Jika Allah menghendaki sesuatu untuk terjadi, hal itu sudah berdasarkan kebijaksanaan dan keadilannya. Allah telah membuat keputusan, bahwa manusia akan ada yang baik, jelek, kaya, miskin, sehat, dan sakit. Apabila kita terkena musibah dalam menjalani kehidupan, kita harus bersabar karena itu sudah keputusan dari Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW, bersabda:
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْئٌ فَلاَ تَقُل: لَوْ أَنِّيْ فَعَلْتُ، كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ
Artinya: “Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah mengatakan, ‘Se-andainya aku melakukannya, niscaya akan demikian dan demikian.’ Tetapi ucapkanlah, ‘Sudah menjadi ketentuan Allah, dan apa yang dikehendakinya pasti terjadi.” ( HR. Muslim)
Syekh Ahmad Ar-Rifa’i dalam karyanya Halatu Ahli Al-Haqiqati Ma’allahi Ta’ala (Juz, 1 Hlm.123 ) menjelaskan tentang Ar-Ridha Anillah (ridha kepada kepusan Allah) Dalam menjabarkan ridha dengan keputusan Allah, beliau mengaitkan dengan pembagian qada’ (keputusan Allah) Menurut penuturan Syekh Ahmad Ar-Rifa’i bahwa qada’ (keputusan Allah) terbagi menjadi empat bagian:
Pertama, keputusan Allah dalam memberi nikmat, maka seorang hamba wajib menerima (rela) dan bersyukur di dalam menerima agunerah nikmat.
Kedua, keputusan Allah dalam menurunkan bencana (kesulitan), maka seorang hamba wajib menerima (rela) dan bersabar di dalam menghadapi bencana yang menimpa.
Ketiga, keputusan Allah dalam ketaatan, maka seorang hamba wajib menerima (rela) dan wajib memeliharanya sampai mati.
Keempat, keputusan Allah dalam kedurhakaan (kemaksiatan), maka seorang hamba wajib menerima (rela) putusan tersebut, dan wajib bertaubat.
Allah telah memutuskan pemberian nikmat kepada hamban-Nya. Nikmat yang diberikan tidak terbilang, mulai dari nikmat iman, islam, harta, kesehatan, keamanan, dan lain sebagainya. Jika engkau dianugerahi nikmat oleh Allah SWT, jangan dilihat dari besar kecilnya nikmat, tetapi lihatnya dzat yang maha pemberi nikmat. Oleh karena itu, mari kita selalu memperbaiki diri dan senantiasa bersyukur atas limpahan nikmat-Nya.
Dan juga Allah memutuskan kesengsaraan kepada hamba-Nya. Sebagai orang yang beriman hendaklah bersabar dalam menghadapi ujian atau kesengsaraan, dengan menahan diri dan berlapang hati. Jauhkan rasa cemas serta was-was yang berlebihan. Kembalikan semua yang kita alami kepada Allah yang maha agung dan maha mengetahui, karena kesabaran akan selalu berujung kebahagiaan.
Keputusan ketaatan, merupakan anugerah yang harus dipertahankan oleh seorang hamba. Ketaatan kepada Allah akan membawa dampak yang sangat positif dan bersifat kekal. Ketaatan kepada Allah menempati posisi tertinggi. Sebagai seorang muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat mengalahkan ketaatan kepada Allah SWT. Saat Allah SWT, menginginkan sesuatu dari kita, kita harus menaati-Nya. Inilah makna ketaatan yang sesungguhnya.
Keputusan kemaksiatan, adalah perbuatan dosa yang kita lakukan, bahkan berulang-ulang, baik disengaja atau tidak sengaja. Jalan satu-satunya untuk menghapus dosa tidak ada jalan lain kecuali bertaubat, meminta ampunan atas segala kesalahan yang pernah kita dilakukan.
Terkait qada’ (kepusan Allah) pujangga Arab melantunkan syair yang patut kita renungi:
سَيَكُونُ الَّذي قُضي # كَرِهَ العَبْد أم رَضِي
Akan datang suatu perkara yang telah diputuskan, maka seorang hamba membencinya atau merasa ridla terhadap perkara tersebut.
لَيْس هذا يَدُومُ بَلْ # كُلُّ هذا سَيَنْقَضِي
Perkara ini tidak akan tetap, bahkan semua perkara ini akan selesai (berakhir).
Wallahu A’lam Bissawab.