Usaid bin Hudhair, salah seorang sahabat yang masuk islam berkat sentuhan seorang anak muda berprestasi, Mush’ab bin Umair. Rumah tempat tinggal As’ad bin Zurarah menjadi saksi banyaknya manusia menerima ajaran Islam melalui majelis yang diasuh Mush’ab, salah satunya Usaid ini.
Suatu waktu As’ad bin Zurarah berjalan bersama Mush’ab untuk bertemu Bani Abdi Asyhal. Misi perjalanan ini tetap soal mendakwahkan ajaran islam. Keduanya kemudian masuk ke kebun milik Bani Asyhal. Di dekat sumur yang airnya segar, Mush’ab mengajak mereka masuk Islam. Dan benar saja, banyak dari mereka yang kemudian tertarik.
Kabar kedatangan Mush’ab tersiar juga ke kampung Usaid. Ia dikenal sebagai kepala suku Bani Aus. Kesempatan berharga. Jika Mush’ab berhasilkan mengislamkan dia niscaya banyak yang ikut serta di dalamnya. Benar saja, setelah dijelaskan panjang lebar tentang Islam dan beberapa kali dibacakan ayat al-Qur’an, akhirnya Usaid masuk Islam. Dan dari sana kemudian banyak orang berbondong-bondong masuk Islam juga.
Sejak pertama kali mendengar bacaan al-Qur’an dari Mush’ab, Usaid langsung jatuh hati. Ia amat mencintai al-Qur’an. Karena itu, ia menjadikan al-Qur’an sebagai kesibukan hari-harinya. Sejak masuk Islam, kebiasaannya hanya dua jika tidak berjihad ia beriktikaf untuk membaca al-Qur’an.
Kesukaannya pada al-Qur’an makin paripurna karena ia dikenal memilik suara yang merdu, lembut, jelas ketika melafalkan dan amat fasih. Bacaan-bacaan al-Qur’an Usaid membikin pendengarnya merasakan ketenangan. Persis seperti kesyahduan waktu malam.
Ketika Usaid membaca al-Qur’an, sahabat yang lain berlomba-lomba untuk mendengarkan bacaannya. Bahkan bisa disebut, bacaan Usaid adalah bacaan yang yang ditunggu-tunggu banyak orang. begitu bahagianya orang yang bisa menyimak bacaan Usaid. Sebab disebut-sebut bacaan Usaid bacaan yang paling persis ketika al-Qur’an baru diturunkan. Dalam kasus ini, Usaid mirip Abdullah bin Mas’ud yang juga memiliki kelebihan dalam membaca al-Qur’an.
Ketika malam tiba, Usaid menyepi ke ruangan belakang rumahnya. Di sampingnya tidur dengan tenang Yahya, sang buah hati. Tidak jauh dari tempat ia duduk, kuda perang yang ia persiapkan ditambatkan. Malam makin tenang, langit jernih, bintang-bintang menyinari bumi dengan penuh keindahan. Itulah masa Usaid mulai mencucurkan iar mata. Ia baca al-Qur’an dengan suara terbaiknya.
Ada kejadian menarik ketika ia membaca al-Qur’an pada malam itu. Tiap ia membaca, kuda yang ada disamping sepontan berputar. Ada yang aneh pada kudanya ia berhenti, kuda itu kemudian berhenti juga. Tatkala ia melanjutkan bacaan, kuda kembali berputar dengan agak cepat. Kejadian itu terus terjadi berulang-ulang.
Ia khawatir terhadapnya anaknya yang sedang tidur. Tetapi ia terus membaca al-Qur’an, mungkin dengan bacaan yang menyebabkan kuda itu bergerak anaknya bisa bangun. Di sela-sela keasyikan membaca ia melihat ke arah langit. Lalu mendung awan seperti bayangan payung tampak di langit. Bayangan yang ia tak pernah lihat sebelumnya. Mendung itu pula yang menutup bintang-bintang. Bayangan itu terus naik ke atas dan kemudian hilang dari pandangan Usaid.
Keesokan harinya, Usaid menceritakan kejadian itu pada Nabi Muhammad Saw. nabi kemudian menjawab:
“Itu adalah Malaikat yang sedang mendengarkan bacaanmu, Wahai Usaid. Seandainya engkau terus membaca niscaya semua manusia akan bisa melihat itu tanpa halangan apapun di antara mereka.”
Sahabat Usaid terus mencitai al-Qur’an hingga akhir hayatnya. Ia wafat di era khalifah Umar bin Khattab.[]