastrawan Ahmad Tohari Masih Rutin Mancing di Laut
Hamzah Sahal
Penulis Kolom

Founder Alif.ID. Menulis dua buku humor; Humor Ngaji Kaum Santri (2004) dan Ulama Bercanda Santri Tertawa (2020), dan buku lainnya

Usia 76 Tahun, Sastrawan Ahmad Tohari Masih Rutin Mancing di Laut

Ahmad Tohari

“Saya habis mancing di laut. Baru sepuluh menit yang saya mendarat di rumah,” begitu Ahmad Tohari menyambut kami, rombongan dari Jakarta. Saya, Athia Yumna, Ala’i Najib, Izzah, dan Kendi datang di rumah Ahmad Tohari sekitar pukul 15.30, Sabtu (26/4).

Sastrawan yang setia dengan kisah-kisah rakyat dan kehidupan kampung tinggal bersama istrinya, Syamsiyah (73) di tanah kelahirannya, Desa Tinggar Jaya, Jatilawang, Banyumas Jawa Tengah. Anak terakhirnya, dari 5 anak, yang berprofesi seorang dokter bersama seorang cucunya, dari 6 cucu, tinggal di belakang rumah. Walhasil, Tohari tidaklah kesepian, apalagi di antara 2 rumah juga ada musala kecil yang setiap waktu shalat ada orang berjamaah.

Tohari mengaku aktivitasnya memancing tidak semata-mata mencari ikan, tetapi sebagai momen jeda, hiburan, dan menikmati kesendirian. “Tadi tidak dapat ikan, tetapi senang-senang saja, karena mancing itu hiburan saya, jeda saya. Saya juga senang bau laut,” ungkapnya.

Selain itu, kata dia, aktivitas mancing membuat matanya tetap sehat. “Saat di rumah, pandangan mata kan pendek, terbatas, apalagi saat ngaji atau baca buku. Sementara, saat mancing, pandangan mata kita jauh, luas, dan fokus pada benda kecil di kejauhan. Mata jadi melotot. Ini membuat mata jadi sehat. Saya kan alhamdulillah tidak pernah pakai kacamata sampai sekarang. Mungkin saja berkat mancing,” dia menjelaskan sambil tertawa.

Baca juga:  Ulama Banjar (93): KH. Abdul Syukur

Aktivitasnya mancing di laut juga ikut mendukung profesinya sebagai sastrawan. Suatu waktu dia bercerita pada saya bahwa mancing adalah waktu untuk merenung dan berimajinasi. “Asik sekali, bisa merenung lama, membayangkan karakter-karakter tokoh cerita, sambil mencium aroma laut yang khas,” begitu kata penulis tidak kurang dari 5 novel dan ratusan cerita pendek itu. Masterpiece, Ronggeng Dukuh Paruk, baru-baru ini terbit lagi dalam edisi hardcover.

Dia mengatakan saking lamanya menjalani hobinya itu, jadi dapat merasakan perubahan laut, dari yang dulu banyak sekali ikannya hingga sekarang yang jarang-jarang. Di masa senja ini, sebulan hanya 2-3 kali pergi ke laut. Dulu lebih sering.

Tempat mancing dia di laut selatan, Kabupaten Cilacap, 30 km dari rumahnya. Jarak itu dia tempuh dengan naik mobil satu jam, lalu menyewa perahu. Perjalanan di laut, kata dia, dua jam. “Saya sudah terbiasa, kadang sih terasa mual karena sudah tua, tetapi tidak muntah,” begitu jawabnya saat ditanya effort mancing di laut.

Hari ini, Ahmad Tohari adalah salah satu sastrawan Indonesia yang memasuki usia lanjut. Kurang dari dua bulan, tepatnya tanggal 13 Juni 2025, dia akan berulang tahun ke-77. Sangat tua. Aktivitas menjadi narasumber atau mengisi workshop kesusastraan berkurang drastis, sudah tidak rutin menulis cerita pendek. Tetapi dia masih semangat bercerita, bersama tiga rekannya masih mengelola Ancas (majalah berbahasa Banyumasan yang sudah berusia 16 tahun), dan tentu masih mancing.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Scroll To Top