Satu dalil “aqli” tentang terjadinya karamah adalah hamba sebagai kekasih Allah SWT atau “waliyullah”, seperti disebut di dalam Surat Yunus Ayat 62, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿سورة يونس ٦٢
Allah SWT sebagai kekasih hamba terdapat di dalam QS. al-Baqarah ayat 257,
اللهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُواْ يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوُرِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ﴿٢٥٧﴾
Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Surat al-A’raf ayat 196:
إِنَّ وَلِيِّـيَ اللهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ ﴿١٩٦﴾
Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan al-Kitab (al Alquran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.
Surat al-Maidah ayat 55:
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ ﴿٥٥﴾
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
Surat al-Baqarah ayat 286
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ ﴿٢٨٦﴾
Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan Rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.
Allah sebagai kekasih hamba dan hamba sebagai kekasih Allah SWT:
Surat al-Maidah ayat 54,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ واللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴿٥٤﴾
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Surat al-Baqarah ayat 165,
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً للهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ ﴿١٦٥﴾
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah SWT. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah SWT semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
QS al-Baqarah ayat 222,
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُواْ النِّسَاء فِي الْمَحِيضِ وَلاَ تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىَ يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ ﴿٢٢٢﴾
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
Ketika hal ini terjadi maka kami berkata: ketika hamba melaksakan seluruh perintah Allah, melakukan perkara yang diridhai Allah, meninggalkan dan menjauhi larangan Allah, bagaimana menjadi jauh jika Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi sesekali memberikan apa yang diinginkan hamba tersebut, tetapi pemberian ini malah lebih utama, karena pada saat melaksanakan apa yang diperintahkan dan diinginkan Allah, hamba tersebut merasa lemah dan mencela diri sendiri, sehingga Allah sesekali menuruti apa yang diinginkannya.
Jika penampakan karomah terhalang, adakalanya karena Allah bukan dzat yang tepat untuk menampakkan karomah atau adakalanya karena orang mu’min bukan orang yang tepat mendapatkan pemberian Allah berupa karomah. Untuk kemungkinan pertama berarti mengecilkan kekuasaan Allah dan hal ini berhukum kafir.
Sedangkan yang kemungkinan kedua adalah batil. Sesungguhnya mengetahui (ma’rifat) terhadap dzat, sifat, perbuatan, hukum, beberapa nama Allah, cinta padaNYA, taat, melanggengkan zikir pensucian, tahmid, tahlil, itu semua lebih mulia dibanding pemberian sepotong roti atau bisa menjinakkan ular atau singa. Ketika Allah memberi ma’rifat, rasa cinta, zikir, syukur tanpa diminta hamba, maka pemberian Allah berupa sepotong roti itu lebih utama.
Nabi bersabda menceritakan firman Allah SWT
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِكَايَةً عَنْ رَبِّ الْعِزَّةِ : “مَا تَقَرُّبَ عَبْدٌ إِلَيَّ بِمِثْلِ أَدَاءِ مَا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَلَا يَزَالُ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أَحَبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ لَهُ سَمْعًا وَبَصَرًا وَلِسَانًا وَقَلْبًا وَيَدًا وَرِجْلًا بِيْ يَسْمَعُ وَبِيْ يَبْصُرُ وَبِيْ يَنْطِقُ وَبِيْ يَمْشِي”
Rasulullah SAW Bersabda dengan menceritakan firman Allah “seorang hamba tidak melakukakan taqarrub (pendekatan diri) kepadaKu dengan melaksanakan perintahKu, dan terus menerus bertaqarrub kepadaKu dengan melakukan kesunnahan, sehingga Aku mencintainya, ketika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengar, penglihatan, lisan, hati, tangan dan kakinya, karena Aku, dia bisa mendengar, melihat, berbicara, dan berjalan.”
Hadis ini menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun selain Allah SWT dalam pendengaran para kekasihnya, bukan dalam pandangan mereka bukan pula dalam anggota tubuh mereka, jikalau masih ada bagian yang dimiliki selain Allah SWT maka pastinya Allah SWT berfirman انا سمعه وبصره , sehingga tidak diragukan lagi bahwa maqâm ini (seperti yang termaktub dalam Hadis) lebih mulia dibanding bisa menjinakkan ular, binatang buas, membagi-bagikan roti, manancapkan ranting anggur langsung tumbuh dan berbuah.
Nabi bersabda:
قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ حَاكِيًا عَنْ رَبِّ الْعِزَّةِ : “مَنْ آذَى لِيْ وَلِيًا فَقَدْ بَارَزَنِيْ بِالْمَحَارِبَةِ”
Menyakiti wali sama dengan menyakiti Allah SWT makna ini senada dengan firman Allah ٍSWT
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللهَ، ﴿سورة الفتح ١٠﴾
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah (Surat al-fafh 10)
Karamah merupakan bagian dari mu’jizat Nabi sebagai petunjuk atas kebenaran pengakuannya dan keabsahan agama yang dibawanya.