Sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw, membumikan dakwah Islam merupakan hal yang ditekankan bagi setiap muslim. Karena di dalamnya memuat narasi positif dan ajaran kebaikan, baik secara lisan, tulisan, maupun sikap.
Terlebih di era yang serba modern saat ini, kemajuan teknologi merupakan sebuah keniscayaan. Segala informasi bisa diakses secara instan hanya dalam hitungan detik. Tidak heran jika di era sekarang, segala aktivitas kaum milenial begitu mengalami perkembangan pesat, menyesuaikan perkembangan zaman.
Tatkala pandemi Covid-19 melumpuhkan segala aktivitas di berbagai sektor di Indonesia sejak awal 2020, perkembangan konsumsi media sosial meningkat drastis seiring diberlakukannya work from home (WFH). Sudah barang tentu hal ini juga berdampak pada dunia dakwah, yang memiliki tantangan menyesuaikan dengan keadaan zaman dan perlu adanya pengembangan.
Hal ini tampaknya juga diimplementasikan oleh salah seorang pendakwah milenial bernama Habib Husein Ja’far Al Hadar yang dewasa ini mulai mendapat perhatian publik dalam dunia dakwah di kalangan anak muda.
Konten kreatif yang diunggahnya melalui kanal Youtube “Jeda Nulis”, “Noice” dan “Cahaya untuk Indonesia” menarik untuk dikaji bagaimana pengaruh dakwah Habib Husein bagi para kaum milenial.
Sebab, cara dakwahnya yang santun, santai, dan pemaparan materi yang mudah dipahami menjadikanya diterima di semua kalangan, termasuk kaum muda. Selain itu, strategi Habib Husein dalam merangkul dan menarik perhatian pengguna Youtube terhadap dakwahnya yang begitu khas adalah beliau “mengagamakan canda, bukan mencandakan agama”, sehingga orang awam pun dalam memahami agama begitu mudah terhadap pesan yang disampaikan oleh Habib Husein.
Dalam hal ini, penulis fokuskan dakwah Habib Husein terkait moderasi beragama di media sosial Youtube. Bahkan, tak jarang pula Habib Husein mengisi kajian-kajian berkolaborasi tokoh-tokoh agama ternama, baik sesama muslim maupun non muslim, seperti konten-konten yang berjudul, “Saling Belajar & Mencari Titik Temu: Islam & Buddha”, “Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?”, “Habib dan Pendeta Melawan Terorisme”, “Kenapa Kita Mudah Mengkafirkan Orang Lain? Gimana Seharusnya Menurut Habib Husein Jafar”, “Menghapus Budaya Atas Nama Agama? Ini Kata Habib Jindan bin Novel dan Habib Husein Ja’far”, “Habib Jafar dan Biksu Zuan Xiu Berbicara Tentang Perspektif yang Berbeda”, dan Mengenal Teladan Buddha: Berbeda Tapi Bersama Eps 8 Bareng Biksu Zhuan Xiu: Podcast.
Kita mengakui, dalam agama Islam masih terdapat kelompok-kelompok ekstrimis ultra konservatif yang kerap kali merasa paling unggul. Dari sini, tidak jarang kerap terjadi konflik keagamaan maupun kekerasan yang mengatasnamakan agama di Indonesia. Padahal dalam realitanya, seruan kedamaian dalam nilai ajarannya begitu ditekankan. Sebagaimana konsep islam rahmatan lil ‘alamin, yang saling menyayangi dan penuh damai kepada siapapun.
Maka dari itu, moderasi beragama di Indonesia begitu penting untuk ditanamkan. Moderat dalam beragama berakar dari konsep “tawassuth”, hal demikian dikarenakan dalam setiap ajarannya berada di tengah-tengah, dalam artian tidak berlebihan. Sikap yang tidak berlebihan tersebut dalam ajaran Islam berangkat dari konsep tengah-tengah atau seimbang (al–wasathiyah).
Paham yang dianut pemahaman agama yang moderat cenderung tidak hanya mementingkan hubungan baik dengan Tuhannya (habl min Allah/theocentric), namun yang tidak kalah penting yaitu hubungan baik dengan sesama manusia (habl min an-Nass/antrophocentric). Tidak hanya kepada mereka yang seiman, namun juga mencakup mereka yang berbeda keyakinan (agama) (Kementrian Agama RI, 2021).
Dari dakwah Habib Husein Ja’far Al-Hadar di media Youtube tentang moderasi beragama dan toleransi, memberikan dampak begitu besar pada setiap sendi keagamaan di Indonesia, termasuk kalangan muda. Dengan penyampaiannya yang mudah diterima masyarakat umum dan santun menjadikannya sebagai tokoh muda Islam yang berpengaruh dalam bidang dakwah milennial.
Dibangunnya konten-konten kreatif selama pandemi merupakan terobosan baru dan rujukan baru dalam mengembangkan dakwah ala milenial terkait moderasi beragama dan toleransi di media sosial. Dengan memanfaatkan media Youtube dengan kelebihannya yang bisa menampung durasi yang lama, menjadi wadah dalam dakwahnya menyebar Islam yang rahmatan lil ‘alamiin. Pengaruh tersebut tidak hanya terbatas pada kaum milennial, akan tetapi seluruh elemen masyarakat terkait pemahaman moderasi beragama yang bisa kita lihat dari cara pandang dari respon di kolom komentar tiap konten. Wallahhu a’lam.