Sedang Membaca
Sedekah Semut
Sam Edy Yuswanto
Penulis Kolom

Penulis lepas bermukim di Kebumen.

Sedekah Semut

Salmen Bejaoui Ptwnamiydkq Unsplash

Sedekah atau shodaqoh termasuk ke dalam amalan ibadah yang sangat bagus dijadikan sebagai rutinitas keseharian kita. Mungkin ada orang yang menganggap bila bersedekah itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya atau mereka yang berkelebihan harta saja. Anggapan semacam ini menurut saya kurang tepat dan perlu diluruskan.

Menurut saya, sedekah itu tidak harus menunggu kita kaya raya terlebih dahulu. Artinya, setiap orang, siapa pun dia, berhak mengamalkan ibadah sedekah kapan saja dan di mana pun berada. Sebab yang namanya bersedekah tak melulu menggunakan harta benda, misalnya uang.

Tersenyum, bersikap ramah dan berperilaku yang baik terhadap orang lain juga termasuk ke dalam kategori sedekah yang sangat bagus untuk kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, memberi makanan berupa secuil roti kepada seekor semut pun termasuk ke dalam golongan sedekah yang baik dan bisa mendatangkan pahala bila kita ikhlas melakukannya, seraya berharap ridha dan rahmat-Nya.

Definisi Sedekah

Sebenarnya bagaimana pengertian atau definisi dari sedekah? Muhammad Muhyidin dalam buku Keajaiban Shodaqoh menjelaskan bahwa pengertian yang paling umum shodaqoh adalah memberi sesuatu kepada orang lain. Misalnya ketika kita memiliki uang seribu perak, lalu kita berikan kepada orang lain, maka pemberian ini bisa dikategorikan perbuatan sedekah.

Sementara itu, Ahmad Zainal Abidin dalam buku Kaya Seperti Nabi Sulaiman menguraikan sedekah adalah mengeluarkan atau memberi sesuatu kepada orang lain dalam bentuk apa pun, baik harta, tenaga, atau pikiran dengan mengharap ridha Allah Swt. Sedekah bahkan termasuk salah satu amal ibadah istimewa dan menjadi media untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. sekaligus menjadi media berbagi bersama sesama.

Mungkin sebagian orang menganggap bahwa sedekah itu hanya diperuntukkan bagi sesama manusia. Anggapan ini tentu tidak keliru, tapi menurut pemahaman saya, sedekah itu juga bisa kita aplikasikan kepada semua makhluk ciptaan Allah, misalnya kepada hewan dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita.

Baca juga:  Kongres Ulama Perempuan Indonesia II, Hasilkan 8 Rekomendasi Penting untuk Kemaslahatan Bangsa Indonesia

Maka berbahagialah bagi Anda yang di rumah memiliki hewan ternak dan beragam tanaman, karena saat Anda sedang memberi makanan dan minuman kepada hewan tersebut, atau saat menyirami tanaman, hal ini dapat menjadi ladang pahala bagi Anda, tentu dengan catatan selama Anda ikhlas dan lillahi ta’ala (mengerjakannya hanya karena Allah).

Penting direnungi bahwa semua makhluk ciptaan Allah telah mendapat jatah rezekinya masing-masing. Bahkan makhluk yang sangat kecil, semut misalnya, rezekinya telah diatur oleh-Nya. Namun rezeki biasanya diturunkan oleh Allah melalui perantara makhluk hidup lainnya. Saya ambil contoh, sisa-sisa makanan dan minuman yang kita konsumsi, biasanya dalam hitungan detik akan diserbu oleh semut. Ini artinya, Allah menurunkan rezeki untuk para semut melalui perantara kita.

Coba sekarang kita luangkan waktu sejenak, perhatikan ketika semut-semut itu datang dengan penuh suka cita dan menyerbu remah-remah makanan sisa kita. Mereka akan saling bahu membahu mengangkat remahan makanan tersebut dan membawanya ke sarang untuk dimakan bersama.

Suka cita yang dirasakan oleh semut saya rasa sama dengan suka cita kita saat mendapatkan rezeki-Nya. Ketika kita tengah kelaparan dan kehabisan bekal di tengah jalan misalnya, tiba-tiba ada orang memberi makanan kepada kita. Tentu kita akan merasa senang dan berterima kasih pada orang tersebut. Saya pikir, ketika kita sengaja bersedekah makanan pada semut atau hewan-hewan yang lain (misalnya kucing) mereka tak hanya bersuka cita, tapi juga bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih (dengan bahasa mereka tentunya) kepada kita.

Oleh karenanya, mari kita selalu berusaha untuk selalu mengamalkan ibadah sedekah dalam berbagai situasi dan kondisi, meskipun sedekah tersebut hanya berupa roti yang sengaja diremuk lalu ditaruh di tempat-tempat yang menjadi lalu lintas para semut. Akan lebih baik lagi bila sedekah tersebut diniatkan sebagai hadiah atau amal ibadah untuk kedua orangtua, saudara, atau para sahabat kita yang telah tiada (meninggal dunia).

Baca juga:  Khutbah Idul Adha: Nabi Ibrahim Sebagai Ayah Teladan

Apakah pahala sedekah yang diatasnamakan untuk orangtua kita yang telah tiada bisa sampai? Ada keterangan menarik yang saya dapatkan di laman NU Online (23/12/2014), yang intinya para ulama ahlussunnah wal jama’ah berpandangan bahwa pahala dari sedekah, infaq, bacaan Al-Qur’an, dzikir, serta amal-amal salih lain yang disampaikan oleh orang yang masih hidup dan ditujukan kepada saudara sesama muslim yang telah meninggal, pahalanya akan sampai kepadanya. Dalil yang menjadi landasan pendapat ulama ini berupa hadis riwayat Ibnu Abbas:

“Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasannya ibu Sa’ad bin Ubadah r.a. meninggal dunia, sementara saat itu, ia (Sa’ad) tak berada di sisinya. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia sementara aku tidak mengikuti prosesi pengurusan jenazah (tidak hadir di tempat), apabila aku bersedekah untuknya, apakah hal itu berguna baginya? Rasulullah menjawab: Iya. Lalu Sa’ad berkata: sesungguhnya aku mempersaksikan kepadamu wahai Rasulullah bahwasannya kebunku yang sedang berbuah kusedekahkan kepadanya (ibuku)”.

Amalan yang Bersifat Sosial

Sedekah, termasuk ke dalam jenis amalan sosial yang memiliki banyak manfaat, baik bagi si pemberi sedekah maupun si penerima sedekah. Hal ini sebagaimana pernah diuraikan oleh Hengki Ferdiansyah dalam laman NU Online (03/10/2015), bahwa sedekah termasuk ke dalam amalan muta’ddiyah (bersifat sosial). Artinya manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh orang yang mengerjakannya, tetapi juga dirasakan oleh banyak orang.

Untuk menegaskan uraiannya, Hengki Ferdiansyah memaparkan hadis riwayat Bukhari-Muslim yang begitu akrab di telinga umat Islam selama ini. Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Setiap anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap harinya selama matahari masih terbit; kamu mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah; kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraannya adalah sedekah; setiap langkah kakimu menuju tempat shalat juga dihitung sedekah; dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah”.

Baca juga:  Heroisme, Covid-19 dan Keserampangan dalam Beragama: Belajar Kisah Cedera Les Sealey

Betapa Islam sangat mengutamakan kehidupan yang damai dan saling tolong menolong. Bahkan tiap aktivitas yang mungkin selama ini kita anggap sepele ternyata dapat bernilai ibadah dan berpahala bila kita meniatkannya secara tulus karena mengharap ridha-Nya. Bayangkan saja, jalan kaki menuju tempat ibadah saja termasuk ibadah (sedekah) yang meruahkan pahala.

Termasuk amalan sedekah yang selama ini mungkin dianggap sepele adalah membantu orang yang kesulitan naik ke atas kendaraan. Menurut pemahaman saya, tak hanya membantu naik ke atas kendaraan, tetapi perilaku kita saat berada di dalam kendaraan pun dapat dikategorikan sebagai sedekah. Misalnya, saat kita dengan tulus dan mengharap ridha-Nya memberikan tempat duduk kita untuk orang lain yang usianya lebih sepuh yang tidak kebagian tempat duduk.

Coba kita ingat-ingat, mungkin selama ini kita pernah (atau bahkan sering) egois saat tengah berada di dalam kendaraan umum. Ketika ada seorang ibu yang membopong bayinya dan terpaksa berdiri karena tak mendapatkan tempat duduk, kita justru acuh tak acuh, pura-pura tak melihatnya dan tetap duduk manis tanpa merasa bersalah.

Mestinya, bila kita berusaha mengajarkan amalan bersedekah, tentu tanpa diminta pun, hati kita akan merasa terketuk untuk menyilakan ibu tersebut menduduki kursi yang menjadi hak kita. Tak mengapalah kita berdiri sejenak, toh badan kita masih lebih kuat dan sehat bila dibandingkan kepayahan si ibu yang berdiri sambil membopong anaknya.

Mudah-mudahan tulisan sederhana ini dapat menjadi renungan bagi kita bersama untuk senantiasa mengamalkan ibadah sedekah di mana pun berada. Baik itu sedekah berupa harta yang sengaja kita sisihkan (anggarkan) setiap hari, minggu atau bulan, maupun sedekah yang sepintas terlihat remeh tapi bernilai pahala di sisi-Nya, misalnya sedekah remah-remah makanan kepada seekor semut. Wallahu a’lam bish-shawaab.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
3
Senang
1
Terhibur
2
Terinspirasi
2
Terkejut
2
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top