Nama lengkap Drs. Muhammad Idris. HM dipanggil Idris, tempat dan tanggal lahir di Banjarmasin, 23 November 1953, nama istri Siti Aminah, S.Pd.I, nama anak (1) Muhammad Noor Arifin. MI (2) Nur Ma’rifah. MI (3) Muhmmad Amin Nafis. MI. Beralamat di Jalan Veteran, Km. 6 RT 5 No. 25 Banjarmasin, Riwayat pendidikan terakhir sarjana S.1 Fakultas Syariah IAIN Banjarmasin.
Orang tua Muhammad Idris adalah seorang ulama sekaligus tokoh masyarakat di sekitar Sungai Lulut, beliau bernama K.H. Masykur. Bahkan adik kandung Muhammad Idris, Drs. Bahauddin, juga seorang ulama yang tidak asing lagi di kawasan Sungai Lulut dan sekitarnya. Hanya saja dalam profesi sehari-hari Muhammad Idris lebih banyak berkecimpung di dunia pendidikan, sebagai guru. Sementara Bahauddin sering memberikan ceramah agama, mengisi berbagai pengajian di majelis-majelis taklim maupun di rumah-rumah.
Pekerjaan/jabatan yang dipercayakan kepada Muhammad Idris banyak sekali. Boleh dibilang setiap harinya selalu sibuk dengan berbagai aktivitas tersebut. Ini dikarenakan banyak dan bervariasinya kegiatan yang mesti ditunaikannya sehari-hari, antara lain:Guru swasta, Khatib Jumat tetap pada beberapa masjid, Muballig/dai atau penceramah agama, Kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Raudatus Syubban, Penghulu/naïf kecamatan Banjarmasin Timur 1990-2009, Pengurus masjid Al-Kautsar, dan Penyuluh Agama Honorer (PAH).
Sejak menjadi mahasiswa Muhammad Idris biasa ikut berorganisasi, bahkan setelah selesai kuliah juga ikut aktif di beberapa organisasi sosial keagamaan. Jika di IAIN Antasari semasa kuliah aktif di pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), maka di luar kampus memilih bergabung pada Gerakan Pemuda Anshor cabang Banjarmasin. Kemudian aktif pula di pengurus Nahdlatul Ulama (NU) ranting Banjarmasin Timur. Modal pengalaman berorganisasinya ini ternyata membawa Muhammad Idris duduk sebagai anggota Dewan Syura pada DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) provinsi Kalimantan Selatan.
Karya monumental Muhammad Idris masih dapat dilihat hingga sekarang dan membawa dampak positif bagi masyarakat, yaitu mendirikan lembaga pendidikan yaitu Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Raudatus Syubban pada sejak tahun 1985. Sekarang sekolah ini semakin maju, mandiri, dan berkembang, siswa-siswinya lebih ratusan orang.
Penghargaan yang pernah diperoleh Muhammad Idris antara lain: dari Drs. H. Muhammad Nurdin. U (Koordinator KKM/Steering Comitte Musyawarah) berupa piagam penghargaan, dari Drs. H. Kasyful Anwar (Kepala BP 7 Daerah Tingkat I Kalsel) berupa piagam, dari Kepala Depag Kantor Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan H.M. Umar Yasin, BA, dari Prof. Dr. Iman Suprayogo (Ketua STAIN Malang) berupa sertifikiat, dari H. Mastur Jahri MA (Rektor IAIN Antasari) Lembaga Pengabdian Masyarakat panitia pelaksana penataran khatib/muballigh se Kotamadyaa Banjarmasin). Juga tanda penghargaan, dari Dr. H. Artani Hasbi (Kepala kantor wilayah Depag Kalimantan Selatan) dan dari Drs. H. M. Anwar Aziz (Kepala Balai Diklat Pegawai Teknis Keagamaan Banjarmasin) berupa surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan.
Kepribadian Muhammad Idris adalah low profile, meski sebenarnya punya kemampuan namun tidak mau menonjolkan diri secara berlebihan. Justru dia memilih dan mengutamakan kesederhanaan saja, atau malah lebih senang diam saja. Oleh karena itulah Muhammad Idris punya semboyan hidup yang patut mendapat acungan jempol, yaitu: “Menuntut ilmu agama sampai akhir hayat”.
Wafat tanggal 11 September 2009/21 Ramadhan 1430 H. Kepergian Muhammad Idris untuk selama-lamanya ini sangat mengejutkan keluarga dan teman-temanya. Betapa tidak, sebab sebelumnya dia tidak menderita sakit apa-apa. Dia dipanggil oleh Yang Maha Esa dalam posisi tidur dengan tenang. Jenazah beliau dimakamkan di alkah sungai Lulut Komplek Masjid Al-Kautsar Banjarmasin.