وَكَانَ خَيْرُ كُتْبِهِ الصَّغِيرَهْ ✽ كُرَّاسَةً لَطِيفَةً شَهِيرَه فِي عُرْبِهَا وَعُجْمِهَا وَالرُّومِ ✽ أَلَّفَهَا الْحَبْرُ ابْنُ آجُرُّومِ
Sebuah kitab terbaik di bidang ini (nahwu) * tulisannya lembut dan sangat terkenal
Baik di tanah Arab, Ajam hingga Romawi * karya ini ditulis oleh Ibn Ajurumi
Petikan bait dalam nazam Imrithi di atas berisi pujian atas kitab Jurumiyyah. Sebuah apresiasi yang saya kira tidaklah berlebihan. Sebab, kitab Jurumiyyah merupakan salah satu kitab Nahwu yang paling populer di dunia Islam. Kitab yang ditulis oleh ulama kelahiran Fez Maroko ini masih terus dipelajari dan dihafal oleh para santri di berbagai negeri termasuk di Indonesia. Saya sendiri saat menjadi santri belajar dan menghafalkan kitab gramatikal Arab.
Kitab Jurumiyah merupakan kitab Nahwu yang berisi panduan tentang dasar-dasar ilmu gramatikal Arab. Sebagaimana diketahui bahwa dalam Bahasa Arab, harakat akhir sebuah lafaz bisa berubah sesuai dengan kedudukannya dalam kalimat. Oleh karena itu, dengan mempelajari kitab ini para pelajar akan dapat memahami struktur kalimat dalam bahasa Arab.
Memang kitab-kitab tentang ilmu tersebut tidak hanya kitab Jurumiyah. Banyak sekali kitab ilmu nahwu telah ditulis oleh para ulama dari masa ke masa. Akan tetapi, Jurumiyah justru memiliki tempat tersendiri di kalangan para pelajar tata bahasa Arab di berbagai lembaga pendidikan Islam.
Di Nusantara sendiri, manuskrip kitab ini cukup banyak ditemukan baik yang kini menjadi koleksi perpustakaan maupun masih menjadi koleksi pribadi. Hal ini membuktikan bahwa kitab ini telah banyak disalin oleh Masyarakat Muslim di Nusantara. Bahkan beberapa di antaranya, seperti beberapa manuskrip kitab ini yang kini menjadi koleksi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, memiliki makna pegon di bawahnya. Hal ini menunjukkan bahwa kitab ini menjadi salah satu materi pembelajaran.
Jaringan guru dan murid yang menghubungkan ulama-ulama Nusantara dengan ulama Timur Tengah merupakan salah satu faktor yang mendorong popularitas kitab ini. Kitab-kitab yang dijadikan materi ajar di pondok pesantren tidak bisa dilepaskan dari materi-materi pengajaran di Hijaz. Sebagaimana diketahui bahwa sejak abad ke-17 Hijaz menjadi tujuan utama para ulama Nusantara dalam menimba ilmu-ilmu keislaman.
Dalam sebuah disertasi doktoral di Leeds University berjudul “A Critical And Comparative Study of The History of Education in Hijaz”, Abdullah Dohaish mencatat bahwa madrasah-madrasah di Hijaz, termasuk di dalamnya Madrasah Saulatiyah yang menjadi tempat belajarnya orang-orang asal Nusantara, kitab Jurumiyyah menjadi salah satu materi utama dalam pengajaran Nahwu.
Selain itu, faktor penting lainnya yang menjadikan kitab ini sangat populer di Indonesia adalah peran dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan yang merupakan salah satu mahaguru ulama-ulama Nusantara di Hijaz. Beliau menulis sebuah kitab komentar atas kitab Jurumiyyah ini yang diberi nama: “Syarah Mukhtasar Jiddan”.
Dalam kitab Kifayah al-Mustafid lima Ala al-Masanid yang merupakan kitab silsilah sanad keilmuan Syaikh Mahfudz Tremas, nama beliau berada dalam silsilah mata rantai sanad kitab tersebut seperti berikut ini:
Syaikh Sayyid Abi Bakr al-Makki dari Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan -> Syaikh Usman al-Dimyathi -> Muhammad bin Ali al-Syinwani -> Syaikh Muhammad al-Munir -> Syaikh al-Budairi-> Syaikh Zain al-Dimyathi -> Syaikh Sulthan bin Ahmad al-Mizaji -> Syaikh Syamsuddin al-Ramli-> Syaikh Muhammad bin Abdul Malik al-Gharnathi -> Syaikh Ahmad bin Salim al-Judami -> Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hadhrami -> Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf al-Sinhaji (penulis kitab)
Dengan demikian, popularitas kitab Jurumiyah yang tidak lekang oleh ruang dan waktu ini memiliki alasan-alasan yang cukup rasional. Hal ini penting untuk memberikan penjelasan akademik mengapa sebuah kitab yang ditulis di Maroko pada berabad-abad yang lampau terus dipelajari dan dihafalkan oleh para pelajar di berbagai negara. Tidak hanya sebatas berkah dari kekeramatan dan kewalian penulisnya.